The Love That Surrounds Me
©MikiHyo
.
Cast : Choi Siwon, Im Yoona, Choi Minho, Other Cast
Genre : Drama, Romance, Hurt/Comfort, Angst
Rated : T
Length : Part (On Going)
A/N : Korean Version dari cerita originalku yang aslinya buat cerita Jepang. Kebanyakan pake tokoh SMent disini tapi campur juga ma idol lain, jadi gak cuma Super Generation. Yang gak suka gak usah liat gapapa! Jangan coba-coba merusak mata kalian sendiri ^^
.
.
Prolog
.
.
Hidup Indah ini…
Bagaimana jadinya kalau Tuhan merubahnya tiba-tiba?
.
.
Siwon POV
.
"Yoona.. kau kuat-kan?"kuusap lembut pipi mulus wanita yang sangat kucintai ini.
"Tenang saja.. aku akan kuat untuk anak kita"senyumnya tipis namun berusaha setegas mungkin.
Masih saja kupandangi wajah indah yang terlihat menahan sakit itu. Sebentar lagi ia akan masuk kedalam ruang bersalin, tempat anak kami pertama kali melihat dunia nanti.
Entah apa yang membuat perasaanku gundah. Aku tahu Yoona adalah gadis yang kuat, ia pasti bisa melahirkan anak kami dengan baik. Namun kenapa perasaanku…
"Aku akan menunggumu disini. Berjuanglah"lagi, kuucapkan kata-kata penyemangat sebelum brancar*nya dibawa masuk kedalam ruangan itu. Ia kembali tersenyum untuk memberiku keyakinan. (brancar : tempat tidur dorong)
Tak lama kemudian ia-pun dibawa masuk oleh para perawat kedalam ruang bersalin. Kini tugasku hanya bisa menunggu sampai persalinannya selesai, sampai anak kami lahir kedunia dan membawa kami kepada moment yang tidak akan kami lupakan seumur hidup.
.
.
.
4 jam lamanya aku hanya terdiam cemas menunggu. Pikiranku kalut dengan berbagai hal, hal baik maupun buruk semuanya bercampur jadi satu.
"Kenapa lama sekali? Tidak ada masalah kan?"gumamku gusar.
"Tuan Choi Siwon?"reflek aku pun langsung mengangkat wajahku. Seorang perawat mendekatiku dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Sebaiknya anda ikut masuk kedalam"jelas perawat itu. Aku hanya bisa terdiam dan menuruti semua ucapannya. Sebenarnya ada apa? Kenapa perasaanku semakin tidak enak?
"Pendarahannya tidak bisa dihentikan!"
DEG!
Jantungku serasa meledak saat mendengar nada-nada panik yang dilontarkan oleh para tenaga kesehatan itu. Kulihat Dokter yang menangani persalinan Yoona masih berusaha melakukan sesuatu terhadapnya.
"Aaah…"aku pun segera menghampiri Yoona saat mendengar rintihan pilunya.
"Yo-Yoona? Yoona! Sebenarnya ada apa?"tanyaku cemas kepada perawat yang membawaku masuk tadi.
"Terjadi pendarahan mendadak. Kami sedang berusaha menyelamatkan bayinya, tolong anda tetap berada disisi istri anda agar dia bisa tenang"jelas perawat itu yang kembali disibukkan oleh pekerjaannya.
"Yoona… apa kau kuat?"kali ini mataku hanya terfokus kepada Yoona. Ingin sekali aku mengambil semua rasa sakit yang kini ia rasakan, aku pun tidak sanggup kalau harus melihat ia menderita seperti ini.
Wajah putihnya semakin memucat, keringat bercucuran membasahi keningnya, dan bisa kurasakan tubuhnya gemetar dan mencengkram tanganku dengan kuat.
"Yo-Yoona…"aku semakin panik melihatnya.
"Ehm.. ti…dak apa-apa…"ucapnya berat. "aku..h… tidak.. apa-apa…"bahkan ia masih bisa tersenyum disaat seperti ini.
Air mataku siap tumpah mendengar tiap rintihan maupun kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dia pasti sedang berusaha keras mempertahankan nyawanya sedangkan aku hanya bisa diam tanpa merasakan sedikit pun sakit yang ia rasakan.
Dokter kembali memberikan instruksi pada Yoona. Aku pun hanya bisa menggenggam erat tangannya berharap aku bisa memberinya kekuatan untuk melahirkan anak kami.
