"Jongin.. aku hamil."
Lelaki bersurai coklat itu mendengus mendengar ucapan seorang gadis mungil didepannya.
"Lalu, apa urusannya denganku?"
Sementara si gadis mungil itu membolakan matanya –terkejut akan pertanyaan Jongin yang seperti itu.
"A-apa maksudmu? Jelas ini urusanmu, aku hamil anakmu Jongin-ah." Ucap gadis itu menahan isakannya.
Sementara si lelaki didepannya berjalan mendekat. Mencengkram kedua bahu gadis itu membuatnya mendesis karena cengkraman yang terlalu kuat.
"Lalu kau meminta pertanggung jawabanku huh?" lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya.
"Gugurkan dan jangan pernah temui aku lagi karena aku tidak akan sudi untuk bertanggung jawab dengan anak diperutmu."
Dan setelahnya lelaki itu meninggalkan si gadis –Kyungsoo yang jatuh terduduk sembari menangis tersedu-sedu karena ditolak oleh ayah anaknya.
.
.
.
.
.
REPEATING [SHORTFIC]
...Baby_Vee...
KAISOO – GS
.
.
.
.
.
15 tahun kemudian...
"Aku pulang.."
Teriak seorang gadis cantik yang terlihat baru pulang sekolah. Gadis itu terlihat menggerutu dengan menghentakkan kaki-kakinya menuju ruang tengah plat kecilnya.
Setelah mencapai kursi gadis itu langsung membanting tas juga bapannya disana. Terlihat sekali bahwa gadis cantik itu tengah kesal akan sesuatu hal.
Tiba-tiba saja dari arah belakang, muncul seorang wanita cantik dengan mata bulat serta bibir hati yang tersenyum menyambut kepulangan anak semata wayangnya.
"Taerin-ah... jangan tidur disitu. Ganti bajumu lalu segera makan, ibu sudah menyiapkan makanan untukmu." Ucap wanita itu. Namun ucapan dari wanita itu tidak ditanggapi sama sekali oleh anaknya. Yang ada gadis canti yang dipanggil Taerin itu semakin menutupi wajahnya dengan bantalan sofa.
Kyungsoo –ibu taerin, menghela nafas. Dia sudah hafal dengan gelagat anaknya. Pasti terjadi sesuatu lagi disekolah anak itu. Jadi Kyungsoo mendekatkan diri ke putri cantiknya. Duduk, lalu menarik bantal yang menutupi wajah anak kesayangannya.
Dan seperti yang sudah-sudah. Kyungsoo selalu mendapati linangan air mata diwajah cantik anaknya. Itu sudah terbiasa terjadi namun tidak bisa membuat Kyungsoo untuk tidak miris dengan anaknya.
"Hei, ada apa? Ceritakan pada ibu." Dibawanya gadis itu kepelukan hangat didadanya. Gadis cantik itu tetap bungkam. Hanya ada suara tangisan yang teredam.
Kyungsoo menghela nafas, tau betul apa lagi masalahnya. "Apa mereka mengejekmu lagi?"
Gadis cantik itu mengangguk kecil, membuat Kyungsoo hanya tersenyum prihatin dengan keadaan anaknya.
"Tidak apa-apa. Biarkan mereka mengejekmu. Mereka saja yang tidak tau bagaimana kau hidup dengan ibu." Tenangnya. Namun bukannya tenang, gadis cantik itu malah melepas pelukan Kyungsoo dan memandang sengit kearah ibunya.
"Ibu bilang tenang?" tanyanya jengkel. "Bagaimana aku bisa tengang jika mereka terus mengejekku tak punya ayah sampai sekarang bu? Mereka menyebutku anak haram. Mereka terus menyebut ibu itu pelacur. Mereka selalu bilang jika aku ini hanya pembawa sial yang harus hidup miskin berdua dengan ibunya. Apa aku masih harus tenang jika disebut seperti itu. Jawab bu! Jawabbb!" teriak anak itu emosi.
Kyungsoo yang memang tau bahwa gadis itu menuruni sifat dan perilaku ayahnya hanya bisa mengalah. Untuk meredam emosi putri cantiknya, Kyungsoo memutuskan untuk bangkit. Dia akan selalu menghindar jika anaknya terus bertanya tentang ayahnya yang kemana. Karena Kyungsoo tidak ingin bohong terus menerus.
