Note: Fic ini merupakan Crossover antara Kancolle dengan WSG. Beberapa kapal merupakan OC milik saya sendiri

Discaimer: Kantai Collection milik DMM-Kadokawa Games, Warship Girl milik Path, OC milik saya


Chapter 1: Coalition Fleet


Pearl Harbor, 15 September 2035

Kapten John Curtiss berdiri di atas anjungan kapal USS Arleigh Burke, tempat dimana ia ditugaskan selama lima tahun terakhir. Ia memandang ke arah lautan lepas, mengingat semua pertempuran yang telah ia alami bersama rekan-rekannya di kapal tersebut. Pertempuran melawan mimpi buruk umat manusia yang datang secara tiba-tiba dan tidak diketahui asal-usulnya. Dunia internasional menyebut mereka sebagai Unidentified Abyssal Deep Creatures, atau lebih dikenal sebagai Abyssal.

Lima belas tahun yang lalu, mereka muncul secara tiba-tiba dan menyerang pulau-pulau di pasifik. Solomon, Faroe, Fiji, Tuvalu, Vanuatu, tidak ada seorangpun yang dilaporkan selamat dari serangan tersebut. Sejak serangan itu pula awan hitam pekat muncul, menyelimuti tiap jengkal perairan yang telah dikuasai oleh Abyssal. Awan tersebut menghalangi citra dari satelit, membuat tempat tersebut benar-benar terisolasi dari dunia luar.

Serangan meningkat enam bulan kemudian. Pantai timur Asia, kepulauan Jepang, dan kepulauan Asia Tenggara mengalami kerusakan hebat. Tiap kapal kargo dan tanker yang berlayar ditenggelamkan oleh mereka. Jalur laut di kawasan Asia-Pasifik terputus dan perekonomian dunia melemah secara perlahan-lahan. Seluruh dunia sepakat bahwa Abyssal adalah ancaman serius dan tepat pada tanggal 5 Maret 2025, armada gabungan milik PBB dari dua puluh negara yang berisi lebih dari tiga ratus kapal perang menyerang kepulauan Solomon. Dalam pertempuran selama tiga hari, armada PBB mengalami kekalahan telak. Hanya ada dua kapal yang berhasil selamat, USS Sampson dan HMS Dragon. Kedua kapal ditemukan mengapung di pantai timur Australia dalam kondisi rusak berat, tanpa awak sama sekali. Sampai sekarang, awak kapal dari Sampson dan Dragon belum ditemukan dan masih menjadi sebuah misteri.

Angkatan laut Amerika mencoba mencari cara lain untuk melawan abyssal tanpa memakan banyak korban jiwa. Rudal jelajah digunakan untuk menghancurkan abyssal dari jarak ratusan kilometer. Hasilnya cukup efektif. Kepulauan Hawaii berhasil dipertahankan dan menjadi garis depan angkatan laut Amerika Serikat untuk melawan abyssal. Namun, hal ini memerlukan banyak biaya. Sekaya apapun Amerika Serikat, hanya masalah waktu sebelum Paman Sam kehabisan uang di dalam dompetnya. Abyssal juga dilaporkan sudah memasuki samudra Hindia dan Atlantik, ditandai dengan beberapa serangan di lepas pantai Srilanka dan pantai barat Afrika. Umat manusia sudah dalam kondisi terdesak di masa ini. Mereka hanya bisa bertahan dan tak mampu melawan balik. Perekonomian banyak negara –terutama yang berada di daerah konflik jatuh di titik terendah. Inflasi melambung tinggi, dan penjarahan terjadi dimana-mana.

