Disclaimer : Naruto – Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : T

Warning : Genre, OOC, Typos, Alur kecepatan dan lainnya

Summary : Saat alunan piano itu mulai berakhir disaat itu pula Sasuke sadar. Dia sadar akan janjinya dulu, janji yang pernah ia ucapkan. Dan semuanya sudah terlambat, sosok itu sudah terlanjur terluka karena ulahnya.

Just Cant't Let You Go

By

Sentimental Aqumarine

Seorang gadis pirang sedang berlari-lari disepanjang koridor University of Tokyo, tak peduli dengan bulir keringat yang mulai berjatuhan membasahi wajahnya. Dia terus berlari, tak ayal itu menyebabkan ia menabrak para mahasiswa yang berjalan berlawanan arah dengannya. Dia masih terus berlari tak peduli dengan para cacian dan umpatan yang diberikan para mahasiswa yang tak sengaja ia tabrak itu.

Gadis itu memperbaiki letak tas selempangannya, menaiki setiap anak tangga yang akan membawanya menuju tempat tujuannya. Sesekali ia berhenti, mengistirahatkan kedua kakinya yang sedari tadi ia pacu untuk berlari atau sekadar untuk mengatur napasnya yang mulai memburu itu.

'Tinggal satu lantai lagi' batinnya

Dan kemudian gadis itu kembali berlari menaiki setiap anak tangga, dan disinilah dirinya sekarang di depan sebuah ruangan yang bertuliskan 'Music Room' di pintunya. Gadis itu membuka pintu dihadapannya dengan perlahan, seketika suara gebukan drum dan petikan gitar listrik menyambut pendengarannya. Gadis itu melangkah masuk ke dalam ruangan tersebu, tersenyum canggung saat semua orang yang ada di ruangan itu menatap kehadirannya, termasuk seorang wanita yang kini sedang berdiri disamping grand piano yang terletak di sudut ruangan.

"Sorry, I'm late Mrs. Yuhi" ucap gadis itu sopan

Wanita itu mengangguk, memaklumi keterlambatan salah satu mahasiswinya itu, dengan beribawa wanita bernama lengkap Yuhi Kurenai itu mempersilakan gadis pirang tersebut duduk di kursinya.

"Duduklah Naruto"

"Arigatou"

Kelas hari itu dimulai kembali dan diakhiri 1 jam kemudian dengan permainan harmonika dari salah satu mahasiswa bernama Suigetsu. Naruto baru akan beranjak dari kursi saat Kurenai menghampirinya.

"Apa besok kau bekerja part time Naruto?" tanyanya

"Sepertinya tidak, memangnya ada apa sensei?"

"Ada yang ingin aku bicarakan padamu"

"Mengenai apa?"

"Besok saja kuberitahu, kau datang saja kesini sepulang kuliah ya" ujar Kurenai

"Baiklah"

"Kalau begitu aku pergi duluan Naruto, jaa"

"Jaa"

Setelah kepergian Kurenai, Naruto pun mulai beranjak dari tempat itu. Pergi menuju cafetaria yang terletak disudut kampusnya, dia harus menganjal perutnya sebelum kembali mengikuti mata kuliah selanjutnya. Gadis itu menutupi rambut pirangnya dengan mengenakan topi yang tadi ia simpan di dalam tas selempangannya.

Gadis bernama lengkap Uzumaki Naruto itu tercatat sebagai mahasiswi tingkat 3 di University of Tokyo. Gadis yang kesehariannya tak pernah lepas dari topi orangenya itu adalah salah satu mahasisiwi fakultas seni, kejeniusannya dalam hal musik itulah yang membuatnya mendapatkan beasiswa di kampus terbaik yang dimiliki Tokyo ini.

Naruto baru saja menginjakan kakinya di cafeteria saat dengan tiba-tiba seseorang menguyurkan segelas jus orange diatas kepalanya. Naruto mendesis marah, memandang penuh tajam kepada sang pelaku yang dengan sengaja menumpahkan jus itu padanya.

"Apa?" tanya gadis indigo dihadapannya itu dengan santai

Naruto tak menjawab dia malah terlihat membersihkan kemejanya yang basah akibat jus itu.

