The Wolf & The Dove © Kathleen E. Woodiwiss
Passion Of The Wolf © BabyZifan
·
Chapter 1
Penyerangan Terhadap Darkenwald
·
·
Suara peperangan beserta teriakan para wanita juga tangisan kencang khas anak-anak tak lagi terdengar, seperti menguar bersamaan dengan aroma anyir darah milik para korban.
Bulan musim gugur yang berwarna putih pucat sedikit tertutup oleh kabut malam. Dinding rumah sang Lord of Darkenwald telah hancur bersamaan dengan hancurnya tubuh sang kepala keluarga juga yang menjabat sebagai Ketua di daerah Darkenwald itu sendiri.
Didalam dinding bangungan megah tersebut, Zitao duduk diatas lantai beralas permadani, tepat didepan singgahsana yang biasa diduduki oleh mendiang ayahnya -sang kepala suku.
Tali kasar yang digunakan para peternak untuk mengikat hewan mereka, kini melilit kasar di leher jenjang Zitao. Sedangkan ujung tali yang lain diikat kepergelangan kaki seorang pria Normandia bertubuh tinggi tegap, yang bersadar di kursi tepat depan Zitao.
Chanyeol de[1] Marte mengamati para pasukannya yang sedang berpesta didalam istana megah milik kerajaan Darkenwald, tangan pria itu masih setia menggenggam sebilah pedang dengan darah yang belum mengering. Darah milik Lord of Darkenwald -ayah dari Zitao.
Para kesatria utusan dari Normandia berpesta bir sembari menikmati tubuh apik beberapa sandera. Dan sial bagi Zitao, ibunya masuk kedalam list para sandera.
Chanyeol masih setia menenggak bir nya melalui gelas krystal, tidak memperdulikan darah ayah Zitao yang masih menempel pada baju besi juga tangannya.
Merasa tak ada sesuatu menarik, pria Normandia itu memainkan tali yang menghubungkan antara kakinya juga leher jenjang pangeran muda Darkenwald, membuat Zitao sesekali meringis saat simpul kasar tersebut menggesek kulit lehernya yang jenjang. Pria itu tergelak saat akhirnya berhasil memancing reaksi dari Zitao, dan kemenangan kecil itu mampu menghilangkan kemurungan dari pria Normandia.
Namun tetap saja, yang diinginkan Chanyeol adalah melihat reaksi pasaran seperti para sandera biasa lakukan, semacam menangis juga berteriak mohon ampun. Sayangnya Zitao sama sekali tidak menampakan reaksi apapun, saat itulah Chanyeol merasa marah.
Sandera lain pasti akan memohon dikakinya sembari menangis meraung untuk dilepaskan, tapi pemuda ini -seperti ada sesuatu tentang pemuda ini yang justru memancing perlakuannya untuk lebih kasar memainkan tali agar desahan atau mungkin ringisan keluar dari bibir tipis itu.
Chanyeol mememukan pemuda ini bersama ibunya, Lady Victoria. Setelah sebelumnya dia berhasil membunuh anak tertua juga sang kepala suku dipelataran istana.
Sehun de Comte, sepupu Chanyeol, sebelumnya telah mencoba untuk menaklukan anak kedua dari Ketua suku. Namun hanya dengan beberapa kali menghindar juga pukulan telak dari pegangan pedang, membuat Zitao jatuh tersungkur tepat didepan kaki Chanyeol.
Tak salah memang jika Zitao bodoh dalam hal Peperangan juga bermain Pedang. Sejak kecil, sang Lord juga Lady -kedua orang tuanya, hanya mengajarkan Zitao tentang tahapan-tahapan untuk menjadi seorang Penasehat Raja. Tidak seperti kakaknya yang memang di didik dengan suara pedang juga tumpuan kuda-kuda, Zitao lebih diajarkan tentang pemilihan keputusan juga cara menahan emosi.
Victoria sempat melawan dengan beberapa kali adu pedang, namun apalah daya sang Lady, hanya dengan sekali pukulan dibelakang kepala menggunakan gagang pedang bahkan wanita itu tak sanggup untuk hanya sekedar berdiri kembali.
