WARNING:OOC-ness coz aku ingin membuat character di sini sesuai bayanganku jadi kalau kalian tidak merasa bisa tahan dengan itu,klik tombol back sekarang ^w^
PAIRINGS:Only Kami-sama knows...kufufufu..
DISCLAIMER:I don't own Vocaloid,i just own my little story down here XD
Len's POV
"RIN!"suaraku menggema di sepanjang lorong membuka pintu di depanku dan menatap gadis cantik berambut pendek honey blonde yang sedang berbaring di ranjang sambil membaca buku.
"Hah?ada apa?" jawab gadis itu,sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dia baca.
"Aku perlu bantuanmu,"kataku dengan wajah serius(setidaknya,kurasa aku memasang wajah serius). Gadis itu menandai halaman yang sedang dia baca dan duduk.
"Dan hal apa yang sangat penting itu sampai seorang Len Kagamine memohon bantuanku,musuh terbesarnya ini?" tanyanya dengan nada setengah mengejek.
Rin Kagamine-san. Mungkin,mungkin dia satu-satunya orang yang bisa . Tidak. Hanya dia yang bisa membantuku. Aku memang sudah merendahkan diriku sejauh ini, sampai memohon ,aku tidak punya pilihan lain.
Aku duduk di bangku meja belajar ,karena itu satu-satunya bangku yang ada di ruangan tidak mungkin duduk di ranjang miliknya kan?walaupun ranjang itu Queen Size yang berarti kalaupun aku duduk di situ, masih akan tersisa banyak ruang.TAPI,aku tidak akan merendahkan diriku sejauh itu sampai duduk di sebelahnya.
Aku menarik napas,bersiap ingin menceritakan problem-ku.
"! #$&!" kataku dengan kecepatan tinggi. Rin menatapku dengan pandangan hah-kau-ini-bicara-apa yang dahsyat.
"Tolong ulangi sekali lagi,"Aku bersiap akan bicara lagi tapi dia memotong,"dan dengan kecepalan normal kali ini,please."
Aku menarik napas panjang. Oh Kami, Tidak biasanya aku begini. Aku belum pernah merasa secanggung ini bicara dengan seorang cewek. Apalagi,cewek ini musuh terbesarku. Biasanya kami bertukar kata-kata yang 'colorful' jika bertemu. Argh!mungkin ini bukan ide yang bagus.. TAPI,kalau aku tidak menemukan pemecahan untuk 'masalah yang sangat besar' ini dalam malam ini...aku bakal mati. Dijamin. Seratus persen.
"Hei..berapa lama lagi aku harus menunggu?" tanya Rin dengan nada bosan. Ah!Aku lupa sama sekali tentang dia. Well,aku sudah tidak bisa mundur sekarang. Go Go Len!
"Begini.."kataku perlahan sambil memilih kata-kata yang tepat, "Kau tahu Kaoru Machida?" Dia mengangguk mengiyakan. Aku menggigit bibir bawahku. Bagian ini..rumit. "Dia mengajakku kencan."
Rin menatapku. Sepuluh detik berlalu. Tiga puluh detik. Satu menit. Dan tawanya meledak. Oh Kami..seharusnya aku sudah tahu dia pasti tertawa berlebihan. Aku mulai menyesali pilihanku minta bantuan padanya. Kalau ada lubang di sekitar sini, aku pasti sudah melompat kedalamnya.
Sepertinya dia sudah bisa mengendalikan dirinya dari rasa gelinya karena dia sekarang hanya menatapku dengan pandangan geli. "Maksudmu Kaoru Machida yang itu? Kaoru Machida yang berbadan besar,berjerawat di seluruh wajahnya,pendek dan bermata sipit?Kaoru Machida yang terkenal suka memaksa cowok kencan dengannya?" Rin meledak tertawa lagi.
Aku merespon dengan, "ya,dan sepertinya sekarang dia menaruh perhatian padaku. Karena itu aku perlu bantuanmu."