"Kau tahu apa kesalahanmu?" tanya gadis itu lagi

"Aku merasa tak punya kesalahan apapun padamu Hyuuga-san"

"Tentu saja kau punya salah padaku bodoh! Kau mendekati Sasuke-kun, kau pikir itu bukan sebuah kesalahan, huh?!" bentak gadis itu

Naruto menghela napas berat, lagi-lagi semuanya karena si pantat ayam itu. Kenapa hidupnya jadi semakin bertambah buruk sejak dia mengenal pemuda raven itu? Atau jangan-jangan pemuda itu memang pembawa sial untuknya.

"Aku tidak mendekati Sasuke"

"Jangan bohong! Aku melihatmu naik mobil Sasuke kemarin"

Shit! Naruto mengumpat dalam hati, menyesali ajakan pemuda itu untuk mengantarnya pulang kemarin, kalau saja dia menolak mungkin sekarang ia tak perlu bersusah payah menghadapi fans girl si pantat ayam itu. Benar-benar merepotkan, batinnya

"Mungkin kau salah melihat Nona"

"Kau pikir aku buta! Jelas-jelas yang kulihat kemarin itu adalah kau"

"Haah~ baiklah, baiklah. Itu memang aku, kau puas?! Sekarang apa maumu nona Hyuuga? Aku tak punya waktu untuk meladenimu saat ini"

"Brengsek! Kau meremahkanku, huh?"

Bersamaan dengan itu, gadis Hyuuga itu mendorong tubuh Naruto hingga menabrak tembok. Naruto meringis kesakitan saat punggungnya menghantam tembok dengan cukup keras. Gadis Hyuuga itu mencengkram lengan Naruto, kukunya yang panjang menacap ke kulit tan miliknya, kemeja yang ia kenakan sama sekali tak berguna untuk melindungi kulitnya dari kuku gadis itu. Naruto tak melawan, dia cukup waras untuk tidak mencari masalah dengan purtri bungsu keluarga Hyuuga ini.

"Dengarkan aku baik-baik, kau tak pantas untuk Sasuke-kun, jadi menjauhlah darinya. Kau itu hanya akan merusak nama baik keluarganya saja. Kau itu hanya gadis miskin yang tak akan mungkin mendapatkan seorang pangeran sekelas Sasuke-kun. Jika, kau tetap mendekati Sasuke-kun, aku akan menyuruh pihak kampus untuk mencabut beasiswamu. Kau paham?!"

Naruto hanya mengangguk lemah, rasa sakit mulai menjalari tubuhnya.

"Gadis pintar" ucap Hinata seraya melepaskan cengkramannya pada lengan Naruto kemudian beranjak pergi meninggalkan Naruto yang kini jatuh terduduk sambil memegangi lengannya.

.

.

.

.

.

.

Naruto sedang berada di Unit Kesehatan Kampus, mengobati lukanya yang dibantu oleh sahabatnya, Haruno Sakura.

"Kenapa kau tak melawan, huh?" tanya Sakura sambil mengompres memar yang ada di lengan Naruto

Naruto tersenyum getir mendengar nada kesal dari sahabat pinkynya itu

"Aku tak melawan saja dia sudah mengancam akan mencabut beasiswaku, bagaimana jika aku benar-benar melawan, mungkin kau tak akan melihatku lagi besok"

Sakura menghela napas berat sedikit kesal dengan sifat sahabatnya yang selalu memilih mengalah itu, jika saja dia ada disana saat itu. sudah dipastikan dia akan menampar gadis Hyuuga itu, berani-berani dia melukai sahabatnya. Dia pikir dia itu siapa?

'Dia itu anak dari donatur terbesar di kampus ini, Sakura' batinnya pada dirinya sendiri

"Lalu, bagaimana dengan Sasuke? Bukankah dia menyatakan perasaannya padamu kemarin, kau akan menjawabnya?"

"Entahlah Sakura, aku tak tahu. Aku terlalu takut bersamanya"

"Maksudmu?"

"Aku dan Sasuke itu berbeda, sangat jauh berbeda. Aku hanya gadis miskin sedangkan Sasuke, dia memiliki segalanya. Aku tak pantas untuknya Sakura" lirih Naruto

Sakura menepuk-nepuk pundak Naruto berusaha menyalurkan kekuatan pada sahabatnya itu, dipeluknya gadis berkulit tan itu, ikut bersedih melihat nasib sahabatnya yang sangat malang tersebut.

Naruto sudah sampai di rumah sederhanya itu, melepas sepatunya dan melangkah masuk ke dalam.

