Special thanks to "zerOcentimeter", karena dia saya jadi bikin beginian. :D
WARNING!! (konten yang ada di fict ini):
AU (jalan cerita dihancurkan oleh author), OOC (perubahan sifat chara), Straight Pair (pair normal-KakaSaku), fict ini mengandung banyak hal-hal yang tercantum pada fict yang sebelumnya, Typo(s), de el el…
Disclaimer:
Naruto Masashi Kishimoto
Young Murderer RKnJ
Tanggung Jawab, Twoshoot
"Yo Kakashi!"
"Pagi Senior Kakashi!"
"Hey Kaka! Bagaimana bulan madumu?"
"Wah, kau sudah kembali Kakashi?"
Kakashi hanya tersenyum canggung setiap kali rekan-rekannya menyapa dengan 'ceria'. Dalam hati Kakashi sangat menyesal berangkat pagi hari ini. Toh mulai dari tukang parkir, satpam, sampai tetangganya, selalu bertanya yang macam-macam membuat Kakashi berpikir untuk menyudahi hidupnya.
"Senang kau sudah kembali Kakashi. Bagaimana bulan madumu?" Sapa seseorang ketika Kakashi memasuki ruangannya. Kakashi menghela nafas panjang saat telinganya kembali mendengar pertanyaan tersebut.
"Sangat menyenangkan, Komandan." Jawabnya lesu.
"Hahahaha! Kau lucu sekali, Kakashi. Jadi begini, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu tapi tidak sekarang. Karena kau akan depresi berat kalau kuberitahu sekarang."
"Memangnya tentang hal apa?"
"Hal penting yang menyangkut kehidupanmu. Aku tidak bisa memberitahumu sekarang ini... Maaf."
"Ah, tak apa. Baiklah, kalau sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan aku permisi."
"Yo! Berhati-hatilah pada Guy, dia sangat merindukanmu..Haha!"
"Ok Komandan Ibiki!"
Kakashi meninggalkan ruangan kecilo itu dan beralih pada ruang kerjanya. Sebelum kesana ia menyempatkan diri untuk mengambil laporan terakhir kegiatannya didalam loker miliknya.
"Bingo! Ini dia!" Kakashi menarik secarik kertas yang bertuliskan 'Agenda Hidup Kakashi' dan membuka halaman terakhir. Halaman terkahir itu berisi tentang istrinya, Sakura.
'Aku mau pulang…' batinnya.
"HOI! KAKASHI!"
"Apalagi sih?" Kakashi memundurkan kepalanya dan menoleh ke sumber suara. Betapa kagetnya dia saat melihat makhluk beralis tebal, berambut mangkok, dengan pakaian ketat dan menggelikan sedang menunjuknya dengan gaya yang aneh. Tak lupa giginya memunculkan cahaya kilat yang membuat siapa saja yang melihatnya akan pingsan.
"Akhirnya kau kerja juga! Sudah berminggu-minggu aku menunggu hanya untuk mengajakmu bersparring ria denganku! Bagaimana Kakashi?!" Serunya.
"Haaah, aku malas Guy." Tolak Kakashi.
"Dasar payah! Kemana semangat mudamu?! Yeah!"
Kakashi dan para staf lainnya hanya bisa bersweatdrop masal melihat tingkah laku Guy yang bisa dibilang tidak normal untuk laki-laki seumurannya. Mungkin kalian tidak akan percaya kalau orang seperti Guy ternyata sudah mempunyai anak laki-laki. Bukan anak kandung sih, tapi lelaki fantastik itu pernah membawanya kemari. Namanya adalah Lee.
"Huh? Dasar aneh…"
Dengan tampang malas tak bersemangat, Kakashi memutuskan untuk keluar dan menikmati udara segar pagi ini. Baru saja ia keluar, handphone-nya tiba-tiba saja berdering. Kakashi meraihnya dan melihat nama yang tertera disana…Sasori.
"Ya kak?"
"Kakashi, kau ada dimana?"
"Aku ada dikantor. Ada apa?"
"Tidak. Hanya saja apa kau punya waktu luang hari ini?"