Lima tahun kemudian, pada tahun 2030, secercah harapan muncul. Angkatan laut Jepang berhasil menangkap salah satu spesimen dari Abyssal. Penelitian dilakukan dan detail-detail morfologi dan fisiologi dari abyssal berhasil diketahui. Mencoba untuk merekonstruksi ulang abyssal berdasarkan data-data yang mereka dapat dan teknologi robotik, hasilnya benar-benar luar biasa. Kanmusu –atau dunia internasional menyebutnya gadis kapal – , gadis-gadis penjelmaan kapal perang dari masa lalu dengan kemampuan tempur yang setara dengan abyssal. Robot android yang dikembangkan dengan teknologi abyssal sehingga memiliki morfologi dan sifat motorik yang sama persis seperti pertama kalinya. Mustahil untuk membedakan mereka dengan manusia pada umumya. Dengan bantuan mereka, untuk pertama kalinya dalam sejarah, umat manusia berhasil menang dari abyssal dalam sebuah pertempuran memperebutkan kepulauan Okinawa.

Berita ini menyebar dengan sangat cepat ke seluruh penjuru dunia. Tiap negara yang kondisi keuangannya masih stabil segera meniru Jepang untuk membuat gadis kapal mereka sendiri. Dalam waktu singkat, tiap jengkal perairan yang dikuasai abyssal diambil alih oleh umat manusia. Dan perang melawan abyssal masih berlanjut sampai sekarang.

"Kapten John Curtiss?"

Suara seorang perempuan membuyarkan lamunannya. Ia berbalik untuk melihat siapa yang berbicara padanya –yang ternyata seorang gadis muda- . Gadis itu memiliki rambut abu-abu yang panjang dengan iris mata berwarna biru. Ia memakai seragam angkatan laut yang sudah dimodifikasi dengan high knee sock berwarna hitam yang menutupi kaki jenjangnya dan sebuah beret yang berwarna senada dengan seragamnya. Dari penampilannya, Curtiss sudah bisa menebak bahwa wanita yang ada di depannya ini adalah seorang gadis kapal. Namun ia memutuskan untuk diam.

"Saya sendiri"

"Admiral Nimitz ingin bertemu dengan anda sekarang, pak" kata gadis tersebut sambil memberi hormat.

Membalas hormatnya, Curtiss membiarkan gadis tersebut menuntun jalan. Ia dibawa ke sebuah gedung dimana Nimitz sudah menunggunya di suatu ruangan.

"Selamat datang kapten, senang bisa bertemu denganmu"

"Sebuah kehormatan untuk bertemu dengan anda, Admiral"

"Baiklah, langsung saja ke intinya. Aku yakin kau sudah mengetahui garis besarnya, jadi aku hanya akan memberi sedikit penjelasan. Perang ini sudah mencapai klimaksnya. Saat ini kekuatan abyssal sudah terkonsentrasi di kepulauan pasifik. Seminggu yang lalu, PBB memutuskan untuk membentuk armada gabungan dari tiap negara untuk mengadakan perlawanan akhir. Terdengar familiar bukan?"

Curtiss teringat pada kejadian sepuluh tahun yang lalu, dimana armada gabungan PBB diratakan oleh abyssal.

"Namun kali ini akan berbeda. Kita memiliki para gadis yang akan membantu kapal-kapal kita dalam melakukan serangan. Pusat armada gabungan akan berada di tiga tempat. Okinawa, Port Moresby, dan Wake. Kau akan memimpin armada yang berada di Wake."

"Bukan maksud saya untuk lancang pak. Tapi, kenapa harus saya? Masih banyak orang-orang yang lebih pantas di luar sana"

"Saya sudah melihat statistik pertempuran dari Arleigh Burke yang kau pimpin. Hampir di setiap pertempuran, kapal itu selalu berada di garis depan. Cukup aneh bagi kapal perusak misil kendali seperti dia. Daripada meratakan musuh dengan rudal balistik, kau lebih memilih bertempur dari jarak dekat. Aku tidak akan bertanya alasan kau melakukannya. Yang jelas, aku mencari seseorang yang berani mengambil resiko seperti dirimu. Lebih baik memilih seseorang yang sudah pasti, bukankah begitu?"

