Hey guys… ketemu lagi sama Teru-chan. Moga 'ga bosen # ngarep#

Maaf lagi-lagi ngampah di Fandom ini :(.

Yupzz… bener baget. Ini Twoshot-ku yang pertama. Sebenarnya mau ku jadikan one shot tapi kepanjangan. Ilham ini ku dapat pas aku dalam perjalanan pulang dari kampus naik motor sambil bengong #jangan ditiru ya… bisa-bisa nabrak orang#.

Backsong untuk cerita ini: Glitter by ending Fairy Tail (My Favorite Song :)). Selama 3 jam lebih pengetikan, lagu ini aku puter berulang-ulang. Kalo diitung-itung mungkin ampe 40 kali lebih lagu ini diulang, tapi tetep ga ngebosenin :D

Oke! Let's cekidot!

Summary: Ichigo merupakan murid terpintar di SMA Karakura. Orang yang sangat realistik dan tidak percaya adanya hantu. Namun apa yang terjadi jika sesosok hantu cantik tiba-tiba muncul dihadapannya? Apa Ichigo tetap tidak percaya?


Bleach © Kubo Tite Sensei

..

My Little Ghost by Shinigami teru-chan

..

Pairing: Ichi X Ruki

Warning: OOC, typo(s), AU, GaJe and many more

"Don't Like. Don't Read"


Chapter 1

Di sebuah kota, tepatnya di kota Karakura terdapat sebuah sekolah, bernama Karakura High School. Sekolah yang dibangun pada zaman Meiji itu adalah sekolah favorit, maka dari itu tidaklah heran jika semua anak di kota Karakura yang sudah lulus SMP bermimpi untuk dapat mengecap pendidikan di sini. Namun banyak anak-anak yang gagal dan harus mencari sekolah lain karena tidak lolos ujian masuk. Ada yang bilang soal ujian masuknya sangat susah, namun itu tidak berarti untuk Ichigo Kurosaki. Sejak kecil, Ichigo sudah menunjukkan bakat luar biasanya dalam pelajaran. Ketika berumur 3 tahun, Ichigo sudah bisa membaca dan hafal perkalian. Kejeniusannya terus meningkat seiring bertambahnya usia. Ketika Ichigo kelas 3 SD, ia sudah mampu mengerjakan soal khusus untuk anak SMP. Karena kejeniusannya itu, banyak penghargaan sudah diraihnya dan kedua orangtuanya sangat bangga.

Awalnya Ichigo senang dengan kepintaran dan piagam-piagam yang telah didapatnya, tapi seiring bergulirnya waktu Ichigo merasa jenuh dengan hidupnya yang serba mudah. Tidak ada yang menantang, pikirnya. Namun hari-hari Ichigo akan segera berubah ketika ia masuk ke Karakura High School.

.

.

.

Pada upacara penyambutan murid baru , Ichigo yang menjadi siswa dengan nilai tes tertinggi mendapat tugas untuk memberi sambutan. Dengan malas Ichigo melangkahkan kakinya ke podium, memberi sepatah duapatah kata tentang kehidupan baru sekolah, bagaimana menjadi siswa berprestasi dan tetek bengek lainnya. Sebenarnya Ichigo tidak mau melakukan hal remeh seperti ini, tapi kepala sekolah Yamamoto memaksanya. Selama Ichigo menyampaikan pidato, murid-murid perempuan berdecak kagum sedangkan murid laki-laki hanya melihat Ichigo dengan tatapan iri. Sudah menjadi hal lumrah bagi Ichigo jika dirinya menjadi murid yang diincar oleh perempuan tapi dicaci oleh murid laki-laki. Setelah upacara penyambutan itu, para murid baru segera masuk ke kelas masing-masing. Seperti yang diduga sebelumnya, Ichigo masuk kelas X A.

"Kyaa~, aku sekelas dengan Ichigo Kurosaki!"

"…"

"Kurosaki-kun. Aku boleh duduk di sampingmu ya..," kata seorang gadis dengan surai berwarna karamel dan dada yang ukurannya melebihi wanita hamil.

"Terserah," kata Ichigo acuh.

"Hey, yang pantas duduk disamping Kurosaki itu aku tahu!" sela seorang gadis berambut pendek sambil mendorong gadis bersurai karamel itu.

