Katekyo Hitman Reborn © Amano Akira
Fiducia © Hana 'natsu' Mitsuzaka
[TYL 27 x TYL 95 at the beggining, 27 x TYL 95 ]
Warning: Modified-Canon for episode 76 anime, birthday fict for 95, (maybe) ooc, and typo (s). Need some critics and suggestion, if you don't mind. XD
Summary: / Tidak apa-apa. Kalau Tsu-kun, aku percaya. Tsu-kun pasti bisa memperbaiki keadaan. Dan sekali lagi mengucap, selamat ulang tahun kepadaku./
.
.
Kamis, 1 Maret. 20.00
Tangannya bergetar. Wajahnya memucat dan matanya melebar. Sumpit berisi japitan makanan tidak jadi dimasukkan ke dalam mulutnya. Terpaku dan terdiam dengan kepala sedikit tertunduk. Terlihat oleh kedua iris hazel Tsuna bahwa sosok di hadapannya sedang berusaha mati-matian menahan tangis.
".. Tsu.. kun..?"
"Maaf, Kyoko!" Tsuna buru-buru menyela. Kepalanya ia tundukkan dalam-dalam, seakan tidak tega melihat ekspresinya seperti itu. "Gara-gara aku salah bertindak, semuanya jadi seperti ini. Maaf. Betul-betul maaf! Tapi sungguh.."
Sasagawa Kyoko—yang telah berubah nama menjadi Sawada Kyoko beberapa bulan lalu—menaikkan wajahnya. Menatap Sawada Tsunayoshi lekat-lekat.
Belakangan ini, perlahan ia mengetahui situasi yang dihadapi Vongola. Ia memang merasa masalahnya berat, tetapi ternyata, tidak sekalipun ia berpikir, masalah itu akan menjadi seberat ini. Syok jelas sangat dirasakannya. Mengetahui lagi-lagi hanya dia yang tidak mengetahui apa-apa. Ia sedikit kesal. Tetapi, berikutnya ia berusaha menampik kekesalan itu dengan sebuah senyum getir yang tercetak pada wajahnya.
Karena bagaimanapun juga, Kyoko mengerti. Alasan Tsuna tidak memberitahunya semata-mata hanya karena Tsuna tidak ingin membuatnya khawatir. Hanya demi dirinya. Memang seperti itulah seorang Sawada Tsunayoshi yang dikenalnya sedari dulu.
"Ngg. Tidak apa-apa. Bukan salah Tsu-kun, kok." ia menjulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Tsuna. Dengan lembut ia angkat kepala Tsuna sehingga iris hazel dan emas milik mereka berdua berhadapan. "Meskipun seperti itu, aku percaya... kalau Tsu-kun pasti bisa melakukan sesuatu untuk memperbaikinya."
Dan ia tersenyum lagi. Senyum lebar yang terlihat getir dan dipaksakan di mata Tsuna.
Vongola Decimo itu masih menatap Kyoko dengan penuh rasa bersalah. Kyoko yang masih tersenyum, sekaligus Kyoko yang masih terlihat begitu sedih. Dengan hati miris, disentuhnya jemari Kyoko yang masih memegang pipinya lembut.
"Kyoko, aku bersumpah.." ia menahan nafas sekali. Menghembuskannya, dan mencoba mengatakannya dengan mantap. "Mulai dari sini, hingga seterusnya, tidak akan kubiarkan kau, serta Vongola Famiglia lainnya menderita lebih dari ini. Aku akan melindunginya. Pasti."
Jum'at, 2 Maret. 13. 00
Hari itu adalah hari perundingan antara Vongola famiglia dan Millefiore famiglia. Hari penting yang terangkum dalam seluruh pembicaraan Tsuna semalam. Hari yang—menurut Tsuna, cukup beresiko tinggi. Bisa jadi setelah perundingan ini situasi akan kembali melunak, dan membawa kembali angin kedamaian yang belakangan ini menghilang dari Vongola dan Namimori. Tapi bisa jadi pula—dan kemungkinannya tidak sedikit, apabila perundingan ini gagal maka situasi akan lebih parah daripada sebelumnya.