"Baiklah jika itu mau anda, pak"

Curtiss tidak dapat mengelak lagi. Ia tetap heran, apa yang spesial darinya? Ia memang diperbolehkan menembakkan rudal tersebut dalam pertempuran, tapi efek radius dari Tomahawk akan terlalu besar. Tentu saja para gadis kapal yang bertempur di garis depan juga akan terkena dampaknya. Ia mungkin akan membuat kerusakan yang lebih besar pada armadanya sendiri daripada armada musuh. Semua orang yang berada di atas kapal mengetahui hal ini, bahkan para kadet sekalipun. Jadi sungguh mustahil apabila Nimitz yang seorang Fleet Admiral tidak mengetahuinya. Namun, ada satu hal yang muncul di benaknya.

"Umm, Pak. Jika aku boleh bertanya, bukankan Pulau Wake berada di dalam teritori abyssal?"

Sebuah seringai muncul di wajah Nimitz.

"Kau tidak salah, dan memang itu benar adanya. Saya akan memberikan tugas pertama dan terakhir untukmu saat ini juga. Ambil alih pulau Wake dari tangan Abyssal. Setelah tugas ini selesai, kau dan armadamu tidak terikat lagi dengan siapapun dan bertugas secara mandiri. Serangan akan dimulai tiga hari lagi jadi persiapkan dirimu. USS Halsey, HMCS Ottawa, dan JDS Atago akan membantu kalian dalam pertempuran. Bantuan udara juga sudah dipersiapkan untuk mencegah hal-hal yang buruk terjadi"

Curtiss hanya bisa menghela nafas atas tugas tiba-tiba tersebut. Ia memberi hormat, menandakan ia menerima tugasnya. Nimitz kemudian mempersilakan (memerintahkan lebih tepatnya) gadis kapal yang sedari tadi berada di belakang Curtiss untuk berdiri disampingnya.

"Wanita ini salah satu gadis kapal yang akan ditugaskan di armadamu nanti. Melihat reaksimu yang biasa-biasa saja, kupikir kau sudah mengetahui identitasnya"

Ruangan menjadi hening selama beberapa saat. Melihat suasana mulai menjadi canggung, Nimitz mendeham kepada gadis tersebut.

"Sebaiknya kau memperkenalkan dirimu padanya, nona muda!"

"Eh…Uh…Umm….Ah!"

Kaget karena dipanggil secara tiba-tiba, gadis tersebut hanya mengatakan kata-kata tidak beraturan sebelum kembali ke dirinya yang semula.

"Ah, maafkan ketidaksopanan saya. Kapal induk pertama dari kelas Lexington, USS Lexington CV-2. Senang bertemu dengan anda, Kapten Curtiss."

"Senang bertemu denganmu juga, Lexington. Sebuah kehormatan untuk bekerja dengan salah satu kapal induk pertama Amerika Serikat seperti anda"

"Sekarang dia dan beberapa gadis kapal yang bertugas di pearl menjadi milikmu. Jumlahnya ada sebelas orang dan akan terus bertambah dari negara lain. Beberapa sudah dalam perjalanan menuju kesini. Yah, kurasa hanya itu yang bisa kuberitahu padamu. Kalian boleh keluar sekarang."

Curtiss dan Lexington memberi hormat terakhir kalinya pada Nimitz sebelum meniggalkan ruangan.

"Karena aku resmi menjadi kapalmu sekarang, apa yang bisa kulakukan untukmu Kapten?"

"Yah…. Kurasa aku ingin bertemu dengan gadis kapal yang lain. Bisa antarkan aku kepada mereka?"


Lexington mengantarkan Curtis ke sebuah hangar pesawat. Di dalam, ia melihat apa yang ia cari. Para gadis itu sedang duduk mengelilingi sebuah meja di sudut ruangan. Nampak di ekspresi mereka wajah-wajah bosan yang sedang menunggu sesuatu (atau seseorang). Saat menyadari kehadiran Lexington, wajah mereka sedikit menjadi cerah dan salah satu dari mereka segera menghampirinya.

"Kenapa kau lama sekali Lex? Kami sudah lelah menunggu sejak tadi!"

