Mother
Sum: "—aku ingin Mama,"/Karmanami/ Two-Shot
.
.
Ansatsu (c) Masui Yuusei
Warning: Alur Kecepetan, Geje, Typo dll.
.
.
DON'T LIKE DON'T READ
Part 1: Hal Yang Diinginkan
Karma Akabane, usia 25 tahun, berdiri di depan Sekolah Dasar, ia tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya aneh, mungkin beberapa bilang; Apa dikata, seorang cowok ganteng menunggu di depan SD? Tidak, itu bukan salahnya, tapi salah mukanya, suruh siapa punya muka ganteng?
Tunggu, itu anugrah bukan?
"Karma-kun?" Sebuah suara familiar menyapanya, ia menoleh kebelakang "Okuda-san!" serunya terkejut, gadis berkacamata itu tersenyum "Ah, memang benar Karma-kun!" katanya "Kenapa kau disini Okuda-san?" tanya Karma "Hari ini topik pelajarannya tentang kesehatan, aku diundang kesini, omong-omong Karma-kun mau menjemput siapa?"
"Aku mau menjeput—,"
"Papa!"
"—Anakku,"
Suara anak kecil—loli—terdengar dari belakang "Lho? Rikka-chan!" sapa Manami "Bu Okuda! Papa kenapa bareng Bu Okuda? Kalian saling kenal?" tanya anak perempuan bermata biru itu "Iya, kami teman lama, hee, jadi kau tadi mengajar di kelas anakku ya?" tanya Karma "Yah, begitulah," kata Manami tertawa.
"Bu Okuda! Ikut makan malam yuk! Masakan Papa enak lho!" kata Rikka menarik tangan Manami "Eh, Rikka, jangan sembarangan, Okuda-san itu sibuk..," kata Karma "Eehhh, sibuk ya? Ya sudah, nggak apa-apa," kata Rikka.
"Aku senggang kok, aku mau makan malam, kalau Karma-kun tidak keberatan," kata Manami tersenyum "Eh? Yang benar? Aku tidak merepotkanmu?" tanya Karma, Manami menggeleng "Tidak, kok!" Karma tersenyum "Baiklah, naik ke mobilku,"
~!~
"Terima Kasih, Karma-kun, makanannya enak, lho,"
Rikka sudah tertidur beberapa menit lalu, Karma membawanya ke kamar "Ah, bukan apa-apa," jawab Karma tersenyum kecil "Omong-omong Karma-kun, Ibunya Rikka mana?" tanya Manami, Karma menjatuhkan makanan yang dibawanya, Manami kaget.
"Eh.. Karma-kun..?"
Karma menghela nafas "Ahh, kurasa, buat apa juga disembunyikan.. Okuda-san, tolong jangan beritahu yang lain ya," kata Karma "Eh..?"
"Ibunya Rio," jawab Karma pelan.
"...Rio..? Nakamura Rio? Ah! La-lalu dimana Rio-chan sekarang? Kenapa dia belum pulang dan kenapa.. kamu merahasiakannya?" tanya Manami, tersimpan seribu pertanyaan tentang Ibunya Rikka "...Aku tak mengerti sebenarnya, sesudah lulus SMA, aku dan dia sempat berpacaran, dan mengajaknya menikah... dan malam itu, tanpa sadar kami kelewatan," kata Karma.
Manami menahan nafas "...lalu?"
