Disclaimer : Hetalia punya Hidekaz Himaruya.
Sepasang mata berwarna violet tertuju pada sebuah sosok berkacamata, terus memperhatikan gerak gerik sosok tersebut. Melihatnya tertawa dan bercanda dengan sosok lain didekatnya membuat seulas senyum tipis tergambar diwajahnya sambil memperhatikan sosok tersebut.
"Hanya melihat tawanya saja aku merasa puas," adalah apa yang selalu diyakini olehnya.
Sosok berkacamata itu tersenyum lebar melambaikan tanganya pada salah seorang yang ada diruangan itu lalu menghampirinya.
"Oi..England! Apa yang sedang kau baca? Serius sekali," sapanya pada pemuda bernama England itu.
"Bu-bukan urusanmu! Baka Amerika!" jawabnya sambil menyembunyikan apa yang ia baca.
"Kok disembunyikan? Jangan-jangan kau baca majalah porno lagi ya?" senyum nakal terulas dibibirnya.
"Bukan bodoh!" balasnya dengan wajah memerah.
"Hahaha! Jangan bohong aku tahu kok. Kau mesum juga ya…," ejek Amerika.
"Sudah kubilang bukan! Kau tuli ya? Bloody git!"
Orang-orang yang ada diruangan itu hanya tertawa melihatnya tingkah mereka. Pemandangan seperti itu sudah jadi pertunjukan rutin setiap rapat berlangsung, semua yang ada disitu sudah terbiasa meliahtnya. Mereka semua tertawa kecuali satu orang, orang bermata violet yang memperhatikan pemuda bernama Amerika itu. Senyum yang sesaat tadi ada diwajahnya menghilang.
"Mungkin aku memang tidak akan puas hanya melihat senyumnya, aku ingin dia melihatku, menyadari perasaan yang kumiliki," pikirnya.
"Rusia-san?" panggil pemuda berambut hitam yang duduk disebelahnya membuyarkan lamunannya.
"Ya? Ada apa Japan-kun?" jawabnya sambil tersenyum membuat pemuda tersebut bergidik melihatnya.
"Rusia-san…ano…rapat sudah dimulai…"
"Da…aku tahu kok…"
"O-oh…maaf kau telihat seperti sedang melamun jadi-"
"Tidak kok…kau tak perlu khawatir, da"
"Um…baiklah….," jawab Japan singkat dia tak mau mengambil risiko dengan berkata lebih banyak.
Rusia kembali kedalam lamunannya, berpikir apa yang sebaiknya ia lakukan dengan perasaanya. Ia ingin agar Amerika menerima perasaan cintanya tapi hubungan mereka sangat buruk, sejak perang dingin Amerika selalu menganggap Rusia adalah musuh dan saingannya. Apalagi hubungan England dan Amerika semakin dekat mereka sering dikira pasangan.
"Hmm…aku harus melakukan sesuatu…aku tidak bisa memendam perasaanku terus menerus. Mungkin sudah saatnya aku mulai mendekatinya. Aku akan membuatnya menyukaiku!"
Pikiranya membuat aura gelap muncul dari balik tubuhnya membuat semua yang ada di ruangan itu menatapnya ngeri. Rusia yang menyadari hal itu hanya tersenyum manis dan memiringkan kepalanya.
"Kalian lihat apa da?"
"Ti-tidak! Tidak lihat apa-apa!"
"Kalian aneh da."
"Apa pun yang ada dipikiran Rusia pasti bukan hal yang baik!" pikir mereka dalam hati.
Selama rapat berlangsung Rusia terus menatap Amerika seperti hewan karnivora yang mengawasi mangsanya . Amerika yang menyadari hal itu mulai merinding, perasaan tak nyaman menyelimuti dirinya.
"Hei Rusia, aku tahu kalau aku keren, tapi kau tak perlu menatapku seperti itu kan."
"Memangnya kenapa da?"
"Kok malah nanya? Tatapanmu itu aneh!"
"apa anehnya da?"
"Tentu saja aneh membuatku merinding..!"
"Ahaha…Amerika-kun lucu ya….imut deh…"
"Apa maksudmu?" Tanya Amerika sweatdrope
"Aku memujimu kok"
"Aku tak mau menerima pujian itu darimu!"
"Amerika-kun jahat…aku kan bermaksud baik da," Rusia mulai cemberut.
"Cukup! Kita sedang rapat yang serius dong!" teriakan Jerman menghentikan adu mulut mereka. Akhirnya rapat dapat dilanjutkan kembali dan berakhir tanpa solusi seperti biasa.
"Kau dengar tadi? Rusia bilang Amerika imut. Apa itu tidak aneh?" France mulai bicara. Saat itu ruang rapat sudah mulai sepi beberapa dari mereka langsung bergegas pulang setelah rapat berakhir termasuk Amerika dan Rusia dua negara yang akan digosipkan.
"Ya aku juga berpikir begitu. Maksudku bukankah mereka berdua itu saingan?" Japan ikut bicara.
"Ve…aku juga merasa aneh…"
"aku tidak berpikir begitu, 2 negara yang saling bersaing jatuh cinta indahnya…"
"Ano..Hungary-san mereka berdua kan laki-laki…mana mung-"
"ckckck…jangan polos begitu Japan cinta tidak memandang gender,"
"Aku sangat sependapat denganmu France! kalau memang itu cinta aku akan mendukung mereka!"
"Ve…mengerikan…"
"Hmp! Mana mungkin si bodoh itu jatuh cinta."
"Ada apa England? Kau terlihat tidak senang atau kau cemburu?" Tanya France dengan senyum mengejek.
"Untuk apa aku cemburu dasar bodoh! Aku hanya berpikir dia tidak seidiot itu jatuh cinta pada musuhnya sendiri!" bentak England. France hanya tertawa mendengarya dan gossip pun berlanjut.
Sementar itu Amerika sedang berjalan menuju tempat parkir dimana ia memarkirkan mobilnya tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat Rusia berdiri didekat mobilnya.
"Sedang apa kau?" tanya Amerika dingin.
"Menunggumu da"
Amerika mengerutkan alisnya, "menungguku?" tanyanya heran
"da. Ada yang ingin kukatakan padamu"
"Apa itu?" perasaan tak enak mulai menyelimuti dirinya.
"Aku menyukaimu da"
"Hah?"
"Aku menyukaimu Amerika-kun bersatulah denganku da"
Amerika diam sesaat berusaha mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan Rusia, saat dia meyadari apa yang dimaksud pemuda bertubuh besar itu, dia merasa seperti tersambar petir, matanya melotot dan mulutnya menganga.
"K-kau bercanda? Itu tidak lucu!"
"Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda da?"
"Ti-tidak mungkin!"
"Kenapa tidak mungkin da?" Rusia bertanya sambil memiringkan kepalanya.
"Kau musuhku! Sainganku!" jawab Amerika cepat.
"da. Aku tahu karena itu aku akan membuatmu menyukaiku!" balas Rusia dengan penuh percaya diri dan berlalu meninggalkan Amerika yang membatu karena shock.
"Haha….dia…tidak serius kan…..," batin Amerika berusaha meyakinkan dirinya.