"Maafkan aku. Butuh waktu lama bagiku untuk menemukan Arleigh Burke"

"Yah, lupakan soal itu. Jadi, orang ini Kapten Curtiss huh? Dia tak terlihat sehebat yang orang-orang ceritakan"

"Wichita, Jaga mulutmu! Orang ini yang mulai sekarang akan menjadi atasan kita"

Wichita memperhatikan Curtiss secara seksama sebelum akhirnya berbicara.

"Penjelajah berat, USS Wichita CA-45. Ingat itu baik-baik" kata Wichita sebelum kembali berkumpul bersama kanmusu yang lain.

"Kapten John Curtiss, mohon kerjasamanya" balas Curtiss yang sengaja mengeraskan suaranya untuk memastikan Wichita dapat mendengarnya.

"Apa dia selalu seperti itu?" tanya Curtiss kepada Lexington.

"Yah…tidak juga. Mungkin dia sedang bad mood sekarang"

"Apakah dia sadar sedang bicara dengan atasannya?" gumam Curtiss.

Satu per satu, para kanmusu tersebut memperkenalkan diri pada Curtiss.

Kapal tempur dari kelas Tennessee, USS Tennessee BB-43. Wajahnya nampak santai saat berhadapan dengan Curtiss. Bukan tanpa alasan. Tennessee sudah bertempur berkali-kali bersama Arleigh Burke sehingga Curtiss dan Tennessee sudah mengenal satu sama lain dengan baik. Curtiss merasa lega setelah mengetahui ada yang ia kenal di antara mereka.

Kapal tempur dari kelas North Carolina, USS Washington BB-56. Aura serius dan profesional nampak darinya. Ia menjabat tangan Curtiss dengan mantap dan berbicara dengannya dengan penuh percaya diri. Tipe orang yang dapat diandalkan untuk menjalankan tugas dengan baik.

Penjelajah ringan dari kelas Omaha, USS Omaha CL-4. Tipikal gadis-gadis remaja pada umumnya. Bisa dibilang Omaha merupakan versi yang lebih ceria dari Tennessee. Bisa dibilang ia merupakan penjelajah tertua Amerika Serikat yang aktif dalam perang, namun sifatnya tidak mencerminkan hal tersebut, setidaknya itu yang dipikirkan Curtiss.

Penjelajah ringan dari kelas St. Louis, USS Helena CL-50. Straight to the point, dan tidak pernah berbasa-basi dalam berbicara. Bahkan ketika Curtiss memberikan candaan-candaan kecil padanya, dia tidak menanggapi. Curtiss akhirnya menambahkan satu kalimat dalam daftar "yang harus dilakukan" miliknya. Membuat Helena tertawa –atau setidaknya tersenyum-.

Para perusak dari kelas Fletcher, USS Thatcher DD-514, USS Sullivans DD-537, dan USS Sigsbee DD-502. Curtiss cukup mudah membedakan mereka dari warna rambutnya. Kastanye untuk Thatcher, merah muda untuk Sullivans, dan putih kebiruan untuk Sigsbee. Thatcher merupakan gadis yang ceria dan energik, sementara Sullivans justru kebalikannya, pendiam dan pemalu. Sigsbee bertindak seperti kakak bagi mereka berdua. Dia selalu memperingatkan Thatcher apabila ia mulai bertindak berlebihan. Dia juga yang meyakinkan Sullivans untuk berbicara dengan Curtiss.

Kapal selam dari kelas Gato, USS Albacore SS-218 dan dari kelas Balao, USS Archerfish SS-311. Melihat penampilan mereka, Curtiss tidak bisa percaya bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas tenggelamnya Taihou dan Shinano di perang dunia dua. Mereka terlihat seumuran dengan para perusak. Atau bahkan lebih muda tergantung bagaimana kau melihat mereka. Dilihat dari nomor lambungnya, Albacore lebih tua dari Archerfish. Namun Archerfish nampaknya lebih "berkembang".