Hei! Aku sudah merendahkan diriku sejauh ini! Kumohon jangan menolak permohonanku! Mohonku diam-diam dalam hati. Rin menumpukan sikunya di atas kakinya yang dia silangkan dan meletakkan dagunya di atas telapak tangannya. Dia menatapku dari atas ke bawah. Aku mulai gelisah. Aku mendapat perasaan buruk. Dan biasanya feeling-ku selalu tepat. Gawatgawatgawatgawat.
"Kenapa kau tidak berkencan saja dengannya? Kau kan sudah terkenal dengan predikat cowok-yang-suka-kencan-dengan-cewek-yang-lain-setiap-kalinya," tanyanya dengan nada mengejek.
"Rin," kataku dengan nada serius, "kau tidak benar-benar mengharapkan aku berkencan dengan cewek seperti Machida-senpai , kan?"
"Well,sebenarnya aku sudah tahu kalau kau pasti akan jadi target Machida-senpai setelah Yuuji Ishida si kapten tim baseball."
Oh,begitu. Tunggu.Otakku mencoba mencerna apa yang tadi baru saja dia katakan. Jadi...dia sudah tahu aku akan jadi target Machida-senpai yang berikutnya?
"HAAAHHH?Ba-Bagaimana kau bisa tahu kalau aku akan jadi target Machida-sempai yang berikutnya?" teriakku.
"ckckck,Lenny,Lenny," panggilnya dengan nama panggilan buatannya yang menyebalkan itu, " Jangan remehkan jaringan gosip cewek-cewek." Katanya sambil menatapku dengan pandangan meremehkan. Sialan.
"Jadi,miss serba tahu," "hmm?" "Kau akan membantuku atau tidak?" tanyaku tidak sabar.
"Tergantung." mengeluarkan pengikir kuku dan mulai mengikir kuku tangannya yang dimanikur dengan sempurna. " Tidak ada yang gratis di dunia ini,kau tahu."tambahnya sambil memperhatikan tangan kanannya yang sudah dikikir.
"Jawab dulu, kalau kau akan membantuku, apa kau tahu bagaimana kita bisa menghalau Machida-senpai? Dia terkenal..'rumit'..dan sangat susah dihalau. Presentase jumlah cowok yang berhasil menghalau Machida-sempai pergi dari sisinya?NOL."kataku," bahkan Mamoru-sempai si Ketua Osis yang terkenal dingin dan selalu berhasil menghalau cewek-cewek pergi saja tidak berkutik di hadapan Machida-sempai."
"Itu karena Mamoru-sempai tidak punya satu poin paling penting dalam menghalau cewek," jawab Rin.
" Dan apakah satu poin itu, Rin-sensei?" tanyaku dengan nada mengejek.
"Pacar." Katanya simpel,polos,plainly,chiaramente,deutlich.
"Heh? Pacar?" tanyaku memastikan mengangguk."Ya,Pacar ."
"Kalau begitu aku tinggal ambil saja cewek secara acak. Apa aku tanya Luka-chan saja ya? Tunggu sebentar."kataku pada Rin. Dia memutar bola mata dan berguling-guling di ranjang.
"...Halo?Luka-chan?Mau pacaran denganku? Eh?Sudah dengan Gakupo-san? Oh. Oke. Ya,tidak apa-apa. Sampai jumpa besok,Luka-chan." Aku menutup telepon.
"Jadi?" tanya Rin sambil memngankat sebelah alisnya.
"...Akan kucoba menelepon Miku-chan,"desisku.
"Miku-chan?Mau pacaran denganku?"tanyaku.
"Ah,Len-kyun.Maaf~ Aku sudah jadian dengan Kaito-kun.. karena kemarin aku kau tolak, aku menembak Kaito-kun,"katanya dengan nada meminta maaf.
Jleb. Oke. Aku sudah harus menulis surat wasiat sekarang juga. Secepat mungkin. Mungkin aku akan menulis...