Tsuna memang mengatakan sudah bersiap akan semua kemungkinan yang akan terjadi; termasuk kemungkinan kedua, kemungkinan terburuk. Tsuna juga mengatakan telah berjaga-jaga dengan berbagai tindakan penyelamatan keluarganya yang masih tersisa, termasuk Kyoko. Tapi Kyoko tidak ingin memikirkan dan menanyakan detail persiapan Tsuna untuk kemungkinan kedua itu. Sejak semalam, ia hanya terus berdoa dengan sekuat tenaga agar langkah perundingan itu berhasil. Sehingga langkah itu tidak diperlukan.
Kyoko masih menunggu di rumah kediaman Sawada milik Tsuna dan dirinya sambil terus berdoa, ketika Gokudera Hayato—pria yang memegang posisi sebagai tangan kanan Vongola Decimo—datang memasuki rumah dengan wajah panik, bersalah dan.. sedih..?
"Go.. Gokudera-kun.." Kyoko merasakan firasat buruk. "A.. Ada apa? Apa yang terjadi?"
Iris emerald Gokudera melirik sebentar ke arahnya. Ia terlihat benar-benar kacau dan frustasi, sebelum..
"Go.. Gokudera-kun?"
—Bersujud di depan Kyoko.
"Go..Gokudera-kun! Ja.. jangan begitu! Angkat kepalamu! A.. ada apa, Gokudera-kun?" suara Kyoko terdengar bergetar. Perasaan kecil di lubuk hatinya mengatakan kemungkinan yang paling buruk melihat reaksi Gokudera.
Meskipun Kyoko sudah berusaha menggerakkan tubuh Gokudera agar berhenti dari posisi bersujudnya, Guardian of storm itu tetap tidak bergeming.
"Maaf.. Maaf.. Maaf!" ucap Gokudera berulang-ulang. Membentur-benturkan dahinya ke lantai terus menerus dengan kuat sampai di ucapannya yang terakhir dapat Kyoko lihat sedikit darah mulai mengucur dari dahinya. "Saya.. tidak bisa melindungi Juudaime! Sawada Kyoko, maaf! Perundingan dengan Millefiore gagal, dan Juu.. Juudaime.."
Kyoko tersentak. "Tsu-kun? Gokudera-kun, Tsu-kun kena.."
"Tertembak. Juudaime.. meninggal!"
Dan itu adalah ucapan terakhir Gokudera yang ia ingat saat itu, sebelum pandangannya gelap, mengabur, dan menghilang.
Sabtu, 3 Maret. 10.00
Kyoko membuka matanya perlahan. Butuh waktu beberapa detik bagi iris matanya untuk menyesuaikan diri dengan besarnya cahaya yang ada dalam ruangan tersebut. "Ini di.."
"Ah, Kyoko-chan!"
Kyoko segera menolehkan pandangannya kepada pemilik suara itu. "Haru-chan.."
"Syukurlah, Kyoko-chan sudah sadar. Kau mau minum air, Kyoko? Atau mau cake? Kebetulan aku masih ada persediaan cake enak di kulkas. Bagaimana kalau kita makan seka.."
Kebiasaan Miura Haru ketika sedang sedih dan syok; mengalihkan pembicaraan dan terus berbicara tanpa henti.
"Nee, Haru." potong Kyoko. "Tsu-kun.. benar-benar meninggal? Benar, ya?" Kyoko mengonfirmasikan sepotong informasi terakhir yang didapatnya dari Gokudera kepada anggota CEDEF itu.
Ya. Miura Haru memang bukan Guardian, pun juga bukan seperti Kyoko yang merupakan istri Tsuna atau Guardian inti lainnya, tetapi keterlibatan Haru yang begitu dalam sejak sepuluh tahun yang lalu di dalam dunia mafia terutama di Vongola, menjadikannya sebagai salah satu anggota CEDEF saat ini.
