Omega Mungil di Seberang Lorong
(The Cute Omega Across the Hall)
.
[Original link: /story/view/1045736/]
Author : WoodlandSparrow
Translator : Cactus93 & Nahyukimanki
Disclaimer: This story belong to WoodlandSparrow.
Setting: Wolf AU
.
.
OoooO
,
Prologue
Chanyeol pikir ia bukanlah seorang alpha yang sebenarnya. Seorang Alpha seharusnya memiliki rasa percaya diri, mandiri dan kuat. Ia mungkin mempunyai salah satu dari sifat itu, tapi kalau ditanya, ia hanya merasa bisa mendominasi atau memimpin jika ia sedang memainkan gitar atau piano. Chanyeol sudah melewati masa dimana seorang alpha harus bertarung dan bertahan, ia yakin sudah pernah mati saat itu. Saat ia berada pada usia 12 tahun, tepat setelah ia tumbuh menjadi seorang alpha. Mungkin naluri serigalanya sebenarnya sudah melemah.
Ini adalah alasannya mengapa ketika ia sedang berjalan kembali menuju ke apartemennya, ia melihat sebuah pintu di seberang lorong terbuka, dan nampak dari sana ada omega yang sangat mungil sedang membawa sebuah kotak untuk dibawa masuk ke dalam apartemennya. Hal terbaik yang hanya bisa Chanyeol lakukan hanyalah berdiri membeku dan menatap omega itu. Laki-laki mungil itu berdiri membelakanginya, dan Chanyeol menatap wujud mungil itu dengan bersemangat. Ia memperhitungkan jika laki-laki mungil itu lebih pendek dari tingginya. Ia mengenakan kemeja hitam, dan celana jins biru yang sangat ketat seolah mengizinkan Chanyeol untuk mengagumi pantat sempurnanya yang montok itu.
Omega itu sepertinya tidak menyadari jika ia sedang diawasi. Sampai beberapa detik kemudian, ia berbalik badan dan ia terkejut, membiarkan kotak yang ia bawa terjatuh dari tangannya.
Chanyeol sesaat terpana oleh wajah omega itu, yang pasti seindah tubuhnya. Sosoknya yang lembut, manis dan mempunyai rambut halus hitam yang kontras dengan kulit putihnya. Tiba-tiba mata sayunya melebar karena terkejut. Bibir merahnya yang sedikit terbuka tampak begitu menggoda.
Omega itu melangkah mundur. Dengan gugup ia memegang salah satu tangannya yang lain yang terkepal didepan dadanya. Bola matanya berkeliling panik seolah ia sedang mencari jalan keluar. Menyadari sikap omega itu, membuat Chanyeol tersentak. Ia mengangkat kedua tangannya dengan cepat sebagai lambang perdamaian.
"Maafkan aku! Maaf sudah membuatmu terkejut. Aku juga tinggal di sini," ia menunjuk ke arah pintu apartemennya sendiri. "Aku hanya terkejut melihat kau disini," jelasnya cepat. "Jadi ... apakah kau baru pindah kemari?"
Si omega mengedipkan matanya dua kali sebelum ia tersipu. Hal itu membuat Chanyeol semakin meleleh dibuatnya. Rasanya ia ingin mengambil omega menggemaskan itu dan memasukkannya kedalam saku untuk selamanya.
"Ya..." akhirnya ia berucap walaupun dengan suara yang lirih, tatapannya jatuh ke lantai.
"Siapa namamu?" chanyeol bertanya padanya dengan memasang sebuah senyuman menghiasi wajahnya.
"... Baekhyun?" gumamannya, seperti ia tidak yakin bahwa itu memang namanya.
"Aku Chanyeol." Baekhyun mendongakan kepalanya takut-takut menatap kearah Chanyeol dan itu membuang sang alpha langsung berseri-seri. "Senang bertemu denganmu, Baekhyun" tambahnya, dan Chanyeol menyadari bahwa dirinya diam-diam mengincar leher omega itu. Dia belum ditandai. Bagus!