"Bukan! Aku!"

"AKU!"

Pertengkaran pun tidak dapat dihindari. Namun akhirnya berhenti ketika pintu tiba-tiba terbuka.

Brak!

Seluruh penghuni kelas hanya bisa bengong melihat pria yang tiba-tiba masuk itu. Seringai menakutkan muncul di sudut bibirnya. Pria nyentrik itu berambut jabrik sedangkan tangan kanan memegang pedang kayu. Pria tersebut memiliki wajah yang sangat menyeramkan. Mata kirinya ditutup oleh kain hitam dan mata kanannya dihiasi oleh luka sayatan yang sangat panjang membuat seisi kelas manahan nafas.

"Yo!" akhirnya pria yang berumur sekitar 30 tahunnan itu membuka suara.

"Perkenalkan nama ku Kenpachi Zaraki. Selama satu tahun kedapan aku yang akan menjadi wali kelas kalian." Katanya sambil menghentakkan pedang kayunya ke meja yang membuat semua murid terkejut.

"Kalian, yang masih berdiri. Cepat duduk di kursi masing-masing. Sekarang saya akan mengabsen" katanya sambil mulai mengabsen siswa. Berkat itu, Ichigo sudah hafal nama-nama teman sekelasnya. Ternyata kedua gadis yang bertengkar tadi bernama Orihime Inoue dan Tatsuki Arisawa. Setelah selesai mengabsen siswa, Kenpachi-sensei mulai menentukan ketua dan wakil ketua kelas. Mayoritas siswa memilih Ichigo sebagai ketua kelas dan yang menjadi wakil adalah laki-laki berkaca mata bernama Ishida Uryu. Dengan berat hati Ichigo menerima jabatan barunya itu.

.

.

Hari-hari Ichigo di Karakura High School tidak ada yang menarik, pekerjaannya sebagai ketua kelas juga bisa dilakoninya dengan sangat baik. Banyak guru dan murid perempuan kagum akan kinerjanya. Semua pelajaran di sekolah juga bisa dikuasainya dengan cepat.

"Kamu sangat berbakat, Ichigo," kata salah satu guru yang mengajar matematika.

"Terimakasih, bu," kata Ichigo sambil melangkahkan kakinya ke tempat duduknya.

Tanpa disadarinya sepasang mata berwarna onyx sedang menatapnya dari kejauhan. Sosok itu berambut raven dengan potongan sebahu mengamati gerak-gerik Ichigo dengan penuh minat. Sosok yang sudah tinggal Karakura High School berpuluh-puluh tahun lamanya. Sosok yang entah mengapa tidak bisa meninggalkan sekolah ini meski sudah ribuan kali mencoba. Akhirnya ia memendam keinginannya untuk keluar dan mencoba menikmati lingkungan sekolah tersebut. Setiap tahun, ratusan siswa baru datang untuk menimba ilmu di sini, tapi tidak ada satu pun orang yang dapat melihatnya. Namun tahun ini berbeda. Ia dapat merasakan aura yang berbeda disekeliling siswa tersebut, pria dengan rambut orange dan merupakan siswa terpintar di Karakura High School–Ichigo Kurosaki. "Pasti orang itu bisa melihatku" batinnya. Tapi sayangnya ia terlalu takut untuk memperkenalkan diri, takut pemuda itu ketakutan, namun ditepisnya semua pikiran negatif itu.

"Sekarang atau tidak sama sekali, Rukia." katanya mantap.

.

.

Tet…tet.. tet…

Bel tanda berakhirnya pelajaran sudah berbunyi, segera seluruh siswa membereskan buku dan alat tulis, bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Ichigo yang sedang memasukkan buku ke dalam tas dikejutkan oleh seseorang yang menepuk pelan tubuhnya.

"Yo! Ichigo, kamu dipanggil sama ketua OSIS," Ichigo menoleh dan mendapati seorang pemuda dengan rambut merah membara memanggilnya, sahabat kecilnya yang bernama Renji Abarai.

"Baiklah, sebentar lagi aku ke sana." Ichigo berkata sambil menggendong tas sekolahnya.

"Aku pulang dulu, ya!"seru Renji.

"Baiklah, hati-hati di jalan Renji!"katanya.