"Tentu! Sekarang aku bisa!" seru Kakashi girang.
"Wheew, baiklah. Kutunggu kau di Café Altair. See ya!"
Telpon pun tertutup. Entah kenapa pikiran Kakashi langsung jadi tidak enak setelah menerima telpon dari kakak iparnya itu. Bad feeling.
-Hatake's House-
(Flash)
Disebuah kediaman yang besar…
"Sakura, jangan ganggu kakakmu!"
"Tapi Ibu, kakak memang patut untuk diganggu!"
"Ck! Sakura! Berhenti menggangguku!"
"Hmmphh! Tapi antar aku kesekolah ya!"
"Uh, baiklah…"
'Tok tok!'
"Anak-anak buka pintu!"
Sasori dan Sakura berlari bersamaan menuju pintu rumah mereka. Ketika pintu dibuka, muncul sosok pria berbadan besar dan menyeramkan hingga membuat kakak-beradik itu gemetar saking takutnya.
"Tuan mencari siapa?" Tanya Sakura berusaha untuk sopan.
"I'm looking for you…"
"We? For what?"
"To give you something."
"…" Kakak-beradik itu saling bertatapan satu sama lain. Saling mengedarkan pandangan bingung.
"Follow me," Orang itu berlalu meninggalkan Sakura dan Sasori. Sasori menunduk, menandakan kalau ia mengetahui sesuatu.
"Kak? Perlukah kita mengikutinya?" Tanya Sakura. Sasori terdiam.
"Kau saja Sakura, mungkin dia ingin memberitahu kita tentang Ayah…" Jawabnya lirih.
"Baiklah!" Sakura yang polos berlari menuju orang itu. Lelaki berbadan besar itu masuk kedalam sebuah Truk besar dari pintu belakang. Mau tidak mau Sakura juga masuk kedalamnya. Saat masuk keadaannya sangat gelap, bahkan langkah kaki orang tadi tidak terdengar sama sekali.
'Sriing!'
Sorot lampu tajam yang muncul dari segala arah menyinari Sakura. Mata Sakura pun tidak mampu terbuka tapi karena rasa penasaran yang tinggi, gadis itu berusaha membuka matanya. Ternyata itu bukanlah hal yang tepat…
Cahaya lampu itu bukan sekedar cahaya lampu biasa, melainkan cahaya ganas yang merusak sistim saraf, sensorik maupun motorik. Sehingga kini Sakura hanya berdiri tegak dengan pandangan kosong, tubuh yang bekerja tanpa perintah otak.
"Sekarang kau dengarkan aku. Kini kau menjadi bagian dari Organisasi ini, perkenalkan namaku adalah Madara Uchiha…"
"…"
"Kau mempunyai tugas untuk membunuh keluargamu sendiri, kecuali kakakmu. Karena Ayahmu sudah terlebih dulu dibunuh oleh kakakmu tercinta. Kalau kau tidak mematuhi semua ini, maka yang berikutnya adalah kakakmu."
Sorot lampu itu mati disertai dengan jatuhnya Sakura dalam keadaan bersujud. Keringat mengalir deras dari pelipisnya, tatapan matanya masih kosong seperti tadi. Hanya saja kini semuanya telah kembali normal.
'Ayah…'
(Flash)
"Kau tidak perlu melakukan ini, Sakura…"
"…"
"Jangan dengarkan kata-kata orang itu, dia berbohong padamu!"
"Sakura!"
Sakura melengos pergi melewati Sasori. Gadis bermata hijau itu masuk kedalam rumah dan menuju ketempat Ibunya berada.
"Sakura berhenti!" Sasori berlari kemudian menarik tangan adiknya hingga masuk kedalam dekapannya yang hangat.
"Jangan lakukan itu, jangan meniru kakak…"
"Kakak…"
'Dugh!'
"Sa…ku-ra…"
(Flash)
"Hiks-hiks-hiks…"
"Maaf, kami dari FBI dan kepolisian. Bisa kau ceritakan apa yang terjadi?" Sasori berdiri dan menatap para petugas hukum tersebut.