"Rio sebenarnya tidak masalah, lagipula ia sudah mengencani banyak laki-laki, dia juga bukan perawan—aku tau itu dari Satoru, mantannya, namun yang jadi masalah, aku lupa mengenakan pelindung, dan Rio... ia tak keberatan, sih,"
"Waktu keadaannya seperti itu, aku mengajaknya menikah, satu tahun, ia belum menjawabnya, dan... Bulan April lalu..,"
"Aku menemukan Rikka dipintu rumahku,"
Mata Manami melebar "Ma-Maksudmu... Rikka-chan... dibuang?" tanya Manami "Dibuang oleh ibunya? Yah, kupikir begitu," kata Karma "Aku sendiri tidak bisa percaya, aku sempat frustasi, namun ketika Rikka datang aku sadar, setidaknya, aku harus memberinya tempat untuk berpijak, aku harus memberinya tempat untuk tinggal, bahkan, walau tanpa seorang Ibu, Rikka mengerti,"
Karma kemudian mengalihkan pandangannya ke jendela "...Rikka-chan, memang... luar biasa ya?" tanya Manami, Karma menoleh "Maksudmu apa?" tanya Karma "Memang tidak kelihatan kalau di sekolah, tapi... sekali aku melihatnya aku cukup tau ia menderita, ia tersenyum palsu, ia menutupi semua kesedihannya dengan tawa dan senyumnya..,"
"...padahal baru berusia 6 tahun.. gadis yang luar biasa, sungguh," kata Manami "Aku minta maaf Kama-kun, sudah membuatmu mengingat soal ini," kata Manami.
"Tidak masalah, nah, sudah malam, ayo kuantar pulang,"
~!~
5 bulan kemudian...
Karma mengecek jamnya berkali-kali
Kapan meeting ini akan selesai?
Sudah pukul 04.01 dan seharusnya ia sudah pulang 2 jam lalu, Karma kembali memperhatikan orang yang berdiri di depannya.
Gakushuu bangke, liatin aja entar gue apain.
Ya, yang sedang menjelaskan hal-hal ini itu di depan tidak lain dan tidak bukan adalah Asano Gakushuu, rivalnya semasa SMP, SMA, Kuliah hingga sekarang bekerja, Karma mengutuk Gakushuu dalam hati "Baiklah, rapatnya kita akhiri disini," Karma menghela nafas lega, kemudian langsung melesat pergi ke SD Kunugigaoka.
~!~
"Su-Sudah pulang?" tanya Karma kaget.
"Iya," jawab Kanzaki, ia menjadi guru Bahasa Jepang di Kunugigaoka "Memangnya yang tadi menjemputnya siapa?" tanya Karma lagi "Uhm, kurang tau deh, tapi aku pikir perempuan," kata Kanzaki lagi.
Setelah berterima kasih pada Kanzaki, Karma cepat-cepat menyalakan mobilnya, tujuannya pergi kerumah, siapa tau Rikka sudah pulang.
Perempuan? Siapa? Jangan-jangan Rio?
Ia tau anaknya tidak sepolos itu, Karma yakin,
Akabane Rikka bukan anak biasa, dia anak yang ajaib.
Dan Karma bersyukur memilikinya sebagai seorang anak.
~!~
Namanya Akabane Rikka, tahun ini usianya 6 tahun, kelas 1 SD, ia tak memiliki ibu, karena itu ia tidak pernah tau bagaimana rasanya berada di dalam pelukan wanita yang telah melahirkannya, ia tidak tau dan tidak mau tau tentang Ibunya, ia tidak pernah membenci Ibunya, bagaimanapun ia harus bersyukur Ibunya telah melahirkannya ke dunia ini.
Mungkin umurnya 6 tahun, namun jalan berpikinya sudah seperti orang dewasa.
Rikka juga tidak kesepian, ia punya nilai bagus, teman yang baik, guru yang baik dan seorang Ayah yang sangat ia sayangi, saat hari Ibu, Rikka nyaris tidak pernah menulis sepucuk surat untuk Ibunya, ia tidak pernah bersemangat soal hari Ibu, ia malah menanti hari Ayah.
Satu hal yang mungkin unik dari Rikka hanya satu;
Ia tak pernah ingin memiliki sesuatu, serius, jikalau kalian melihat anak-anak SD sekarang khususnya perempuan minta dibelikan boneka, barbie atau apapun dan dipajang dikamarnya, maka kau akan terkejut melihat kamar tidur Rikka yang hampir tidak ada bonekanya.
Pernah Karma membelikan boneka beruang; yang katanya sedang populer, namun Rikka malah memberikannya ke orang lain.
Kadang, ketika Rikka berada di pangkuan Karma sambil membaca dongeng, Karma bertanya pada Rikka "Kenapa kau tidak minta apapun?" tanya Karma, Rikka pasti tersenyum dan memeluk Karma "Aku nggak butuh apapun, kan udah ada Papa, itu aja udah cukup," kata Rikka.