"Bersihkan dirimu. Ibu sudah menyiapkan makanan. Ibu pergi bekerja dulu."
Kyungsoo membawa langkah kakinya terburu-buru. Wanita itu merasa sesak didadanya akibat menahan tangis yang sedari tadi dia tahan agar tidak tumpah didepan putri cantiknya. Dia tidak boleh terlihat lemah dihadapan taerin. Dia harus kuat agar bisa menjadi contoh anaknya.
Namun dia berhenti tepat didepan pintu ketika mendengar suara anaknya mendengus.
"Makanan? Apa makanan sisa yang ibu kumpulkan dari restoran tempat ibu bekerja itu bisa disebut makanan?" ucap remeh anak itu. Kyungsoo semakin mengepalkan tangannya mendengar penuturan anaknya yang selanjutnya.
"Makan saja sampah itu sendiri, jangan beri aku. Aku tidak akan memakannya."
Dan setelah suara itu, terdengar suara pintu yang ditutup dengan keras. Membuat Kyungsoo sedikit berjingkat dan setetes air matanya lolos.
Tak ingin seluruh air matanya turun. Wanita itu mendongakkan wajahnya keatas. Lalu segera keluar untuk pergi menuju restoran tempatnya bekerja yang terdapat di 50 meter dari flat sewaannya.
.
.
Jongin mengendari mobilnya dengan laju sedang. Jalanan lenggang karena jam makan siang sudah terlewat. Namun Jongin memiliki sebuah acara dengan salah satu investornya disebuah restoran khas korea.
Dia sebenernya masih sedikit kesulitan menghafal jalanan di Busan karena dia hanya sesekali datang kemari untuk meninjau salah satu cabang perusahaannya yang berada disana. Jadi jangan salahkan Jongin yang sedikit lama mencari nama sebuah restoran yang padahal sangat terkenal di Busan.
Tak beberapa lama Jongin memelankan laju mobilnya setelah dirasa mendapat alamat yang benar dari . dan tepat, 15 meter didepannya dia dapat melihat plang dari nama restoran itu dipajang besar-besar.
Jadi Jongin segera menepikan mobilnya dan menyusun mobil itu untuk diparkirkan diantara mobil-mobil lain yang juga tengah mengunjungi restoran tersebut.
Jongin segera masuk kedalam dan langsung disambut oleh seorang pelayan. Setelah mengatakan kursi yang ditujunya pelayan itu segera mengantar Jongin kemeja pesanannya. Dan disana dia sudah melihat salah satu investornya atau bisa disebut pemilik restoran ini sudah duduk menunggunya.
Jongin segera menghampiri dan menyapa lelaki tersebut.
"Selamat tuan Park. Maaf menunggu lama." sapa Jongin ramah.
Lelaki bertelinga lebar yang disapa Jongin itu tersenyum menyambut uluran tangan Jongin.
"Tidak masalah Tuan Kim. Mungkin anda sedikit susah mencari restoran saya yang kecil ini." rendahnya si pemilik.
Namun Jongin segera menggeleng, "Tidak Tuan, restoran anda berada ditempat yang strategis. Hanya saja saya yang memang kurang paham dengan jalan-jalan yang ada di Busan."
"Ahhh saya bisa maklum kalau masalah itu. Oh ya silahkan duduk Tuan Kim. Saya akan panggilkan salah satu pelayang saya."
Tak beberapa lama, masuk seorang pelayang dengan memo ditangannya untuk mencatat pesanan. Setelah mencatat apa yang diperlukan untuk semuanya, pelayan itu segera mengundurkan diri.
Tuan Park atau yang biasa di panggil Chanyeol itu mengejak Jongin kembali untuk berbincang-bincang. Mungkin karena mereka yang seumuran membuat mereka cepat akrab dan nyaman satu sama lain. Dan tak terasa waktu setengah jam terlewati begitu saja saat pesanan yang mereka pesan tadi datang.
Chanyeol mempersilahkan Jongin untuk segera menyantap hidangan yang disediakan oleh pelayannya. Dan Jongin yang memang tidak mau membuat rekan kerjanya tersinggung segara menyantap makanan itu.