"Tadaima" ucapnya

Tapi, tak ada yang menyahut ucapannya itu, gadis itu menghela napas panjang.

"Bahkan aku belum bisa menghilangkan kebiasaanku ini, Kaa-san sudah tidak ada lagi disini Naruto, dia sudah tenang di surga bersama Tuhan" ucapnya pada dirinya sendiri

Ibunya, Kushina, meninggal setahun yang lalu karena penyakit yang di deritanya. Dan sebagai anak, Naruto tak tahu menahu tentang penyakit ibunya itu, ibunya menyembunyikan penyakitnya untuk dirinya sendiri tanpa sedikit pun memberitahukannya pada Naruto bahkan sampai akhir hayatnya. Naruto benar-benar kehilangan saat itu, hanya ibunya satu-satunya yang ia punya di dunia ini.

Ayah dan kedua kakaknya sudah pergi mendahului Naruto dan ibunya, mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan saat Naruto masih bayi. Begitulah yang ibunya ceritakan padanya ketika dia bertanya akan sosok ayahnya. Dan disaat itu juga ia baru tahu kalau ternyata ia punya seorang kakak laki-laki dan seorang saudara kembar tapi tak identik. Namun, ibunya tak memberitahukan nama ayah dan kedua saudaranya itu bahkan sampai ibunya meninggalkan. Naruto juga tak pernah tahu nagaiman wajah ayah dan kedua saudaranya itu, itu karena ibunya tak pernah menunjukkan foto mereka pada Naruto.

Naruto menghembuskan napasnya pelan kemudian kembali melangkahkan kakinya, menyalakan saklar lampu dan kemudian pergi menuju dapur mininya. Naruto meneguk air dingin yang tadi baru diambilnya, mengambil cup instant noodle yang berada di lemari kemudian menyalakan kompor untuk merebus air.

Untuk beberapa menit Naruto hanya diam, tangannya bermain-main di pinggiran gelas, gadis itu masih memikirkan jawaban apa yang harus diberikannya pada Sasuke besok, dan pikirannya berkelana ke masa lalu, saat pertama kalinya ia bertemu dengan Sasuke.

#Flashback

Hari itu, sebulan setelah Kushina meninggal. Naruto berniat mendatangi pusaran ibunya, tapi sebelum itu ia ingin membawakan seseutu untuk sang ibunya. Gadis itu berhenti di depan sebuah toko bernama 'Yamanaka Florist'.

"Ada yang bisa kubantu Nona?" tanya seorang gadis berpony tail pada Naruto

"Apa disini menjual bunga Lily?"

"Bunga Lily ya… hmm, tunggu sebentar ya, akan kulihat dulu" ucap gadis itu

Naruto mengikuti langkah gadis dihadapannya, sesekali ia mengedarkan pandangannya ke penjuru toko bunga itu, Toko yang bagus, batinnya. Naruto berhenti di depan salah satu bunga, bunga itu berkelompok berbentuk seperti bintang dengan warna-warna pastel lembut.

"Cantik sekali bukan? Itu namanya Hydragea, baru tiba tadi pagi" ucap gadis itu tiba-tiba

Naruto hanya tersenyum menanggapi perkataan gadis itu. "Kau ingin satu tangkai atau sebuket?" tanya gadis itu seraya menunjukan setangkai bunga Lily kepada Naruto.

"Tolong rangkaikan sebuket bunga Lily untukku" ujar Naruto

"Bunga ini untuk kekasihmu?" tanya gadis itu

"Tidak"

"Lalu?"

"Itu untuk ibuku, dia pecinta bunga Lily"

"Ouuh, manis sekali. Pasti ibumu akan senang saat menerimanya"

"Sebenarnya… ibuku sudah lama meninggal, dan aku berencana untuk mengunjungi makamnya hari ini"

"M-maafkan aku, aku tak bermaksud…."

"Tidak apa-apa" ucap Naruto sambil tersenyum

"Kalau begitu aku akan segera merangkaikannya untukmu, aku akan membuat buket bunga ini menjadi indah"

"Arigatou"

Dan kemudian gadis itu masuk kedalam untuk merangkai bunga pesanan Naruto. Naruto masih memandang penuh minat bunga-bunga yang di miliki toko tersebut sampai seorang pemuda tampan memasuki toko itu. Naruto tak terlalu memperhatikan pemuda yang baru masuk itu, dia masih terlalu sibuk memperhatikan sebuah bunga berbentuk seperti burung yang terletak di sudut toko.