"Aah.. Itu.." Haru memalingkan wajahnya. Nada isak tangis semakin jelas dalam setiap perkataannya."Se.. sepertinya benar, Kyoko-chan. A..aku sendiri juga kurang begitu jelas. Situasi Vongola saat ini begitu kacau. A.. aku sendiri juga tidak mau menyakininya. Tapi, bahkan Guardian inti yang terdekat dengan Tsuna-san, Gokudera-kun dan Yamamoto-kun.. anggota-anggota teratas CEDEF juga mengatakan itu, dan aku kenal baik mereka. Mereka tidak nampak berbohong. I.. Itu artinya kan.."
Kyoko memilih untuk tidak berkata apa-apa untuk menanggapinya sekarang ini. Kembali menatap langit-langit ruangan yang tepat di hadapannya. Perlahan, air mata mulai mengalir dari sudut-sudut matanya.
Kabut indigo tipis memasuki ruangan. Kyoko dan Haru tidak menyadarinya sampai suara itu muncul.
"Kyoko.. Haru.."
Kyoko dan Haru menengok melihat gadis illusionist itu. "Chrome-chan..?"
"Bukan.. Tidak seperti itu." Chrome menggeleng. Memastikan tidak ada orang lain ataupun penyadap suara di sekitar mereka, kemudian mendekati mereka. Merapatkan wajah-wajah di antara mereka. Berusaha mengatakan sesuatu dengan suara sekecil mungkin dan sejelas mungkin. "Bossu.. masih hidup. Mukuro-sama yang mengabariku. Katanya..."
Minggu, 4 Maret. 12.30
Kyoko menggenggam tangan Haru erat-erat. Berusaha untuk tidak terpisah sambil terus mengikuti arahan sang Guardian of Thunder dan I-pin di hadapan mereka yang sudah cukup banyak terluka.
"Lambo.. I-pin, kalian tidak apa-apa? Bagaimana kalau kita sembunyi dulu? Kalian butuh istirahat, paling tidak untuk merawat luka kalian terlebih dahulu.."
".. Hhh.. Hhh.. Tidak, Kyoko-san. Tidak apa-apa. Tenang saja, kami masih..bisa, kok." jawab I-pin dengan suara terputus-putus menahan rasa sakit dan lelah.
"Ta.. Tapi.."
"I-pin benar, Kyoko-san. Lagipula.." Lambo menyela. "Semua ini bisa kita tunda sampai kita berhasil memasuki base. Di base akan jauh lebih aman, paling tidak."
Memandang takjub kepada dua sosok di hadapannya. Hanya itu yang kini dapat dilakukan Kyoko dan Haru. Sedikit takjub dengan fakta bahwa jangka waktu sepuluh tahun telah sangat mengubah dua bocah yang dulu sering diurus mereka dengan penuh kesabaran menjadi dua sosok yang begitu bisa diandalkan seperti ini.
"Ah! Celaka! Kyoko-san, Haru-san! Lari! Yang disini serahkan saja kepada kami!"
I-pin yang berseru kencang memperingatkan mereka, ternyata tidak cukup untuk memberikan mereka berdua waktu untuk lari. Karena sebuah serangan beratribut storm datang menyapu pandangan.
'Dhuar!'
Minggu, 4 Maret. 12.40
Kepulan asap yang menggantung di depan pengelihatan Kyoko mulai melebur sedikit demi sedikit. Adik dari Guardian of sun itu mulai membuka mata dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Haru? Lambo? I-pin..?"
Tidak ada yang menjawab.
"Nampaknya.. aku terpisah dari mereka, ya?" suara getir Kyoko. "Ah, aku harus bangun. Bahaya kalau di.. eh? Kakiku.." Kyoko sedikit meringis ketika menyadari kakinya terkilir di saat yang tidak tepat.
"A.. aduh.. Bagaimana ini?"
"Kyoko-chan!"
Kepalanya mendongak. Terkejut mendengar suara kencang yang baru saja memanggilnya.
Tsu-kun?
"Kyoko-chan!"
