With Dance, I Can Meet My Son
Disclaimer: Tite Kubo
Genre: Angst/Comfort/Hurt
Pairing: Rukia K. & Ichigo K
Usaha seorang Ibu yang segera ingin menemukan anak yang di rampas setelah dilahirkannya. Bayinya dirampas, tapi dengan menari dia yakin dapat bertemu anaknya kembali...
"JANGAN! KUMOHON! JANGAN AMBIL BAYIKU!" teriak seorang wanita bermata violet. Seorang pengawal dari sebuah keluarga bangsawan berusaha untuk merenggut bayi yang ada di gendongannya. Wanita itu mulai mengeluarkan air matanya. Dia tetap berusaha keras untuk mempertahankan agar pengawal itu tidak mengambil bayinya yang baru saja dia lahirkan beberapa jam lalu. Bahkan kimono putih yang dipakainya masih berlumuran darah.
"Berikan bayi itu kepadaku, wanita jalang!" seru pengawal itu. Tapi, wanita tu tetap saja tidak mau memberikan bayinya. Wanita itu adalah seorang wanita penari yang keperawanannya sudah direnggut oleh seorang pelanggan karena sebuah kecelakaan. Nama wanita itu adalah Kuchiki Rukia, wanita dari kalangan bawah yang lahir di pinggiran Rukongai.
Wanita itu berusaha untuk lari dari sana walaupun ada lima orang pengawal yang berusaha mengambil bayinya. Dilihatnya sebuah celah jalan keluar dari kepungan pengawal-pengawal itu. Segera dia menerobos lewat celah itu dan berlari sekencang-kencangnya untuk menghindari para pengawal yang mengincar bayinya. Namun, pengawal itu tetap saja mengejarnya.
TAP TAP TAP
Dia terus berlari sambil memeluk erat bayinya. Didengar bayinya sedang menangis. Dia melihat bayinya sejenak.
"Sabar ya nak, Ibu akan segera menyusuimu." katanya pelan.
Dia tak melihat sebuah batu di depannya. Dia pun tersandung batu itu dan membuatnya terjatuh. Tapi untung saja bayinya tak apa-apa walau pun kakinya sendiri terluka. Dia berusaha bangkit dari tanah. Namun, kakinya tak sanggup dan membuatnya terjatuh lagi. Jika dia tak segera berlari lagi, pengawal itu dapat mengejarnya dan mengambil bayinya. Dia pun bangkit lagi dan berusaha berlari walau terpincang-pincang. Air matanya kembali jatuh karena sangat khawatir anaknya akan diambil.
BRUUK
Rukia kembali terjatuh dan kali ini dia tak bisa bangkit. Akhirnya semua pengawal itu dapat menyusulnya.
"Kau ini menyusahkan saja! Ambil bayinya!"seru salah satu pengawal. Rekan sang pengawal itu pun langsung mengambil bayi yang ada di dekapan Rukia. Rukia berusaha mengambil bayinya kembali.
"Kembalikan bayiku!" seru Rukia dengan mata penuh air mata. Dia memohon-mohon sampai-sampai memegangi sepatu pengawal yang membawa bayinya.
DUUAAAK
Kepala Rukia ditendang dengan sepatu terbuat dari baja dan membuat dia terjatuh ke atas tanah yang keras. Bibirnya serta kepalanya berdarah. Tapi tetap saja wanita itu berusaha bangkit walau tak bisa berdiri. Dia terus memohon agar pengawal itu mengembalikan bayinya. Namun, semuanya sia-sia dan membuatnya semakin terluka karena kekerasan pengawal-pengawal itu.
Sebuah tandu keluarga bangsawan datang dengan dibawa beberapa pengawal. Pengawal yang menggendong bayinya itu pun berjalan menuju tandu itu. Rukia terus memohon dan memohon.
"Jangan bawa bayiku pergi! Kumohon, kembalikan bayiku! Kembalikan bayiku!" serunya berurai air mata.
Akhirnya, pengawal itu telah sampai tepat di samping tandu itu. Disaat bersamaan seorang wanita datang dari belakang para pengawal yang mengejar Rukia tadi.
"Rukia!" seru wanita itu. Dia berlari ke arah Rukia. Wanita bermata hijau dan berambut berkepang belakang pun ikut terduduk di atas tanah.
"Apa kau baik-baik saja...?" tanya wanita itu.