"Hm. Ja ne~" kata Renji sambil melambaikan tangannya. Ichigo yang melihat kelakuan temannya itu hanya tersenyum simpul dan melangkahkan kakinya ke ruang OSIS.

Waktu sudah menunjukkan jam 3 siang namun tiba-tiba awan mendung datang menghampiri Karakura High School dan membuat ruangan menjadi gelap. Ichigo yang sedang berjalan di lorong tidak merasakan ketakutan sedikitpun. Ia dengan santainya melangkahkan kakinya ke ruang OSIS yang berada di lantai 3.

Tiba-tiba langkahnya terhenti, ia bisa merasakan aura disekitarnya merubah. Dengan mengedarkan manik hazelnya kesekeliling ruangan dan menajamkan indra pendengarannya, ia mengamati kabut yang tiba-tiba muncul dan memenuhi seluruh ruangan. Tanpa disadarinya, keringat turun di sekitar dahinya.

'Ada yang aneh,di sini,' pikir Ichigo. Uap air keluar dari mulut Ichigo, menandakan bahwa suhu di ruangan tersebut menurun. Dari jendela ia bisa melihat awan hitam sedang bergemuruh dan mengeluarkan titik-titik air yang makin lama makin deras.

Puff!

Terdengar suara yang berasal dari arah depan dan mengeluarkan asap putih menggumpal. Matanya mengipit melihat sosok dibalih asap tersebut, dan setelah asap itu menghilang, matanya membelalak kaget melihat sosok yang berdiri di depannya. Seorang gadis berambut hitam raven tersenyum lembut kepadanya. Gadis itu menggunakan kimono berwarna putih dengan obi berwarna ungu.

"Si-siapa k-kamu?"kata Ichigo terbata-bata.

Sambil terus tersenyum gadis itu mendekat ke arah Ichigo dan berkata, "Ternyata benar dugaanku. Kamu bisa melihatku, perkenalkan namaku Rukia Kuchiki, kalau tidak salah kamu Ichigo Kurosaki, kan?"

"…" Ichigo tidak bisa merespon apa yang tengah dilihatnya.

"Aku tahu kamu pasti terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba," kata Rukia sambil menghela nafas dan melanjutkan "Seperti yang kau lihat, aku adalah hantu penghuni sekolah ini." Kata gadis itu menatap Ichigo lekat-lekat sambil tersenyum.

Ichigo yang mendengar perkataan gadis dihadapanya itu hanya bisa bengong. Tiba-tiba tubuhnya tidak bisa digerakkan, keringat membanjiri seluruh tubuhnya, dan rasa ketakutan yang amat besar melandanya. Ketakutan yang belum pernah ia rasakan selama ini. Karena tidak bisa menerima kenyataan yang ada di depan matanya, tubuhnya oleng ke kiri dan matanya pelan-pelan terpejam. Ambruk, tak sadarkan diri. Untuk pertama kali dalam hidup–Ichigo Si Mr. Perfect–pingsan karena melihat hantu.

.

.

"Ichi–Ichigo…, bangun!" Terdengar suara baritone yang mengusik ketenangan Ichigo. Laki-laki itu mengguncang-guncangkan tubuh Ichigo dengan sekuat tenaga. Karena guncangan itu, mata Ichigo akhirnya terbuka.

"Eee… di mana aku?"kata Ichigo sambil memegang kepalanya yang mendadak pusing.

"Syukurlah kamu sudah sadar Ichigo. Aku kira kamu mati," kata Rangiku, sekertaris OSIS.

"Kami menemukanmu tergeletak di lorong lantai 2 dan segera membawamu ke ruang UKS," tukas seorang pemuda berambut putih yang dikenalnya sebagai ketua OSIS, Hitsugaya Toshiro.

"Aku yang membopongmu ke sini, Ichigo. Apa yang terjadi padamu hingga membuatmu pingsan?" tanya pemuda berperawakan tinggi yang biasa dipanggil dengan sebutan Chad.

Ichigo yang mendengar pertanyaan Chad, kontan membulatkan mata karamelnya. Ia mengingat kejadian yang baru saja dialaminya.

"A-aku me-melihat ha-hantu,"kata Ichigo terbata-bata.

Hening.

Ketiga orang yang berada di depannya menatap Ichigo dengan aneh.