Terdengar lagi. Suaranya terdengar lebih kencang, dan lebih panik. Lagipula, suaranya berbeda. Tidak seberat suara Tsuna yang sekarang dikenalnya, dan.. yang jelas, sudah beberapa bulan yang lalu Tsuna berhenti memanggilnya Kyoko-chan.
Kyoko memutar pergelangan tangannya yang terpasang jam tangan kecil. "Apakah sekarang saatnya?"
"Kyoko-chan!"
Suaranya semakin mendekat, dan..
Kyoko menenggokkan kepalanya. Mendapati wajah Tsuna sepuluh tahun yang lalu datang menghampirinya dengan ekspresi wajah setengah menangis. Wajahnya memerah. Buru-buru ia balikkan badannya dan mengelap wajahnya.
Istri Vongola Decimo itu tersenyum. Menyadari sosok yang ada di hadapannya adalah sosok Tsuna sepuluh tahun yang lalu. Sosok Sawada Tsunayoshi yang masih sangat kecil dengan jaket orange-nya.
"Tsu-kun."
Tsuna kecil itu menengok mendengar suaranya.
"Arigatou. Telah datang untuk kami, Tsu-kun."
Lagi-lagi, Tsuna itu mengalihkan pandangannya. Wajahnya semakin memerah. Kyoko merasa sedikit aneh. Tapi sepersekian detik berikutnya ia sadar.
Benar juga. Aku sepuluh tahun yang lalu, kan masih memanggilnya Tsuna-san...
"Gomen ne.. Kakiku terkilir." ucap Kyoko. Sukses membuat Tsuna kecil buru-buru menghampirinya dengan nada terlalu khawatir.
"Daijoubu desu ka, Kyoko-chan?"
Kyoko mengucap lagi. "Are? Tsu-kun, sepertinya terlihat berbeda, ya.. Tsu-kun terlihat lebih muda dan.. imut."
"Eh? I.. Itu.."
Tsuna kecil yang panik terlihat begitu nostalgik bagi Kyoko. Ia masih memasang wajah tersenyum. Menelusuri tiap lekuk Tsuna di hadapannya dengan lembut.
Tidak apa-apa, Tsu-kun. Aku tahu, kok. Terima kasih sudah datang ke era ini.
"Ketemu."
Suara seseorang memecah situasi nostalgik di dalam benak Kyoko. Suara yang terasa begitu mengancam. Berdua, ia dan Tsuna kecil itu mendongakkan kepala.
"Jangan khawatir. Kalian akan berakhir di sini secepatnya."
Benik emas Kyoko terbelalak lebar. Ia jelas merasa takut dengan sosok itu. Sosok yang terlihat begitu kejam dan juga sangar. Terlebih hal itu terbukti melalui perkataannya. Kondisinya sekarang juga sama sekali tidak bisa dibilang baik. Ia tidak bisa bergerak barang satu langkah pun dengan kaki yang masih terkilir seperti itu. Bisa-bisa, sebelum ia bertukar dengan sosoknya sepuluh tahun yang lalu ia sudah berakhir di..
"Ja..Jangan mendekat!"
Sebelum Kyoko sadar, Tsuna kecil itu ternyata sudah pasang badan di hadapannya.
"Ho.. Kau ingin bertarung?" tantang orang itu.
"Tsu-kun.."
Kyoko yang semakin ketakutan, berusaha memegang lengan berjaket orange Tsuna. Sekali lagi matanya melebar begitu melihat tubuh Tsuna bergetar.
"Ti.. Tidak akan kubiarkan.."
Ah, suaranya juga bergetar..
Tsuna mengeluarkan kotak pil Dying Will dan sarung tangan dari sakunya masih dengan tangan yang bergetar.
"Ti.. Tidak akan kubiarkan..!"
Musuh itu tertawa melihat reaksi tubuh Tsuna. "Hahaha! Kenapa? Kau gemetaran?"
Mengeratkan genggaman di jaket Tsuna. "Tsu-kun.."
"Da.. Daijoubu.." suaranya masih bergetar. "Ki.. kita pasti baik-baik saja.."