Sungguh, itu adalah kebahagiaan yang Karma miliki sebagai seoran Ayah.
~!~
"Rikka!"
Karma membuka pintu rumahnya yang tidak dikunci, terlintas pikiran-pikiran buruk di benak Karma.
"Oh! Papa udah pulang!"
Karma menghela nafas, langsung memeluk putrinya "Syukurlah kamu nggak apa-apa.., siapa tadi yang antar kamu kesini?" tanya Karma "Eh itu..,"
"Oh! Karma-kun udah pulang?"
"Okuda-san?"
Gadis berkacamata yang menyandang gelar Ilmuwan sekaligus guru IPA itu tersenyum "Eh, kenapa?" tanya Karma "Aku sekarang ngajar di Kunugigaoka, tadi jam 2 pas pulang, aku lihat Rikka lagi nunggu sendirian, karena kasian kubawa ke sini, kebetulan, Rikka bawa kunci cadangannya, jadi aku pakai dapurmu, tidak apa-apa 'kan?" tanya Manami.
Karma menghela nafas, kemudian bersyukur.
"Ya ampun.. bikin kaget saja, maaf Okuda-san, merepotkan," kata Karma "Ahh, tidak apa-apa kok, aku juga menikmati waktu bareng Rikka-chan, karena sudah ada Papamu, aku pulang dulu," kata Manami "Iyaa terima kasih Bu Okuda,"
"Okuda-san, tunggu sebentar," kata Karma.
"Ya?" tanya Manami.
"Maukah kau pergi bersamaku dan Rikka ke taman bermain minggu ini? Aku dapat 3 tiket, sayang satu lagi kalau tidak dipakai, anggap saja ini rasa terima kasihku karena sudah menjaga Rikka," kata Karma "Eh.. benar?" tanya Manami, Karma mengangguk "Dengan senang hati!"
~!~
"Bu Okudaaa!" Manami menoleh, mendapati anak perempuan dengan rambut merah dan mata biru menghampirinya "Jangan lari-lari, nanti jatuh," ucap Karma memperingatkan, Manami tertawa "Nah, ayo pergi," ajak Karma.
Ketiganya masuk ke taman bermain super besar itu, mereka menaiki wahana yang mungkin Rikka naiki, namun mereka tetap senang.
"Bu Okuda! Kita naik Roler Coaster yuk?" tanya Rikka "Eh.. tapi belum cukup umur Rikka-chan," kata Manami "Yahh..,"
Karma tersenyum "Begini, deh, nanti kalau kamu kelas 5, kamu boleh naik Roller Coaster, bagaimana?"
"Kelas 5 Kelamaan Pa," kata Rikka "Dan belum tentu Bu Okuda ada disini, aku kan mau naiknya sama Bu Okuda," kata Rikka "Nanti deh, kita pergi bareng lagi ya?" tanya Manami, Rikka menganggguk.
~!~
Jam makan siang sudah tiba, mereka pergi ke food court, Karma memesan makanan untuk mereka, setelah itu kembali dengan membawa steak, burger dan salad, semuanya kesukaan Rikka, ia harap Manami menyukainya, Karma lupa bertanya Manami mau pesan apa.
"Hahahaha,"
Tawa familiar terdengar ditelinganya, ia menoleh ke kiri, mendapati gadis berambut pirang, seorang anak laki-laki berambut pirang juga, matanya ungu, di depan mereka ada seorang lelaki berambut pirang stroberi dengan mata ungu.
Jantung Karma seakan berhenti berdetak saat itu juga.
"Karma-kun?" tanya Manami, Karma menoleh "Ah... Okuda-san, maaf, apa aku membuatmu lama menunggu?" tanya Karma, Rikka berdiri di sebelahnya "Kenapa Papa melihat ke kiri dari tadi? Ada sesuatu yang menarik?" tanya Rikka.
"Ke kiri—," Manami menghentikan ucapannya begitu melihat siapa yang ada disana. Matanya melebar "K-Karma-kun, ayo kita makan saja," kata Manami, Karma mengangguk.