"Begini, Ichigo-kun.. hantu itu tidaklah nyata. Mungkin kau hanya sedang berkhayal," kata Rangiku sambil menahan tawanya dan disertai anggukan dari ke dua pria disampingnya.

"Tap-tapi…"Ichigo mencoba untuk membantah dan mengatakan apa yang dilihatnya barusan adalah kenyataan. Tidak mungkin seorang Ichigo berkhayal, namun dari pada dikira orang gila akhirnya Ichigo mengangguk setuju.

"Mungkin benar dengan apa yang kalian katakan. Aku mungkin hanya berkha―" belum sempat Ichigo mengelesaikan kalimatnya, ia menangkap sesosok gadis yang sedang duduk di atas lemari sambil mengayun-ayunkan ke dua kakinya. Senyumnya tak pernah lepas dari bibir mungilnya.

"Iit-itu… lihat..," kata Ichigo sambil menunjuk-nunjuk ke arah lemari. Ketiga temannya langsung menoleh ke arah tersebut.

"Ada apa?" tanya Chad.

"Itu hantu yang tadi aku lihat, ia sedang duduk di atas lemari,"katanya.

"Jangan bercanda kau, Kurosaki. Aku tidak melihat apa-apa."kata Histugaya.

"Benar, Ichigo. Mungkin kepalamu terbentur sesuatu, jadi kamu melihat yang tidak-tidak," kata Rangiku dengan nada khawatir.

"Sebaiknya kau istirahat, Ichigo. Kami akan mengurus laporan-laporan itu tanpa mu,"kata Chad sambil melangkah keluar disusul oleh kedua temannya.

"Ja-jangan tinggalkan aku!" teriak Ichigo, namun suaranya teredam dengan suara petir yang menyambar.

.

"Apakah menurutmu Ichigo bertingkah aneh?" tanya Chad setelah sampai di ruang OSIS.

"Dari awal aku melihatnya, ia sudah aneh," kata Histugaya acuh.

"Apa dia berkata jujur? Aku takut ketika meninggalkannya sendirian," ucap Rangiku dengan nada khawatir.

"Jangan khawatir, Rangiku. Hantu itu hanya mitos, bualan orang-orang untuk menakut-nakuti anak kecil. Biarkan Ichigo istirahat," Jawab Hitsugaya sambil mengambil kertas-kertas yang menumpuk dan berkata, "Kita masih punya banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan."

.

.

"Hai.." sapa seorang gadis yang duduk di atas lemari. Dengan perlahan-lahan ia turun dari sana dan melayang ke arah Ichigo.

"Jangan mendekat atau aku akan berteriak" kata Ichigo dengan nada mengancam. Bukannya mundur, gadis itu malah tertawa renyah.

"Hahaha…Kau lucu sekali Ichigo. Tenanglah aku bukan orang, bukan," sambil mengeleng-gelengkan kepala dan melanjutkan "maksudku bukan hantu jahat. Aku hanya ingin meminta batuanmu untuk keluar dari sekolah sialan ini. Sudah puluhan bahkan ratusan tahun aku terjebak dan tidak bisa keluar dari sini," jelas gadis itu sambil menatap Ichigo. Karena tidak ada tangapan dari Ichigo gadis itu melanjutkan,

"Tidak ada satu orang pun yang dapat melihatku, kecuali kau! Dan ku harap kau mau membantuku. Kumohon~~" pinta gadis itu dengan mata yang sengaja dikedip-kedipkan. Karena risih melihat gadis hantu itu melakukan hal seperti itu, akhirnya Ichigo membuka suara,

"Ba-bagaimana bisa aku menolongmu?" tanyanya.

"Mudah saja, aku akan bisa keluar jika aku menyentuh tubuh manusia. Tapi kau tahu sendiri jika hantu tidak bisa menyentuh manusia. Tapi kau berbeda, kau bisa melihat wujudku dan kau pasti bisa menyentuhku," jelas gadis itu sambil melayangkan tangan kanannya ke wajah Ichigo. Tanpa ia sadari wajah Ichigo memerah. Ichigo dapat merasakan tangan gadis itu. Tangan yang halus namun juga dingin.

"Ternyata benar, aku bisa menyentuhmu. Akhirnya aku bisa keluar dari sini dan pulang ke rumah," gadis itu melompat kegirangan. Ichigo yang melihat tingkah kekanak-kanakan tersebut tanpa sadar tersenyum.