"Biar aku yang menjelaskan." Remaja berambut merah itu pergi meninggalkan Sakura yang masih terisak dan beralih pada petugas untuk menjelaskan situasi yang terjadi.
"Hiks-hiks-hiks…Mom…I'm so sorry…"
Sakura terus menangis sambil membatin maaf pada Ibunya yang telah ia bunuh dengan tangannya sendiri. Tak lama kemudian, sebuah saputangan terjulur dengan manis dihadapannya. Sakura mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang melakukan hal tersebut. Seorang laki-laki yang dua tahun terlihat lebih tua darinyalah yang melakukan hal itu. Senyum yang manis dengan rambut perak sebagai pelengkapnya.
"Hai, namaku Kakashi. Tolong jangan menangis lagi ya!"
(Flash)
"Hah?! Sial! Mimpi itu lagi…"
Wanita berambut pink yang baru saja bangun dari tidurnya mengumpat kesal akan mimpi yang ia dapat barusan. Mimpi yang membuatnya kembali mengingat masa lalunya yang pahit dan penuh dengan banyak dosa.
"Kenapa selalu belakangan ini, sering muncul?"
Sakura beranjak dari tempat tidurnya. Sejenak dia memilih untuk duduk pinggir tempat tidur kemudian matanya tertuju pada sebuah figura yang terletak diatas meja kecil disamping tempat tidur. Fotonya dan Kakashi.
'Dia…'
-Café-
"Jadi apa yang ingin kakak bicarakan?"
Kakahi menatap dalam kakak iparnya yang terlihat menyembunyikan sesuatu. Sasori menghela nafas berat saat Kakashi bertanya.
"Ini tentang Sakura…"
"Sakura? Kenapa?"
"Kakashi. FBI telah mengetahui kalau selama ini Sakura adalah pembunuh. Mereka akan menangkap Sakura atau membunuhnya…"
"Apa?!"
"Jadi kau belum menerima kabar itu dari ketuamu?"
"Tadi beliau sempat mengajakku bicara dan ia bilang ingin memberitahuku sesuatu tapi tidak sekarang. Jadi ini yang ingin ia katakan padaku? Sial!" Umpat Kakashi pada dirinya sendiri. Ia sangat merasa bersalah apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Sakura.
"Tolong Kakashi…Aku tau ini sudah menjadi tanggung jawabmu sebagai anggota kepolisian tapi…"
"Aku tau, Kak!"
"Eh? Jangan melakukan hal yang bodoh. Kau tidak perlu melindunginya…"
"Kenapa kau berbicara seperti itu?" Sontak Kakashi terkejut dengan apa yang dikatakan Sasori barusan. Sungguh tidak diduga.
"Aku memang tidak bisa melindunginya sejak awal. Aku suami yang payah!"
"Haaah…Jangan salahkan dirimu sendiri. Ini memang sudah menjadi takdir hidup Sakura."
"Apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Kakashi, kau punya dua pilihan..."
"Hn?"
"Membiarkan Sakura pergi meninggalkanmu atau bersamamu tapi dia menjadi incaran seluruh pihak. Maaf bila tidak sopan…nyawanya terancam bila bersamamu."
Kakashi terbelalak tidak percaya. Tubuhnya gemetar, nafasnya memburu, otaknya berulangkali mencoba untuk berpikir jernih tapi tidak bisa. Selama ini dia berusaha untuk membuat Sakura bahagia bersama, walaupun sempat ada hambatan dalam hubungan mereka beberapa minggu yang lalu (1) tapi mereka dapat melewati itu semua dengan baik. Dan kini, Sakura terancam nyawa bila bersamanya.
Sakit…
Hatinya sakit bila mengetahui kenyataan pahit itu. Seandainya bisa maka dirinyalah yang akan menggantikan posisi Sakura saat ini. Tanpa dikomando un air matanya jatuh…
-ToBeCo-
1. di fict Kakasaku rate M saya *promosi*
Sankyuu~ yang sudah mau baca ataupun mereview… :D