Tunggu.
Kenapa itu bagus?
Sejauh ini, Chanyeol tidak pernah serius memikirkan tentang mengklaim dan menandai seorang mate. Ia belum pernah memikirkan tentang seperti apa mate-nya kelak dan itu menjadi salah satu hal yang ia pikir jauh dari bayangannya di masa depan. Tetapi Chanyeol tidak tahu kapan atau bagaimana hal itu akan terwujud dan ia tidak berpikir bahwa dia siap untuk itu.
Suara langkah kaki yang keras berdatang dari arah tangga terdengar. Tiba-tiba ada tiga Alpha muda sudah berdiri di lorong. "Chanyeol, aku membawa makanan!" Salah satu dari mereka berucap. Kulitnya berwarna tan dan sangat tampan.
"Ooh, siapa ini?" Seseorang berambut pirang bertanya dan melihat ke arah si omega.
"Perkenalkan, ini Baekhyun, dia baru saja pindah ke apartemen ini," kata Chanyeol, menunjuk ke arah apartemen. Sedangkan si omega masih berdiri kaku dan melihat ke arah mereka dengan ketakutan. Baekhyun merasa dirinya menjadi yang terkecil karena tiba-tiba dikelilingi oleh empat Alpha yang bertubuh tinggi yang seakan siap untuk mengintimidasi siapa pun.
"Wah… Halo Baekhyun," kata si pirang menggoda, mengambil langkah lebih dekat ke laki-laki itu. "Aku Sehun, siap sedia melayanimu. Apakah kau memerlukan bantuan memindahkan kotak? Aku melihat ada banyak kardus di meja resepsionis atau mungkin kau butuh mate dengan gen yang bagus untuk keturunanmu? Aku di sini untukmu. "
Baekhyun hanya tersipu mendengarnya dan menatap lantai.
"Tolong jangan mendengarkan perkataan si idiot ini. Aku Jongin, senang bertemu denganmu," sela seorang alpha berkulit tan.
"Dan aku Kris," tambah Alpha yang paling tinggi. "Kau tak perlu ketakutan seperti itu. Kami tidak akan menggigitmu. Yah, tidak semua dari kita, omong-omong." Dia tertawa, bercanda dengan sebuah fakta jika omega hanya bisa ditandai sekali.
Perkataan mereka tadi walaupun terdengar bercanda, tetapi candaan ini bagaimanapun juga sudah terlalu jauh untuk ditangani Baekhyun. Ia dengan cepat melangkah mundur dan membanting pintu dan menutup pintu apartemen barunya. Para Alpha bisa mendengarnya si omega telah mengunci pintunya.
"Woah, guys." Chanyeol melotot teman-temannya. "Waktunya untuk pergi, sekarang dia takut dengan kita. "
"Kami hanya menggoda dan aku tidak pernah bisa untuk menahan diriku sendiri. Dia terlihat begitu menggemaskan." Sehun mengangkat bahu, dan melangkahkan kakinya menuju apartemen Chanyeol.
"Yeah, dia hanya sedikit pemalu," ucap Kris, melanjutkan perkataan Sehun.
"Sedikit malu? Dia tampak seperti akan jatuh pingsan," Jongin menambahkan.
"Kalian pikir, kalian mau kemana?" tanya chanyeol. "Apakah kalian tidak mau membantuku membawa kotaknya yang masih tersisa ke sini? Paling tidak itu yang bisa kita lakukan untuknya setelah kalian membuatnya ketakutan. "
"Baik," Sehun menyetujuinya setelah menghela napas, dan dua serigala lain enggan menemaninya ke bawah.
.
OoooO
.
Saat ia melihat keadaan luar apartemen melalui lubang kecil di pintunya, Chanyeol terus berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang dia lakukan saat ini tidak salah. Ia hanya ingin melihat Baekhyun membuka pintu untuk mengambil kardusnya untuk dibawa kedalam apartemennya. Tak lupa, ia melakukan ini karena ia juga ingin minta maaf dan meyakinkan Baekhyun bahwa dia sudah aman. Ia ingin menjelaskan pada Bakhyun bahwa tidak ada alpha yang akan melompat kepadanya di lorong, menjatuhkannya dan memaksa menandainya.