"Papa kenapa diam?" tanya Rikka begitu mereka makan, Karma menggeleng "Enggak kok, Papa enggak apa-apa," kata Karma, Rikka mengangguk "Karma-kun... habis ini.. kita langsung pulang ya?" tanya Manami "Tidak perlu, aku tidak mau merusak acara kita," kata Karma tersenyum.
Manami mengangguk samar.
~!~
Ketika malam hari tiba, lampu-lampu wahana dinyalakan, Karma, Manami dan Rikka tidak mau melewatkan malam spesial ini.
Wahana yang terakhir kali mereka naiki adalah Bianglala, kincir besar itu memancarkan cahaya yang luar biasa terang terhadap wahana lain, beberapa wahana sudah tutup.
Ketiga manusia itu duduk di satu bianglala berwarna biru gelap, mereka bingung memutuskan tempat duduk "Okuda-san sebelah Rikka saja," kata Karma "Tidak, Karma-kun saja," kata Manami, Rikka yang menyaksikannya hanya menghela nafas "Aku duduk sendiri disini, Bu Okuda dan Papa di depanku!" kata Rikka, sok merintah.
Tunggu, sejak kapan Rikka jadi seperti itu?
"Rikka, maksudmu apa—," Karma tidak sempat melanjutkan protesnya karena banyak orang sudah mengantri, jadilah Karma duduk di sebelah Manami, keduanya merasa canggung satu sama lain, Karma yang paling pusing, ia takut pacar (jika ada) Manami akan mengamuk.
Namun mereka semua menikmati malam itu.
~!~
"Wahh tadi seru sekali yaa! Ayo pulang, aku mengantuk," kata Rikka "Ya, Tunggu sebentar, Okuda-san, kau mau kemana?" tanya Karma "Aku mau ke toilet dulu, tidak apa-apa?" tanya Manami Karma mengangguk "Apa kau mabuk saat naik Cangkir Putar tadi?" tanya Karma, Manami menggeleng "Bukan kok, bukan apa-apa, kalau begitu permisi," kata Manami.
Karma mengangguk, kemudian keduanya menunggu Manami.
"Papa, seperti apa rasanya punya Ibu?" tanya Rikka tiba-tiba, Karma yang sedang melamun memperhatikan wahana Niagara itu menatap putrinya "Rasanya.. menyenangkan, hangat, dan penuh kasih sayang... sama seperti Rikka punya Papa, rasanya seperti itu, kita bisa memeluknya.. menciumnya... dan, seorang Ibu akan sangat menyayangi anaknya..," kata Karma
"Papa, apakah aku boleh meminta sesuatu darimu?" tanya Rikka, Karma terkejut, ini pertama kalinya Rikka menginginkan sesuatu, mungkin hal ini yang dia sampaikan berdasarkan keadaannya yang senang dan terus ceria.
"Aku mau—,"
Tapi itu cuman pikiran Karma
"—aku ingin seorang Mama,"
Mata Karma melebar, Karma kaget dengan pernyataan anak semata wayangnya itu "Eh..,"
"Selama ini... aku tidak pernah minta apa-apa 'kan? Aku.. aku ingin Mama, Pa..," kata Rikka hampir menangis, tidak tahan melihat muka sedihnya, Karma memeluk putrinya itu "Baiklah sayang, nanti Papa carikan Mama untukmu," kata Karma.
"Enggak, aku nggak mau," kata Rikka
"Lalu—,"
"Aku mau Bu Okuda..., aku mau dia jadi Mamaku," kata Rikka lagi, begitu Rikka mengatakannya, suara barang jatuh terdengar, Karma dan Rikka menoleh, Manami berdiri terkejut "Eh.., ah..," Manami tampak kebingungan.
Rikka berlari memeluknya.
"Mama?" tanya Rikka menatapnya, air mata jatuh di pipi mungilnya, Manami tersenyum, memeluknya balik "Baiklah Rikka sayang, aku Mamamu," kata Manami, Karma terkejut, Rikka tertawa senang "Mama Manami!" serunya.
Karma menghela nafas, tersenyum.
Hahahaha, ini apan sih? Di tunggu next partnya yaaa