"Nemu! Bayiku diambil mereka! Tolong bantu aku mengambil bayiku kembali!" seru Rukia sambil menunjuk-nunjuk para pengawal itu. Pengawal yang membawa bayinya tadi itu memberikan bayi Rukia kepada seseorang yang ada di dalam tandu itu.
"Bayiku! Kembalikan bayiku!" Rukia berusaha menuju tandu itu walau harus mangais-ngais tanah agar dirinya dapat menuju tandu itu.
"Kembali-" akhirnya karena terlalu lelah, dia pun jatuh pingsan. Keadaannya masih terlalu lemah setelah melahirkan. Dia tak memiliki kekuatan lagi untuk berdiri atau pun lainnya.
"Rukia! Bangun Rukia!" kata wanita bernama Nemu sambil berusaha membangunkan Rukia. Wanita itu sebenarnya sangat ingin mengambil kembali bayi Rukia. Akan tetapi, walaupun dia berusaha sekeras mungkin, dia tak akan bisa karena mereka terlalu kuat. Sejenak dia melihat tandu itu. Angin bertiup dan membuat kain di tandu itu sedikit terbuka. Terlihat seorang pria berada di tandu itu sambil menggendong bayi Rukia.
"Jalan," kata pria itu. Tandu itupun segera berjalan menjauhi tempat itu. Wanita yang masih terdiam itu kemudian berkata pelan.
"Bangsawan Inoue..."
"Bayiku!" pekik Rukia yang langsung bangkit dari futonnya.
"Rukia, minum ini dulu..." kata Nemu, nama wanita yang membawa Rukia ke rumahnya. Wanita itu memberikan teh kepada Rukia.
"Tidak! Tidak! Aku mau bayiku! Aku ingin mengejar tandu itu!"
"Apapun yang kau lakukan, kau tak bisa mengejarnya. Tandu itu sudah sangat jauh."
"Lalu, bagaimana dengan bayiku! Aku takut mereka akan melukainya!" kata Rukia yang tetap saja histeris. Air mata kembali membasahi mata violetnya yang indah. Nemu segera meletakan teh yang dibawanya. Langsung didekap wanita yang sedang histeris itu.
"Tenanglah, mereka tak akan mengapa-apakan bayimu itu..." kata Nemu sambil membelai rambut wanita itu.
"Kenapa... Kenapa mereka mengambil bayiku? Bahkan aku tak tahu apa salahku pada mereka!"
"Aku memang tak tahu apa tujuan mereka. Tapi, aku tahu siapa yang mengambil bayimu itu,"
"Katakan Nemu! Siapa dia!"
"Bangsawan Inoue...
Dua hari kemudian di Sereitei, Kediaman Bangsawan Kurosaki
"Onii-san!" seru seorang wanita berambut orange-kecoklatan berjalan cepat menuju seorang pria yang baru saja keluar dari tandu.
"Apa kabar adikku?"
"Baik! Ah, itu...?" mata wanita itu tertuju pada sesuatu yang digendong kakaknya, Sora.
"Kau tahu Adikku, aku menemukan bayi ini berada di jalanan dan kedinginan. Aku ingat kau tak bisa memiliki anak, jadi kuharap kau bisa merawatnya, Adikku."
"Onii-san... Begitu malangnya bayi itu..." kata wanita sambil berusaha mengambil bayi itu dari gendongan kakaknya. Kakaknya pun memberikan bayi itu kepada adikknya, Orihime. Orihime kini menggendong bayi itu. Dia tersenyum pada bayi itu. Dikecupnya kening bayi itu.
"Aaah! Rambutnya mirip dengan Ichigo-kun! Orange! Aku yakin, Ichigo-kun akan senang dengan kedatangan anak ini..." kata Orihime yang kembali tersenyum kembali. Senyuman yang sangat dirindukan kakaknya. Sudah lama sekali adiknya ini tak tersenyum setelah di vonis oleh tabib tak akan bisa hamil. Adikknya yang kini telah menikah oleh bangsawan Kurosaki, kini bisa tersenyum kembali.
"Terimakasih, Kak. Kakak telah membawa anak ini kepadaku dan Ichigo-kun..." kata Orihime. Sora kini membelai rambut adiknya itu.
"Itu sudah kewajibanku untuk membahagiakanmu, Adikku."
"Ah! Ayo kita makan malam, Kak!"