Selain itu, Baekhyun itu menggemaskan dan Chanyeol ingin tahu lebih banyak tentang dia.
Akhirnya, sekitar pukul delapan malam, pintu tetangganya terbuka. Omega itu menjulurkan kepalanya keluar dari pintu dengan berhati-hati melihat kedua arah sebelum ia membuka pintu apartemennya sepenuhnya dan memperhatikan kotak yang ada luar.
Chanyeol mulai melangkah keluar apartemennya dan itu membuat Baekhyun terkejut dan membeku.
"Hai," Chanyeol tidak perlu repot-repot untuk berpura-pura jika ia membuka pintu untuk alasan lain. "Aku hanya ingin meminta maaf atas perkataan teman-temanku. Mereka hanya bercanda. Sebenarnya mereka tidak mempunyai maksud untuk menyakiti perasaanmu."
"Tidak apa-apa..." Baekhyun bergumam. Hingga Chanyeol mulai bertanya-tanya dalam hati apakah ia mampu berbicara lebih keras. "... Maaf, aku sudah bersikap kasar."
"Kau tidak kasar."
Chanyeol memberinya senyuman hangat, meyakinkan "Apakah kau ingin bantuanku untuk membawa kardusmu ke dalam?"
Baekhyun mengangguk ragu-ragu. "Okay."
Pada saat Chanyeol telah mengunci apartemennya, Baekhyun sudah selesai mengganti pakaiannya dan sekarang ia mengenakan celana pendek dan sweater kebesaran. Bajunya membuatnya tampak lebih kecil, membuat Chanyeol ingin memeluknya. Kakinnya yang tanpa bulu terlihat begitu sensual membuat Chanyeol ingin melakukan banyak hal yang berbeda dari apa yang bisa ia bayangkan selama ini. Dia menggeleng ketika Baekhyun tidak melihat ke arahnya. Mengapa setiap bagian dari keberadaan anak ini terlihat menuntut reaksi Chanyeol? Chanyeol pernah menyukai orang lain sebelumnya, ya dulu, tapi itu tidak pernah begitu kuat pada pandangan pertama.
"Jadi kenapa kau memutuskan untuk tinggal sendiri?" Tanya Chanyeol. Sekarang ini jarang bisa menemukan omega tinggal benar-benar sendiri dan menilai dari sikap gugup Baekhyun, ia belum terbiasa untuk hal ini.
"Uhm, keluargaku harus pindah ... Tapi aku tidak bisa ikut bersama mereka karena aku masih seorang mahasiswa di sini ..." jawabnya samar-samar.
"Kau seorang mahasiswa? Berapa usiamu?" si Alpha bertanya sambil membawa tiga tumpuk kardus besar lain sekaligus ke dalam. Untuk sesaat dia bersumpah melihat baekhyun mengawasinya diam-diam yang membuatnya hampir kehilangan keseimbangan dan terjatuh
"... Ya, jurusan sastra. Usiaku sembilan belas tahun."
"Menarik. Aku suka sastra. Tidak lebih dari musik sebenarnya. Aku seorang audio engineer dan calon musisi." Chanyeol meletakkan tiga tumpuk kardus itu di lantai dan berbalik menghadap Baekhyun sambil menyeringai.
"Alat musik apa yang kau mainkan ...?" Tanya Baekhyun malu-malu.
"Aku bisa bermain gitar dan piano. Aku juga bernyanyi dan rap." Mata si mungil langsung berbinar, tertarik dengan topik ini. "Aku bisa memainkan sesuatu untukmu jika kau ingin."
Baekhyun mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Baiklah, kau dapat membayarku dengan sebuah kunjungan ke apartemenku setelah kita menyelesaikan ini semua."
.
OoooO
.