"Eemm, kalau tidak salah namamu Rukia Kuchiki, kan?" tanya Ichigo.

"Iya. Kau bisa memanggilku Rukia." Jawab Rukia.

"Baiklah, Rukia. Kalau aku berhasil membuatmu keluar dari sini, kau harus berjanji satu hal padaku,"kata Ichigo sambil memandang serius ke arah gadis yang ada dihadapannya itu.

"Baiklah, apa itu?" tanya Rukia ingin tahu.

"Kau tidak boleh muncul dihadapanku lagi" kata Ichigo. Terjadi jeda yang cukup lama setelah Ichigo mengatakan persyaratan tersebut. Ia sudah takut jika gadis itu menolaknya. Namun rupanya ketakutannya tidak beralasan, ketika ia melihat senyum gadis itu merekah di kedua sudup bibirnya.

"Baiklah. Itu perkara mudah, sepertinya hujan sudah mulai reda. Sebaiknya kita segera pergi, aku sudah tidak sabar menanti kebebasanku" kata Rukia sambil menggenggam tangan hangat Ichigo.

"Tu-tunggu dulu―"Ichigo ditarik dengan kekuatan yang cukup besar, yang membuat tubuhnya mau tidak mau ikut ke arah gadis itu. Dengan cepet ia mengambil tas sekolahnya yang terletak di atas meja.

"Kita lewat jalan pintas, Ichigo.." kata Rukia yang masih menarik Ichigo. Tiba-tiba matanya membulat melihat benda yang ada dihadapannya.

"A-Awas tembo–" belum sempat Ichigo memperingatkan Rukia, tubuh manusianya sudah menabrak tembok dengan keras.

Duak!

"Kau tidak apa-apa, Ichigo? Aku lupa kalau kau adalah manusia. Gomen ne~" kata Rukia dengan nada menyesal.

"Dasar bodoh! Aku maafkan perbuatanmu ini, tapi lain kali tak akan aku maafkan!" kata Ichigo dengan nada serius, yang berhasil membuat Rukia mengkerut.

"Kalau begitu kita pakai jalan biasa saja" tukas Rukia sambil melayang ke arah tangga.

Setelah sampai di depan gerbang sekolah, awan hitam sudah lenyap digantikan matahari yang akan kembali keperaduannya. Langit di kota Karakura berubah menjadi warna jingga yang sangat indah. Rukia yang melihat pemandangan itu hanya bisa mendesah melihat keindahan yang ada di depan matanya. Sementara Rukia memandang langit di depannya, Ichigo menatap gadis itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Gadis itu berhasil menyentuh hati Ichigo yang selama ini tidak tertarik dengan perempuan. Hatinya menghangat ketika melihat wajah memesona Rukia yang terkena sinar matahari. Gadis yang sedari tadi dipandanginya, menatap Ichigo sambil tersenyum dan berkata, "indah ya, Ichigo." Tiba-tiba semburat merah menghiasi wajahnya dan dadanya berdesir. Sambil mengeleng-gelengkan kepalanya, Ichigo berkata,

"Tunggu apa lagi, Rukia. Cepat kita selesaikan urusan kita sehingga kita bisa kembali ke urusan kita masing-masing," kata Ichigo sambil mengulurkan tangannya di depan wajah Rukia. Senyum manis Rukia pun mekar dan segera menyambut tangan kekar Ichigo.

"Apa kau siap?" tanya Ichigo.

"100% siap!" jawab Rukia.

Mereka berdua berlari melintasi gerbang. Setelah sampai di luar lingkungan sekolah, Rukia tidak bisa lagi membendung air matanya. Akhirnya setelah beratus-ratus tahun terkurung, Rukia bisa merasakan kebebasan lagi. Masalah satu sudah terselesaikan, tinggal satu lagi masalahnya yaitu menemukan rumah yang pernah di tinggalinya dulu. sambil menatap Ichigo, Rukia berkata,

"Kau harus membantuku menemukan rumahku, Ichigo,"

"APA?!"

.

.

.

.

.

TBC


Bagaimana minna~

maaf jika karakternya OOC dan Gaje, semoga bisa dimaklumi

let me know what you think! :)) yang artinya RnR please...