Sekarang Zitao duduk di kaki Chanyeol, kalah dan sudah pasti akan dihukum mati. Tapi dia tetap tak ingin memohon dan meraung dibawah kaki pria Normandia itu, apalagi setelah dia tau bahwa pedang milik pria itulah yang berhasil menghunus kedalam jantung Kakak juga Ayahnya.
Chanyeol menyeringai saat mengikuti arah pandang Zitao yang menatap ibunya iba. Dapat dia lihat ada rasa marah juga menyesal dari iris sewarna langit itu. Dan sekarang Chanyeol tau apa yang dapat memancing reaksi dari sanderanya.
"Perbudak Lady itu!"
Satu kalimat yang langsung didengar seluruh manusia didalam ruangan megah tersebut, para prajurit terlihat menyeringai menatap sang Lady yang hanya diam dengan kaki dan tangan yang terikat. Beberapa dari mereka mulai mendekat sembari membawa sebotol bir, lalu menumpahkannya tepat dirambut berantakan sang Lady, membuat cairan berwarna ungu pekat tersebut mengalir menuruni lekuk indah tubuh istri mendiang Lord of Darkenwald.
Zitao sedikit berontak mencoba melepaskan ikatan nya, yang justru membuat Chanyeol semakin menyeringai senang. Satu tarikan telak di tali tersebut, dan Pemuda itu kembali tersungkur dekat kakinya.
Zitao menatap ibunya yang semakin dilakukan tak senonoh oleh para prajurit. Merasakan penyesalan pada dirinya sendiri yang tak sanggup melakukan permohonan Luhan-Kakaknya- untuk melindungi sang ibu.
Jeritan memohon ampun dengan suara yang serak membuat Zitao tak tahan lagi untuk sekedar berteriak. Hanya berteriak. Namun tak bergerak untuk menyelamatkan ibunya. Kini dia tak bisa apa-apa selain menyaksikan pemandangan gila didepan.
Dengan teriakan putus asa yang terkesan lelah, Zitao meletakkan kedua tangannya ditelinga sembari menutup mata, tak sanggup melihat ibunya yang disiksa sedemikian kejam oleh prajurit Normandia yang tak berhati.
"Cukup!" Teriak Chanyeol cukup keras, ia sedikit melunak saat mendengar ringisan rapuh milik Zitao, "Jika si Lady itu hidup, dia bisa melayani kita."
Zitao memelototkan mata kepada pria yang menyanderanya, mata sebiru langit itu penuh dengan kilatan kebencian serta rasa muak. Rambut berwana tembaga menempel karena keringat, membuat Zitao terlihat seperti serigala yang sedang berhadapan dengan musuh. Seperti mengajak sebuah peperangan.
Pangeran muda Darkenwald hanya bisa menahan tetesan airmatanya atas pengalaman paling mengerikan yang pernah dialaminya dalam hidup, dan atas kesadaran yang menyakitkan bahwa ayah juga kakak kesayangannya telah terbujur kaku di pelataran, tak ada yang mengurus atau pun mendoakan, dan dia pun tidak berdaya untuk mengubur mereka seperti selayaknya manusia.
Apakah orang-orang Normandia ini sama sekali tak punya rasa belas kasihan? sehingga setelah mereka memenangi pertempuran, mereka bahkan sama sekali tak sudi untuk memanggil pastur guna mengubur para korban dengan semestinya.
Chanyeol menatap Zitao dari tempatnya, pemuda itu tengah menunduk dengan bibir tipis yang bergetar. Ada sedikit perang batin yang justru dengan lancang hadir didalam diri Chanyeol. Namun, kembali fikirannya terfokus pada sikap dasarnya sebagai seorang kesatria, yaitu bagaimana membuat semua yang ada disekitarnya bertekuk lutut memuja.