Chanyeol tidak pernah merasa begitu diperhatikan saat ia sedang memainkan alat musik. Ia bisa merasakan tatapan tajam Baekhyun pada dirinya, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup. Bagaimana jika Baekhyun tidak suka suaranya? Bagaimana jika ia menilai fakta dia adalah alpha dan seorang seniman? Chanyeol terus memfokuskan pandangannya pada piano, dan ia melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan untuk bisa fokus pada lagu yang sedang ia mainkan.
"...You're crazy and I'm out of my mind," Chanyeol bernyanyi, alisnya sedikit berkerut, itu suatu kebiasaan yang sering ia lakukan setiap kali ia bernyanyi. "Cuz all of me loves all of you, love your curves and all your edges..."
Apakah Baekhyun tetap bernapas dan berkedip? Chanyeol bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"...And you give me all of you." si alpha menyelesaikan lagunya, dan kemudian perlahan-lahan berbalik untuk menghadapi si omega, yang hanya terus menatapnya dengan mata doe-nya.
"Ah ..." dia berdeham. "Aku tahu suaraku sedikit terlalu dalam ..." ia menggaruk tengkuknya dengan gugup.
"Itu tak benar," kata Baekhyun, tenang, tapi tegas. "Itu ... Itu ... Menakjubkan. Sempurna," katanya, mengalihkan pandangan dari Chanyeol dan merona. "Aku harus ... mungkin kembali ke apartemenku." Baekhhyun pindah dari sudut sofa yang dia pilih untuk duduk.
"Tunggu."
Baekhyun kembali duduk.
"Tinggalah untuk makan malam ..." ucap Chanyeol, dan omega mengangguk sekali. "Tunggu, tapi ... Ini bukan perintah. Maksudku, hanya jika kau ingin makan malam disini," tambahnya, tiba-tiba khawatir tentang kepatuhan laki-laki itu. Dia sudah tahu bahwa banyak Alpha mengharapkan omega untuk selalu mengikuti perintah mereka, tidak peduli apakah mereka mengenal mereka atau tidak.
Baekhyun memiringkan kepalanya, sejenak ia merasa bingung seolah-olah dia tidak bisa memahami apa yang Chanyeol katakan. "Aku mau." jawabnya.
Si Alpha tersenyum. Ia melangkah menjauhi pianonya dan menduduki sofa tepat disamping omega. Dia menyadari kesalahannya ketika ia melihat bahu Baekhyun menegang dan cara dia menundukkan kepalanya saat ini seperti dia merasakan ada sesuatu akan terjadi padanya. Sesuatu yang buruk.
"Maaf sekali lagi, maaf," Chanyeol meminta maaf dan mundur. Dia duduk di kursi berlawanan dengan sofa. "Nah. Tidak apa-apa. Aku jamin. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padamu," katanya, meskipun naluri serigalanya protes menentang pernyataan itu.
"T-tidak ... Kau ... Kau tidak melakukan sesuatu yang salah. Aku hanya tidak terbiasa dengan ... Alpha, "kata Baekhyun dengan suaranya yang bergetar.
"Bagaimana bisa?" Tanya Chanyeol, tidak yakin bagaimana hal itu mungkin terjadi.
"Tidak ada Alpha di keluargaku... dulu aku home schooling dan aku tak terlalu sering pergi keluar rumah," Baekhyun menjawab dengan pandangannya yang masih menghindari tatapan Chanyeol. Ah, jadi itulah alasan mengapa kulitnya begitu pucat. "Dan kemudian untuk masuk ke Universitas ... ibuku selalu mengantarku berangkat dan pulang ... Dan tidak ada Alpha yang belajar di jurusan sastra, tapi ... beberapa orang di kampus sering menatapku, dan berbicara padaku tentang sesuatu seperti teman-temanmu tadi dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Dan sekarang aku sendirian dan ... ketika aku berusia delapan belas tahun, orang tuaku menjelaskan kepadaku bagaimana suatu hari aku akan..." ia mengambil napas dalam-dalam sebelum mengatakan kata itu. "Di klaim ... dan seorang alpha akan menandaiku dan membayangkannya ... itu membuatku ketakutan."