Hal pertama yang dipikirkan Jongin ketika makanan masuk mulutnya adalah sesosok gadis dari masalalunya. Masakan ini terasa familiar untuk Jongin meski sudah 15 tahun berlalu dengan Jongin yang akhirnya menyesali keputusannya.
Mereka selesai makan dengan baik. Bahkan Jongin yang biasanya selalu menyisakan makanannya kini melicinkan semua piring serta mangkuknya.
"Ahh, terima kasih untuk makanannya Chanyeol-ssi, ini sungguh sangat nikmat." Ucap Jongin tulus.
Sementar Chanyeol yang dipuji justru tertawa kecil.
"Terima kasih kembali untuk pujiannya Jongin-ssi. Tapi memang makanan ini benar-benar nikmat, karena kami memang memiliki seorang koki handal yang sangat dipercayakan disini."
Jongin tersenyum, "wahhh anda benar-benar beruntung Chanyeol-ssi,"
Mereka terus menerus berbicara hingga matahari sudah tergelincir. Dan saat itulah kesepakan akan proyek keduanya terjadi. Setelahnya Jongin berpamit untuk pulang.
Lelaki itu segera naik kemobilnya. Jalanan terasa sedikit padan karena masih banyak mobil yang berlalu lalang. Sesaat lelaki itu melarikan pandangannya keponselnya untuk mengetahui perkembangan dari perusahaan utamanya dari sekertasinya.
Saat dia tengah fokus keponsel. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan lengkingan suara gadis yang berteriak didepan mobilnya. Jongin yang bingung langsung membuang ponselnya dan mengerem laju mobilnya. Namun naas, moncong depan mobilnya menabrak seseorang itu hingga jatuh.
.
.
Kyungsoo meminta ijin untuk pulang awal hari ini. wanita itu memang menyempatkan membeli sekotak ayam goreng ditempat favorit anaknya.
Dia tau betul bagaimana keras kepalanya anaknya itu. Jadi dengan sedikit uang yang dia punya. Dibelikanlah ayam goreng itu. Tidak masalah dia tidak makan nanti yang terpenting anaknya makan.
Namun saat dia sampai rumah dia harus mendapati rumah dalam keadaan kosong.
Dia pergi mencari Taerin kesegala arah namun nihil. Gadis itu benar-benar tidak ada dimana pun. Kyungsoo yang bingung lekas mencari ponselnya dan berniat menghubungi Taerin. Namun gerakan mengambil ponselnya terhenti ketika mengingat jika anaknya itu tidak memiliki ponsel. Ponselnya jatuh kedalam air dua bulan yang lalu dan Kyungsoo masih belum memiliki uang yang cukup untuk membelikan ponsel baru untuk Taerin.
Dan saat-saat kebingungannya tersebut. Dia mendengar suara anaknya yang berteriak lantang dari arah depan.
Kyungsoo segera berlari kearah pintu untuk melihat anaknya. Dia bisa belihat putri cantiknya yang sedang tersenyum cerah meski dengan perban disekitar tangan juga kakinya.
Kyungsoo hendak bertanya lebih lanjut, namun kata-katanya harus ditelan hening saat matanya melihat bahwa anaknya tidak pulang sendiri. Melaikan bersama orang lain. Seorang pria yang selama 15 tahun ini coba Kyungsoo lupakan meski itu mustahil karena saat Kyungsoo ingin menghapus wajahnya maka wajah taerin lah yang akan kembali mengingatkannya.
Tak berbeda dengan Kyungsoo. Lelaki itu juga membatu dibelakang taerin. Dia sedikit terkejut dengan Kyungsoo yang tiba-tiba ada didepannya.
Tak terasa, mulut kedunya saling mengguman nama belahan jiwa masing-masing.
"Jongin..." / "Kyungsoo..."
.
.
.
.
.
TBC
Oke ini ceritanya baby vee mau buat shortfic gitu. Ini Cuma terdiri dari beberapa chapter aja. Permasalahan mereka itu ringan dan terlalu berbelit-belit. Intinya ini dibuat baper-baperan aja...
So, review juseyo biar baby vee terusin. Sekian terima kasih :*