Curtiss berbincang-bincang dengan mereka mengenai banyak hal hingga larut malam. Berpisah setelah mengantar para gadis kapal ke barak mereka, Curtiss kembali ke Arleigh Burke untuk berkumpul bersama para krunya. Seperti yang ia duga, mereka mereka masih duduk bersama di anjungan kapal. Inilah yang biasa mereka lakukan saat malam hari di tengah lautan. Berkumpul di bawah bintang sambil memainkan gitar dan bernyanyi bersama. Namun karena sekarang mereka berada di markas angkatan laut, tidak ada nyanyian dari mereka. Suara dari dua ratus orang cukup untuk membangunkan orang-orang di sebuah blok tersebut.

"Yo, kapten!" suara ramah menyambut Curtiss saat naik ke atas kapal, diikuti dengan teriakan bersemangat dari kru yang lain. Menyadari hal yang terjadi, Curtiss segera menyuruh mereka untuk tenang.

"Ahaha… jangan salahkan mereka. Mereka hanya tidak sabar untuk mendengarkan cerita darimu".

"Cerita? Apa maksudmu Wattson?".

"Oh, ayolah… Tadi kau bertemu dengan gadis-gadis itu kan? Bagaimana penampilan mereka? Setidaknya, kenalkan salah satu dari mereka kepada kami" kata Wattson sambil menyeringai.

"Yah… mereka gadis yang baik. Aku yakin dapat bekerjasama dengan mereka"

Ekspresi Wattson kemudian berubah menjadi serius setelah Curtiss duduk di sampingnya.

"Curtiss, kau sadar malam ini adalah malam terakhir kau bersama kami bukan?"

"….."

Curtiss hanya bisa diam. Arleigh Burke akan meninggalkan Pearl Harbor besok pagi dibawah komando sementara Letnan Wattson menuju San Diego. Dia kemudian memperhatikan wajah rekan-rekannya satu per menghela nafas berat.

"Kau tahu Curtiss? Jika ada pertemuan, pasti juga ada perpisahan. Cepat atau lambat hal ini pasti akan terjadi. Kau menerima tugas yang besar sekarang, jadi lakukanlah dengan baik. Yang sekarang harus kau lakukan adalah memimpin gadis-gadis itu dan segera menyelesaikan perang sialan ini. Lagipula, bukankah kau menjadi semacam tokoh utama sekarang?"

Wattson melemparkan candaan kecil di akhir kalimatnya. Curtiss hanya bisa tersenyum simpul. Ia kemudian kembali memperhatikan rekan-rekannya. Tak ada rasa depresi dan kehilangan di wajah mereka. Yang ada hanya seringai-seringai kecil dan wajah-wajah penuh percaya diri, seakan ingin menantang Curtiss; "Kau kira kami tidak bisa hidup tanpamu? Omong kosong! Lihat dan perhatikan saja kawan. Kami akan mengejutkanmu".

Curtiss sadar bahwa tidak ada gunanya baginya untuk depresi. Toh, perpisahan ini tidak untuk selamanya. Mereka masih bisa berkumpul bersama-sama di lain waktu. Sekarang ada tugas besar menanti di depannya. Tugas yang dipercayakan negaranya – tidak, yang dipercayakan seluruh dunia kepadanya. Dan dia tidak sendirian. Dia memiliki rekan-rekan yang akan selalu mendukungnya dari belakang. Dan yang terpenting, dia memiliki gadis-gadis, yang meskipun baru ia kenal hari ini, sudah memiliki kepercayaan dan harapan besar padanya. Curtiss percaya, dalam waktu singkat mereka akan menjadi armada yang kuat dan solid.

"Baiklah teman-teman, mainkan gitar dan samakan suara kalian! Kita akan mengisi malam ini dengan nyanyian! Tapi pelankan suara kalian sedikit atau Nimitz akan menenggelamkan kita disini."

Gelak tawa menyambut celotehan Wattson. Ditemani terang bulan, mereka bernyanyi dan tertawa hingga pagi seakan tak memiliki beban sama sekali.