Zitao sedikit terhenyak saat telapak tangan yang panas juga kaku menempel pada bagian belakang lehernya, hembusan nafas panas itu sangat terasa, kilatan marah dikirimkannya menusuk retina malam sang pria Normandia, memancarkan sinyal kebencian serta perlawanan. Namun balasan itu diterimanya, seringai licik terlihat dari bibir Chanyeol, seperti menerima ajakan bertarung dari pemilik rambut tembaga.
Tidak mampu menahan diri lagi, akhirnya Zitao mulai memberontak berdiri tepat didepan Chanyeol, mengangkat tangannya untuk bersiap menampar pipi sang pembunuh ayah juga kakaknya, namun kesatria Normandia itu segera menahan lengannya dan memelintirnya kebelakang, membuat badan Zitao terhimpit di baju zirah[2]nya.
Wajah Zitao nyaris bertabrakan dengan wajah sang ksatria, hembusan nafas keduanya saling beradu memancarkan sebuah peperangan dalam diam.
Pemuda itu berusaha melepaskan diri saat satu lagi tangan Chanyeol menggerayangi lekuk tubuhnya, membelai beberapa bagian dari balik baju khas kerajaan yang Zitao kenakan. Pemuda bersurai tembaga mulai gemetar oleh sentuhan itu, membenci Chanyeol juga segala kelebihan yang dimilikinya.
"Binatang kotor!" Desis Zitao dalam bahasa Prancis kuno sembari memandang puas kearah wajah Chanyeol yang menampakkan ekspresi tak mengerti. Zitao paham bahwa penyanderanya ini tak mengerti apa yang dia katakan dalam bahasa Prancis kuno.
"Eh!" Sehun berdiri dari duduknya, menatap kearah Zitao dengan pandangan mencemooh. Dia tau betul apa arti dari sepenggal bahasa asing yang sering digunakan para tetua itu, berterima kasih lah pada beberapa sandera perawan yang berhasil ia gagahi. Karena mereka selalu menjulukinya dengan kalimat itu hingga ia hapal betul diluar kepala. "Astaga, Sepupu, pemuda ini bukan hanya bagus dalam lekuk tubuh, dia juga ternyata sangat terdidik dalam omongan."
Chanyeol berdecih mendengarnya, dia tau betul apa arti dari kalimat yang dilontarkan sang Sepupu. Apapun itu yang dikatakan Sanderanya ini, pasti adalah sebuah olokan tak layak sebut. "Beruntung kau sebagai pemerkosa jalang, setidaknya aku masih memilih untuk mengajak sanderaku keatas ranjang."
Sehun terbahak mendengar ledekan tajam dari sepupunya yang dilontarkan untuknya, membenarkan kata pria itu yang tak bisa dikatakan sebuah kebohongan. Dia memang pemerkosa ulung, mengambil setiap kenikmatan dari tubuh bersih sanderanya. Tak peduli mau laki-laki ataupun perempuan, selagi mereka bisa membuatnya orgasme, apa salahnya?
Sehun kembali mendudukan dirinya diatas sebuah singgahsana yang biasa diduduki sang Lady, "Seharusnya kau juga sadar, Sepupu, anak haram mu itu sudah tersebar dipenjuruh kerajaan jajahan."
"Berkacalah Sehun, anak mu bahkan melebihi jumlahku." Chanyeol menyeringai dan mata gelapnya terarah pada pemuda berambut tembaga yang kini bersimpuh lemas didekat kakinya. Chanyeol membelai pipi putih Zitao, dan fikirannya melayang keadegan bagaimana tubuh ramping Zitao menempel pada tubuhnya dalam keadaan sama-sama tak tertutup. Mulai merasakan gairah yang membuncah, tangan kekar pria Normandia itu menyobek kasar pakaian pemuda itu yang langsung ditahan Zitao hingga sobekannya hanya sebatas menampilkan bahu jenjangnya.
Tatapan panas serta bernafsu dilancarkan oleh Chanyeol saat melihat kulit putih bersih pada pemuda tak berdaya didepannya. Para prajurit telah bersorak ramai diikuti beberapa godaan cabul sebagai dukungan atas aksi Chanyeol.