"Kenapa?" Tanya Chanyeol.
"Hmm, bagaimana jika ... mereka berpikir mereka menyukaiku, tapi kemudian mereka tidak menyukaiku? Dan aku hampir tidak bisa mengurus diriku sendiri, apalagi tentang... mate. Bagaimana jika mereka meninggalkanku? Dan bagaimana jika itu ... menyakitkan?" Baekhyun menatapnya. Ia tampak begitu benar-benar tersesat dan bingung. Sebagai seorang alpha, ia memiliki dorongan untuk memeluk omega dengan erat dan tidak pernah meninggalkan hal yang sulit untuk diabaikan.
Dia berdeham. "Yah, aku tidak pernah berpikir jika alpha akan meninggalkan pasangan mereka. Maksudku, ikatan mereka tidak mudah dipatahkan setelah mereka bersatu. Mate-mu akan mencintaimu, dan aku yakin mereka akan memaafkanmu dan tidak akan mengharapkanmu untuk tahu segalanya," Chanyeol berusaha menenangkan. "Dan tentang menyakiti ..." Chanyeol teringat ketika ia berjalan melewati pasangan mate yang baru di sebuah pesta. Darah di leher dan dada omega menodai baju, air mata menetes di mata merah bengkaknya, rintihan yang ia keluarkan saat alpha yang dua kali lebih besar itu menjulang diatasnya. Chanyeol harus mengakui jika kejadian itu agak menggairahkan, tapi ia juga merasa sangat trauma dengan pemandangan itu. "... Mungkin itu tidak terlalu menyakitkan."
Baekhyun tampaknya tidak terlalu lega dengan penjelasan yang Chanyeol berikan. "Orang tuaku juga mengatakan seperti itu ... Tidak ada pembicaraan alpha ke omega, kecuali mereka ingin mengklaim mereka."
Jadi itu cukup menjelaskan mengapa Baekhyun begitu tegang setiap kali Chanyeol bergerak. "Pemikiran itu sangat kuno. Tentu saja omega dan alpha bisa berteman," Chanyeol meyakinkan Baekhyun.
Wajah anak itu cerah pada saat itu juga. "Apakah kau menjadi temanku?"
"... Tentu saja." Chanyeol tersenyum, meskipun ada perasaan menyesal setelah ia mengucapkannya.
.
OoooO
.
TBC
.
OoooO
.
T/N
(Translator note)
Aku sebenarnya udah izin mentranslate FF ini sejak puasa dan mau mompostingnya awal bulan tapi… malah molor ampe sekarang :')
Ini ff pertama full trans aku… yang lainkan trans manga yang terkadang adegannya aku khayal sendiri wkwkw
Thanks to WoodlandSparrow for gave me permission translate this beautiful wolf AU fanfic^^~
Makasih Nahyukimanki udah bantu edit translate ku yang amburadul wkwkwk, Chika Love Baby Baekhyun yang udah bantu milih judul lol, dan kak Sayaka Dini udah ngasih saran :') /hug u all/
Silakan tinggalkan review kalian^^ sangat menerima kritik dan saran. Mungkin ada beberapa kalimat yang membingungkan, tapi pikiranku mentok ampe disini hiks
Aku suka banget ama ff ini dan aku makin jatuh cinta dengan tema wolf AU setelah baca ff karya WoodlandSparrow. Banyak ff wolf AU yang telah ia buat, silakan mampir akunnya^^
FF 'The Cute Omega Across the Hall' menurut aku simple tapi ngena. Aku akan berusaha mentranslate ini semampuku^^
Sengaja memposting ini bersamaan dengan EXO'rdium. Biar samaan tanggalnya kkk
Sangat mengharap ChanBaek moment /\
Sangat berharap ChanBaek selca 2016 /\
Sampai jumpa di chapter depan dan jangan lupa tinggalkan jejak ya~