Maaf aku bunuh diri. Aku depresi. Salahkan Machida Kaoru senpai. Mom,jangan berikan buku-buku komik dan koleksi figurinku pada Teto. Berikan saja pada tetangga sebelah. Dan yang kumaksud dengan tetangga sebelah bukan Rin Kagamine. Berikan saja pada tante-tante gendut yang tinggal di seberang jalan. Lebih aman. Jangan lupa beri makan Minon dengan makanan kucing kualitas terbaik setiap hari. Oh,Airnya juga jangan lupa diganti dengan yang segar. Sampaikan salamku pada Minon. Ah ya, ada sale di pet shop lusa. Belikan mainan tikus-tikusan untuk Minon,ya? Tikus Nya-nya lagi diskon 80%.
Aku benar-benar menyedihkan sekali. Saking menyedihkannya bahkan isi surat wasiatku penuh dengan Minon,kucing Himalaya milikku yang super imut,lembut dan tiada tandingannya. Tunggu. Kalau aku bunuh diri, ada 73% kemungkinan mom tidak akan merawat Minon dengan baik. Malahan,mungkin Minon akan dibuang! Oke, itu berarti, aku masih belum boleh mati sekarang. Che. Terpaksa minta bantuan Rin Kagamine.
"Len-kyun? Kau masih di sana?" suara Miku-chan yang melengking tinggi menyadarkanku dari lamunan ku tentang Minon.
"A-Ah, ya. Aku masih disini. Maaf menganggu malammu, Miku-chan.Oyasumi," kataku menutup pembicaraan.
"Oyasumi, Len-kyun. Sampai jumpa besok di kelas!" balas Miku-chan.
"Bagaimana? Masih ingin mencoba menelpon yang lain?" tanya Rin.
"Aku terima tawaranmu. Imbalan jeruk sunkist tiga setengah kilogram?" tawarku.
"dua belas kilogram, atau tidak sama sekali." tolaknya.
"Jeruk sunkist itu mahal! delapan seperempat kilogram saja ya?"mohonku. Kalau dia ngotot ingin jeruk sunkist dua belas kilogram, aku bisa bangkrut.
"Tawaran terakhir, sepuluh kilogram." tegasnya.
"Baiklah. Sepuluh kilogram, lusa kuantar." Kataku. Aku menyerah. Rin selalu ngotot soal jeruk. Di sekolah dia selalu bawa lima buah paling sedikitnya. Heran. Apa sih enaknya jeruk? Padahal lebih enak pisang.
"...man Hiburan Jidaraku," suara Rin menembus pertahanan pikiranku yang menolak menerima kenyataan aku akan bangkrut.
"Hah? Apa? Maaf, tadi aku tidak mendengarkan,hehehe," aku berkata setengah meminta maaf.
" Dasar bodoh. Makanya,tingkatkan kapasitas otakmu itu!" ejek ,memang benar aku suka bengong,tapi nilai pelajaranku di sekolah bisa kupertahankan tetap di dalam ranking lima besar. Apa haknya bicara begitu?
" Dasar menyebalkan," bisikku kesal. "Ulangi saja apa yang kau katakan tadi." saja kalau dia minta kencan besok. Besok itu ulangan matematika. Bisa mati aku kalau tidak belajar.
"Besok kita kencan."katanya.
" Ya, ya, ya, terserah deh," jawabku tidak peduli.
Tunggu dulu. Tadi dia bilang apa?
Kencan? Aku menatapnya tanpa berkedip. Dia menatapku balik. Kami tatap-tatapan.
"HAAAHHHH?" Oh Kami, aku benar-benar mati.
A-Ano..maaf kalau fic ini aneh karena.. ini fic vocaloid pertamaku! Dan ini bisa dibilang fic pertamaku juga?
Anyway,Please review! I'll give u some chocolate bon-bon if you do! *puppy eyes*
Kritik dan saran sangat ku apresiasi!
See u guys in the next chapter? ^w^