Saat berdiri, Chanyeol menarik kasar Zitao untuk ikut bersamanya. Pria itu tergelak saat Zitao meronta serta menyentak genggamannya kasar, menikmati ringisan kesakitan dari wajah Zitao saat tangannya meremas lengan sang Pangeran muda Darkenwald.
"Bagaimana bisa kau berbicara dalam bahasa Prancis Kuno?" Tuntut Chanyeol pada setiap penggal kalimatnya.
Zitao mengangkat kepala untuk menatap mata Chanyeol, tetapi dia tetap membisu, matanya penuh oleh kebencian yang dikirimkannya pada sepasang mata hitam didepannya.
Chanyeol melepaskan genggaman yang ia berikan pada pergelangan putih sang sandera. Dia merasa, sekeras apapun perlakuan yang Zitao terima, tidak akan membuahkan hasil baginya untuk mendengar suara jawaban dari bibir segar pemuda itu. Zitao juga tetap membisu saat ia menanyakan nama pemuda itu. Jika saja bukan Lady Victoria yang menjawab disela tangisnya, mungkin sampai sekarang Chanyeol tak akan pernah tau siapa nama sanderanya ini.
"Aku menuntutmu untuk berbicara, Zitao. Atau perlu ku acak pakaianmu dan menyuruh mereka semua yang ada disini untuk menikmati tubuh mu? Ku yakin kau tak akan bisa seangkuh ini lagi."
Dengan enggan, Zitao menjawab, berdiri dengan tenang disamping Chanyeol. "Dulu ada seorang penyanyi keliling kerajaan yang sering menghabiskan banyak waktu diaula kastil. Dia telah berhasil menghibur banyak kerajaan dibanyak negara, itulah yang membuatnya menguasai empat bahasa asing yang berbeda. Dia juga mengajarkan bahasa Prancis Kuni padaku."
"Penyanyi keliling yang mengajarkanmu bahasa Prancis Kuno? Dibagian mana yang lucu? Aku tak mendengarnya." Balas Chanyeol.
"Penyanyi itu pernah bercerita bahwa Duke[3] dari kerajaanmu adalah seorang anak haram yang bahkan tersingkir dari daerahnya. Penyanyi itu mengetahui kisah Duke-mu karena dia sering bernyanyi dibanyak kastil para bangsawan tinggi di negaramu. Sampai pada akhirnya, Duke-mu memotong jari-jarinya karena dengan berani dia menyanyikan kisah tentang seorang ksatria yang lahir dari perkawinan haram. Penyanyi itu sangat senang mengajarkanku bahasa Prancis Kuno karena dia berharap, bahasa ini akan bisa kupakai saat melontarkan umpatan pada salah satu penguasa bahasamu."
Wajah Chanyeol menggelap karena marah, tetapi Sehun justru tergelak senang karena pemuda itu secara tak langsung berhasil membawa sepupunya dalam kekalahan perang kata-kata.
"Dimana penyanyimu yang berani itu, Jeunesse[4]?" Tanya Sehun. "Saat ini pun, sang Duke tetap tidak suka disebut sebagai anak haram. Penyanyi itu terlalu beruntung karena hanya kehilangan jari dan bukannya kepala."
Kesinisan tajam mewarnai perkataan Zitao. "Dia sekarang berada jauh dipelosok bumi. Dimana tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya, termasuk Duke-mu itu."
Alis Chanyeol diturunkan. "Kau semakin membuatku naik pitam, Sehun."
Sehun tersenyum mengejek. "Maaf, Sepupu."
Melihat bahu telanjang Zitao yang mulus diatas pakaian sobek, mengalihkan fikiran Chanyeol kearah lain. Sang Pria Normandy menunduk lalu menggendong tubuh Zitao yang terbilang kecil ditengah protes marah sang pemuda dalam berbagai kalimat umpatan kasar.
Chanyeol tergelak melihat usaha Zitao untuk melepaskan diri, bahkan sampai Pemuda itu nyaris terlempar jatuh dari gendongannya, lalu dia kembali merapatkan tubuh sang pemuda dalam rengkuhannya, menggenggam tubuh ringkih yang lebih kecil darinya dengan tenaga sekeras besi.