Rasa haru memenuhi dada Kyoko. Seperti inilah.. seperti inilah Tsuna yang dikenalnya dari dulu. Sisi yang sama sekali tidak berubah dari sosok pemimpin ke-sepuluh Vongola itu. Sisi yang selalu ingin melindungi dirinya, juga anggota famiglia lain dengan sekuat tenaga, meski ia sendiri sangat ketakutan. Ia ingin menyampaikan sesuatu kepada Tsuna di hadapannya, setidaknya satu ciuman lembut di pipi. Tapi sebelum sempat melakukannya, sebuah asap tipis berwarna pink datang menyelimuti dirinya.
"Eh?"
—Sawada Kyoko mendapati dirinya entah di ruangan apa itu. Gas-gas tipis berwarna kelabu sekali lagi datang menyelimuti dirinya. Dalam sekejap membuatnya begitu mengantuk.
"Ah.. Sudah saatnya, ya.."
Lalu, kesadarannya dengan cepat semakin menipis.
.
.
.
.
"Katanya, bossu memang sudah berjaga-jaga akan kemungkinan dirinya akan ditembak jika perudingan itu gagal, jadi ia mengganti pelurunya dengan peluru yang dapat membuat bossu mati sementara. Ini adalah rencana rahasia bossu. Yang mengetahuinya sendiri juga sedikit. Bahkan arashi dan ame no hito tidak mengetahuinya."
"Tsu-kun.. masih hidup? Lalu kemana ia sekarang, Chrome-chan? Kalau ia hidup kenapa ia tidak kembali?"
"Rencana rahasia bossu tidak hanya itu saja. Dengan rencana ini, bossu berencana secara diam-diam membawa dirinya, seluruh guardian, I-pin, Kyoko, dan juga Haru dari masa sepuluh tahun yang lalu ke masa ini. Tepatnya sepuluh tahun yang lalu, saat bossu dan seluruh guardian-nya baru saja mendapatkan Vongola Ring. Jadi.. saat ini bossu ada di suatu tempat terpisah. Mukuro-sama tidak menjelaskannya lebih rinci, tapi yang jelas, bukan di masa sepuluh tahun yang lalu."
.
.
.
.
Ya. Pasti yang ada di samping Tsu-kun sekarang ini adalah aku sepuluh tahun yang lalu. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Kalau Tsu-kun, aku percaya. Tsu-kun pasti bisa. Dan setelah ini semua berakhir, kamu akan datang seperti biasanya sambil mengucapkan Otanjoubi ommedetou padaku lagi kan, Tsu-kun?
.
.
.
—Fin—
Fiducia: trust, dalam bahasa Itali.
Yap. Selesai.
Di luar dugaan, saya malah nulis fict 2795, nih. Sekaligus, birthday fict (sangat) kecepatan untuk Kyoko. Kufufufufu. Ceritanya, ide ini muncul pas re-watch episode 75-76. Awalnya sih cuma pengen re-watch karena pengen lihat lagi TYL Yamamoto. Eh, menjelang akhir episode itu jadi kepikiran fict beginian.
Terpikirnya tuh, dari sikap TYL Kyoko dan Haru yang terlihat bener-bener santai. Padahal TYL Yamamoto dan Gokudera yang diperlihatin, tampang-tampangnya tuh desperated banget. Bahkan tampang I-pin dan Lambo juga agak-agak desperated.
Padahal kalau lihat keterlibatan Kyoko dan Haru yang dekat dengan Tsuna, ditambah dengan perubahan cara panggil Kyoko TYL ke Tsuna, menurutku tidak mungkin kalau mereka berdua bener-bener tidak tahu situasi parah gitu bahkan sedikitpun.
Yang kepikiran bagiku sih, itu semua karena mereka tahu apa yang akan terjadi. Didukung lagi, dengan TYL Chrome yang sama sekali tidak ada interaksi dengan present-nya mereka. Seakan dia tahu aja, kan?
Jadi, begini lah yang jadi dari pemikiran di atas.
Nah, mind to review, minna? ^.^