"Aku harus pulang, Adikku. Aku janji bulan depan akan kemari lagi." jawab Sora.
"Yah, padahal Kakak sudah jauh-jauh datang kemari... Tapi, tak apalah. Aku akan segera mencari Ichigo-kun! Sampai jumpa, Kak!"
Sora pun segera kembali ke kereta kuda. Dia memberikan senyuman kepada adikknya itu. Dia segera meninggalkan kediaman Bangsawan Kurosaki. Kereta kuda itu semakin menjauh dari pandangan Orihime. Orihime yang saking girangnya itu pun segera masuk dan mencari suaminya didampingi para dayang di belakangnya.
2 Bulan Kemudian
Setelah dua bulan lamanya Rukia berpisah dengan bayinya. Temannya yang sangat ingin mebantu, akhirnya dapat mengetahui dimana kediaman . Dua bulan ini mereka mencari informasi tentang bangsawan Inoue. Unohona, pemimpin sanggar tari di mana Nemu bekerja pun kebetulan mengutus Nemu untuk menghibur di kediaman Bangsawan Inoue.
Nemu kini berada di depan gerbang masuk kediaman Bangsawan Inoue. Wajahnya kini telah dirias sangat cantik. Dia memakai kimono merah dengan corak-corak yang indah siap untuk menari di kediaman bangsawan itu. Nemu adalah teman Rukia serta rekan sesama penarinya. Dulu, sebelum Rukia dikeluarkan dari sanggar, mereka sering menari bersama menghibur para tamu atau pelanggan yang membutuhkan hiburan.
Sebenarnya tujuan Nemu ke kediaman Bangsawan Inoue adalah agar mendapat informasi tentang di mana bayi Rukia kini. Jika bayinya ada di kediaman Inoue, Nemu akan mencari cara agar Rukia dapat masuk ke kediaman ini. Jika memang bayi Rukia dibunuh, Nemu juga akan segera tahu, tapi kemungkinannya kecil karena jika mereka ingin membunuhnya, mereka tinggal membunuh bayi malang itu di depan Rukia.
Nemu yang hendak masuk ke dalam kediaman Inou pun di cegah oleh penjaga.
"Apa maumu?" tanya penjaga itu dengan agak kasar.
"Aku mau menari. Aku dipanggil untuk menari," kata Nemu dengan nada datar.
Akhirnya Nemu dapat masuk ke dalam kediaman bangsawan Inoue itu. Dia menari di sebuah ruangan untuk menghibur para tamu di sana. Setelah selesai, Nemu mulai mencari informasi di mana bayi yang dibawa oleh Bangsawan Inoue itu.
Tak lama kemudian, dilihatnya seorang pengawal yang ikut merampas bayi Rukia. Dia memiliki tato bergambarkan angka 69. Nemu pun mulai mendekatinya. Dengan wajah tanpa ekspresi dia memanggil pengawal itu.
"Permisi, maukah kau ikut denganku sebentar?"
'Hah, akhirnya ada gadis yang tertarik padaku!' kata pengawal itu dalam hati. Pengawal itu pun mengikuti gadis itu ke sebuah tempat yang sepi.
"Ada apa? Apakah kau mau bercinta dengan-" kata pengawal itu terhenti ketika Nemu dengan cepat mendekap leher pengawal itu dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya mengambil sebuah tusuk rambut yang menghias rambutnya. Dengan segera Nemu memposisikan tusuk itu seperti jika dia ingin menusuk leher pengawal itu.
"Apa yang kau mau!"
"Aku hanya ingin tahu di mana tuanmu membawa bayi yang kalian rampas dua bulan yang lalu." kata Nemu dengan nada datar dan dingin. Pengawal itu pun berkeringat dingin. Tapi, raut wajahnya sama sekali tak terlihat ketakutan.
"Jika aku tak mau mengatakannya, kau akan membunuhku, itukah maksudmu?" kata pengawal.
"Aku tak akan segan-segan membunuhmu ketika tusuk rambut ini memutus nadi yang ada di lehermu," kata Nemu.
"Bayi itu sudah diberikan pada adik Inoue-sama. Adik Inoue-sama kini berada di kediaman Bangsawan Kurosaki, Seireitei." kata pengawal itu. Setelah Nemu mendengar itu, Nemu segera mendorong pengawal itu hingga terjatuh.