Tuhan… Aku mohon…
Selamatkanlah Yoona…
"Oeek.. Oek.. Oeeeekk…"Mataku terbuka lebar. Suara tangis itu memecahkan seluruh kegundahanku. Hatiku terasa lega saat melihat sesosok malaikat kecil yang menangis kencang didekapan Perawat yang sudah menggendongnya.
"Yoona… dia lahir…"aku kembali menoleh kearah Yoona. Namun gerakanku langsung membeku saat kulihat mata terpejam Yoona yang terlihat damai.
"Yo-Yoona.."tangannya yang berada didalam genggamanku terasa dingin seperti es. Kupanggil berapa kali pun matanya tetap tidak terbuka. Seakan ia sudah tidak mau lagi membukanya.
"Tuan Choi.. maaf.."suara berat Dokter itu membuyarkan lamunanku.
"Dokter.. kenapa Yoona tidak mau membuka matanya?"
"Istri anda… tidak bisa kami selamatkan…"
DEG!
Lagi. Jantungku serasa meledak lagi.
Aku tidak percaya dengan apa yang barusan Dokter itu katakan. Bagaimana bisa? Bukankah Yoona adalah gadis yang kuat?
"Tidak.. ini tidak benar kan? Yoona pasti hanya kelelahan.."aku berusaha menyangkal.
Namun Dokter itu tetap menggelengkan kepalanya. Membuatku merasa bagaikan dihujam oleh ribuan pisau yang mengkikis habis seluruh kebahagiaanku.
"Yoona….."
.
.
Terkadang sesuatu yang tidak mungkin terjadi justru terjadi
Dan kenapa dibilang 'tidak mungkin' kalau itu harus terjadi?
.
.
"Yoona… jaga dirimu disana. Aku harap kau temukan kebahagiaanmu yang abadi…"ucap Jessica, teman dekat Yoona yang kini berada disampingku. Kami sama-sama berhadapan dengan nisan kukuh yang baru dibuat.
"Oaaa…"bayi mungil yang berada didalam dekapan Jessica menggeliat pelan. Jessica pun memindahkan bayi itu kedalam dekapanku.
"Mungkin kalian butuh waktu… emm.. bertiga… sekarang. Ayo kita pergi Jess…"ucap Taecyeon, suami Jessica yang juga teman dekatku.
Ia-pun merangkul istri tercintanya itu dan membawanya pergi.
"Yoona…"mataku masih menatap pilu kearah nisan itu.
"Terima kasih sudah memberikan Minho padaku.."sambungku. Minho adalah nama bayi yang baru saja hadir dikehidupan kami. Ya, seharusnya dikehidupan kami, bukan hanya kehidupanku.
"Dia sehat.. sama sepertimu. Dan perkiraanmu tepat, dia laki-laki"aku tersenyum kecut. Minho menguap kecil didalam dekapanku. Matanya terpejam, pertanda ia kembali ke alam mimpinya.
"Aku berjanji…"aku berusaha mempertegas nada bicaraku.
"Aku berjanji padamu… aku akan selalu menjaga Minho.. menjaga anak yang paling kita nantikan ini.."sebutir air mata kurasakan sudah mengalir membasahi pipiku.
"Karena itu.. kau pun harus selalu bahagia disana.. Kau tidak perlu khawatir dengan Minho.. aku sama sepertimu.. nyawa pun akan kuberikan demi anak ini.."bibirku bergetar. Rasanya aku tidak kuat untuk menghadapi kenyataan sekarang. Namun kubuang jauh-jauh perasaan itu, karena hal itu hanya akan membuat Yoona sedih. Aku pun tidak bisa menepati janjiku kalau aku terus terpuruk dengan kenyataan ini. Siapa yang akan menjaga Minho kalau aku seperti ini?
Bagaimanapun juga, aku harus terima semua kenyataannya.
.
Ketika kau merasakan hidup yang bahagia, maka pikiranmu tentang keterpurukan akan lenyap dan kau tidak akan mengingatnya.
Namun saat kau merasakan keterpurukan, maka pikiranmu tentang hidup yang bahagia akan lenyap dan sulit untuk melupakannya.
.
.
Baru Prolog nih. Kependekan tah? Maaf. Mau liat respon para reader dulu ah, ff ini belum sepenuhnya kubuat (walaupun yang Jepangnya udah). Mudah-mudahan yang Korean version ini juga bisa selesai. Mind To Review? ^^