Chanyeol menyeringai sembari menundukkan kepalanya, mendekat dengan wajah manis milik Zitao lalu meraup bibir tipis itu secara kasar juga menuntut. Tiba-tiba saja Chanyeol menarik diri sembari memekik keras, dengan bibir yang meneteskan liquid merah kental.
"Kau menantangku, eh? Dasar Rubah kecil sialan!"
Pria Romandy itu langsung membopong Zitao diatas bahunya, sedikit berlari menampaki tangga Kastil of Darkenwald , menuju kamar sang mendiang Lord dilantai atas.
Sorak-sorai para prajurut Normandia membuat seringai Chanyeol meninggi, sembari mengeratkan pegangannya terhadap pemuda Darkenwald di bahunya yang meronta mengeluh sesak karena perutnya bertumpu pada baju zirah Chanyeol.
Chanyeol menendang pintu berukiran emas dengan keras, melemparkan Zitao yang setengah sadar keatas ranjang besar berbalut kain lembut berbulu putih.
Chanyeol mulai menghidupkan beberapa lilin beraroma bunga mawar yang terpajang diatas meja dekat kasur, berbalik untuk sekedar menutup pintu besar itu dan menguncinya.
Tepat dihadapan Zitao, pria Normandia itu meluncuti pakaiannya sendiri, menjatuhkan tameng besi serta pedangnya, juga menanggalkan baju zirah dan tunik[5]nya keatas lantai berlapis permadani merah.
Chanyeol berjalan kearah perapian hanya dengan celana linen[6], yang merupakan gabungan antara celana panjang dan celana dalam. Setelah selesai mengorek perapian juga menambahkan kayu bakar kedalamnya, Chanyeol mulai mendekati Zitao dengan seringai menyeramkan.
"Kau tau sayang? Wajah manis mu itu lebih menggoda saat berekspresi takut seperti sekarang. Bahkan libidoku meluber lebih dari pada saat aku menatap puluhan wanita telanjang didepan ku."
Zitao menarik nafas secara tersendat di tenggorokkan. Hanya dapat memejamkan mata sembari berharap ada sedikit keajaiban untuk membantunya lepas dari serigala didepannya.
Penjelasan :
[1] De :Sebuah tambahan pada nama bagi orang Spanyol, [Nama Panggilan] de [Nama marga/ayah], dan disini aku pakai marga dari kebanyakan orang Spanyol, karena kalau aku pakai marga aslinya, kedengaran aneh, seperti Chanyeol de Park / Sehun de Oh
[2] Zirah :Pakaian atau lapisan pelindung yang dikenakan untuk melindungi tubuh maupun kendaraan dari senjata atau benda yang dapat memberi luka fisik. Berbentuk seperti baju tameng yang terbuat dari besi/baja.
[3] Duke :Istilah Inggris untuk suatu gelar kebangsawanan yang dalam bahasa Perancis berarti "Pemimpin"
[4] Jeunesse :Bahasa perancis yang berarti Pemuda/tuan muda.
[5] Tunik :Baju tipis yang digunakan para prajurit dalam sebuah peperangan sebagai dalaman sebelum dilapis baju Zirah.
[6] Linen :Celana tipis panjang yang digunakan para prajurit dalam sebuah peperangan sebagai dalaman sebelum dilapis baju Zirah.
..BERSAMBUNG..
Cerita ini hampir 90% plotnya milik Kathleen E Woodiwiss yang disadur dari novelnya berjudul The Wolf & The Dove, dan saya cuma menambahkan 10% nya karena ada beberapa bagian yang saya ganti.
Ini juga aku persembahkan buat Ammi Gummy yang sempet Req pairing ChanTao, dan semoga di chapter depan, Ammi makin sumringah karena bakalan ada NC Chantao, isyallah sih :D, semoga aja nggak aku Sensor/Skip. :v *Ketawa Nista*
Berkenan untuk Review/Fav/Follow?