"Aku tak habis pikir begitu kejamnya kalian hingga memisahkan anak dari seorang ibunya yang baru saja melahirkannya." kata Nemu sambil berjalan meninggalkan pengawal. Pengawal itu kemudian tertunduk dan berkata,"Kau tak tahu begitu beratnya merampas bayi itu dari ibunya,"
Ingatan pria itu kembali lagi ketika dia memberikan bayi itu pada tuannya. Nemu berhenti sejenak kemudian melihat pengawal itu. Beberapa detik kemudian, dia kembali melanjutkan langkahnya.
Musim gugur kini berganti menjadi musim dingin. Salju perlahan turun dan menyelimuti dataran ini. Butiran-butiran kristal es terus berangsur-angsur turun. Dingin, tapi tak membuat wanita bermata violet indah itu berhenti melangkah menuju kota yang masih sangat jauh dari matanya. Kota Seireitei, kota para bangsawan tinggal.
Hanya satu tujuannya ke sana yaitu mengambil bayinya kembali. Dengan berbekal sedikit uang dan pakaian tarinya serta alat rias, dia terus berjalan. Sesekali dia terjatuh di atas tanah yang berselimut salju tebal, tapi dia tak menyerah untuk berjalan lagi ke kota Seireitei.
Siang kini berganti malam. Udara semakin dingin. Dia memutuskan beristirahat di sebuah kedai. Disana dia hendak beristirahat. Setelah sampai, dilihatnya banyak orang di sana. Dengan ijin pemilik kedai yang ternyata seorang pria bertopi hijau bergaris-garis putih, dia ingin menari di sana. Kini dia sudah berganti pakaian dan merias wajahnya.
Cantik sekali dia bagaikan seorang dewi. Pakaiannya sungguh masih bagus sekali. Dia merawat seluruh barang-barangnya dengan baik. Riasannya juga sangat menawan. Tak akan ada yang tahu jika Rukia sudah memiliki anak.
Dia berjalan ke menuju tempat yang luas di kedai itu. Semua yang melihatnya langsung terkagum-kagum karena kecantikannya. Seorang penggesek miko pun setelah menerima aba-aba darinya mulai menggesek mikonya. Dengan diiringi gesekan miko yang indah, Rukia mulai menari. Dia menari tarian kupu-kupu. Lagu yang terdengar ceria membuat Rukia menari dengan lincah dan gemulai. Sungguh kepiawaiannya dalam menari tak diragukan lagi.
Akhirnya tariannya telah selesai. Mereka memberikan tepukan yang meriah. Rukia tersenyum manis. Semua melemparkan uang ke sebuah kantung. Dia membungkuk dan berterimakasih.
"Permisi, aku punya permintaan," terlihat seorang pria berambut putih panjang berdiri. Kelihatannya dia adalah pria yang kaya.
"Silahkan Tuan,"
"Jika kau bisa menari tarian Sode no Shirayuki, aku akan memberikan uang berapapun yang kau inginkan,"
"Itu keahlian saya tuan," kata Rukia sambil tersenyum. Dia mengambil sesuatu dari tasnya. Yang diambilnya adalah sebuah pita berwarna putih panjang nan indah. Rukia kini berdiri tegak. Kaki kirinya maju ke depan. Tangan kirinya memegang pergelangan tangan kanannya. Jari tengah dan jari telunjuknya menjepit ujung pita putih itu. Alunan lagu mulai mengiringi tariannya. Dia memutar tubuhnya. Tangan kirinya kebelakang dengan gemulainya, Pita putih itu ikut memutar dan membentuk lingkaran bulat bagaikan bulan purnama. Kini tahap berikutnya.
"Some no mai, Hakuren," katanya lembut sambil memutar-mutar pitanya dengan indah dan lama-kelamaan membentuk zig-zag ke depan. Tatapan matanya menuju ke bawah. Kaki kanannya kedepan dan menekuk sehingga lututnya kanannya kini berada di depan lutut kirinya. Kaki kirinya menekuk ke belakang.
"Tsugi no mai, tsukishiro," pita putih panjang kini diputar Rukia di atas kepalanya sehingga membentuk lingkaran. Tubuhnya dicondongkan kebelakang. Posisi tangan kanannya tepat memutar-mutar dan sesaat kemudian tangan kirinya dengan tepat menjepit pita itu lalu di tariknya sehingga pita itu menjadi lurus.
"San no mai, Shirafune," Rukia bangkit dari posisinya lalu berdiri. Kini dia berputar-putar menggunakan kaki kanannya dan kemudian kaki kirinya secara bergantian. Dilepasnya jepitan ditangan kembali condong ke belakang. Sesaat kemudian tubuhnya tegak kembali. Secara tepat Rukia menjepit kembali ujung pita putih itu lalu menariknya ke bawa sedangkan tangan kananta menarik ke atas sehingga pita itu kini terlihat lurus dan miring dari kanan ke kiri. Pita putih yang indah itu kini membetuk seperti pedang yang lurus panjang berwarna putih seputih salju.
Tariannya kini telah berakhir. Semua orang sangat terpukau dengan tariannya Rukia yang sangat indah. Padahal tarian itu sangat sulit jika bukan orang ahli yang menarikannya. Rukia memang ahli. Dia berlatih tarian itu sampai lima tahun. Dia berlatih hingga pergelangan kakinya nyaris patah. Tapi, usahanya kini berbuah hasil. Dia dapat menarikan Sode no Shirayuki dengan indahnya.
Kediaman Bangsawan Kurosaki
"Oweek... Oweek... Oweek!" suara tangisan bayi terdengar keras sekali.
"Aduh, anakku, tenang ya sayang!" kata Orihime berusaha agar bayi itu tenang. Tapi, usahanya gagal. Seorang pria berambut orange pun memasuki ruangan dimana Orihime berusaha untuk menenangkan bayi itu.
"Kenapa,Inoue?" kata pria itu. Ketika mendengar suara suaminya memanggil nama 'Inoue' hatinya menjadi perih.
"Kenapa Ichigo-kun memanggilku Inoue?" tanya Orihime di tengah-tengah tangisan bayi itu.
"Ah! Maksudku Orihime! Maaf Orihime!"
"Tidak apa-apa, hehehe. Ichiro menangis, Ichigo-kun! Aku bingung..."
"Biar aku yang menggendongnya," kata pria itu, Ichigo. Orihime pun memberikan bayi itu kepada Ichigo. Ichigo melihat bayi itu dan mencoba menenangkannya. Tapi, tanpa disadari bayi itu menjadi tenang. Dia tak menangis lagi. Ichigo meletakan jarinya ke dekat bibir bayi itu.
"Kelihatannya dia haus,"
"Tapi, aku tak memiliki asi, Ichigo-kun... Ah, yang penting dia sekarang tenang! Aku akan mencarikan asi untuknya! Hebat, Ichigo-kun dapat menenangkannya!" kata Orihime yang beejalan keluar ruangan. Ichigo hanya mengangguk kemudian membawa bayi itu keluar ruangan. Ichigo duduk sambil melihat wajah bayi itu. Bayi itu membuka matanya. Terlihat sepasang mata violet sedang memandangnya. Melihat bayi itu, entah kenapa dia merasa sangat dekat dengannya. Memang kebetulan bayi itu memiliki rambut orange yang sama sepertinya. Namun, bukan itu. Bayi itu juga merasa nyaman bersamanya.
'Kenapa ada yang tega membuangmu?' tanya Ichigo dalam hati.
Rukia kini berjalan keluar kedai setelah mengganti pakaiannya. Diluar sangat dingin, tapi kelihatannya ini sudah waktunya dia untuk melanjutkan perjalanannya. Salju masih saja turun, semakin tebal malah. Tapi dia tetap berjalan dan berjalan. Rukia merasa dadanya basah. Mungkin karena asi yang harusnya diberikan kepada bayinya belum diminumkan. Matanya kini berair. Dia menangis terisak.
"Anakku, apakah kau sudah minum susu? Apakah kau baik-baik saja? Ibu sangat merindukanmu," isak Rukia. Tapi, dia sadar dia tak boleh selemah ini.
"Ibu janji, ibu akan mengambilmu kembali," ucapnya
Bersambung...
A/N: Yuaa, saya bikin IchiRuki lagi... Hiks... Ga papa saya senang! Apakah gaje? Maaf yaa, : )... Nica harap sih bisa menghibur minna-san : ) : )... Apa saja pendapat minna-san akan Nica terima dengan rela hati hehehe... Review ya, biar Nica tahu... : ) Ini Cuma Two-Shoot dan Next Chap udah selesai... Shoot pertama sudah selesai, tinggal Shoot kedua kwkwkwkwkwkwk