Pemuda itu berjalan menujumeja kasir, menekan bel yang teletak di meja kayu itu. dan beberapa detik kemudian, gadis penjaga toko datang dan menghampiri pemuda itu.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"

"Aku hanya mengambil bunga pesanan ibuku" jawab pemuda itu seraya menyodorkan selembar kertas pada gadis dihadapannya

"Anda anak dari Mikoto-san?" tanya gadis itu yang dibalas anggukan pelan oleh pemuda tampan tersebut

"Baiklah, tunggu sebentar, aku akan mengambilkannya untuk Anda"

Dan gadis itu kembali masuk ke dalam. Pemuda bernama Uchiha Sasuke itu tengah memperhatikan Naruto, gadis itu kini tampak ayik dengan kaktus yang telah berpindah ke tangannya. Sasuke terus memperhatikan gadis yang sepertinya seumuran dengannya, gadis itu mengenakan celana jeans hitam dipandankan dengan kemeja merah yang sengaja tidak dikancing sehingga menampilkan tank top berwarna putih, kalung berbandul biru yang menggantung di lehernya. Kakinya mengenakan sepatu kets berwarna merah. Rambut pirangnya ia tutupi dengan topi orangenya. Terlihat sederhana tapi entah kenapa gadis itu tampak cantik dimatanya. Apalagi dengan senyum yang kini bertengger di bibir gadis itu.

Lima menit kemudian, seorang pegawai toko menghampiri Naruto dan kemudian menyodorkan sebuket bunga Lily padanya. Sasuke dapat melihat sepasang iris sapphire milik Naruto walaupun terhalang oleh topi yang ia kenakan Setelah membayar dan mengucapkan terima kasih Naruto beranjak keluar dari toko itu.

Beberapa detik setelah kepergian Naruto, gadis berpony tail itu datang sambil membawa beberapa rangkaian bunga yang telah dipesan oleh ibu Sasuke.

"Maaf menunggu lama Tuan, ini pesanan Anda" ucap gadis itu

"Hn. Arigataou" ujar Sasuke seraya menyodorkan beberapa lembar yen kepada gadis itu

Dan dengan terburu-buru Sasuke keluar dari toko itu, mencari sosok Naruto yang sepertinya sudah pergi jauh.

"Shit! Ada apa sebenarnya denganku?" umpat Sasuke dan kemudian memutuskan untuk mampir ke kedai kopi sebelum kembali ke rumahnya

Naruto sedang berdiri dihadapan pusaran ibunya, tak peduli dengan hujan yang turun semakin deras dan membasahi pakaiannya. Naruto menatap batu nisan yang bertuliskan nama ibunya itu kemudian meletakkan buket bunga Lily yang tadi dibelinya diatas pusaran itu.

"Naru pulang dulu Kaa-san" pamitnya dan kemudian beranjak dari pemakaman umun itu

Naruto berjalan dibawah guyuran hujan, pakaiannya sudah basah kuyub bahkan kini bibirnya sudah tampak biru karena cuaca yang dingin. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu bis dan berdiri diamping lampu jalan. Naruto berdiri disana, tak peduli dengan orang-orang yang memandanginya dengan heran. Kepalanya tertunduk, menatap sepatunya, entah kenapa dia belum bisa merelakan kepergian ibunya, tangannya terkepal erat sampai buku-buku jarinya memutih. Dia sebatang kara sekarang. Tak ada ayah, tak ada ibu dan juga tak ada saudara yang bisa menjadi tempat untuknya bersandar.

Sasuke menyesap kopinya dalam diam, diluar sedang turun hujan. Bagus, itu berarti dia punya alasan untuk pulang terlambat. Sasuke menatap keluar jendela dan kedua matanya membulat sempurna saat melihat sosok gadis yang ia temui di toko bunga satu jam yang lalu. Gadis itu sedang berdiri dipinggir jalan dalam diam, menundukkan kepalanya, pakaiannya sudah basah kuyup.

Tanpa pikir panjang Sasuke keluar dari kedai kopi itu, mengabaikan teriakan pegawai kedai yang mengiranya kabur dan tak berniat membayar kemudian menghampiri gadis itu. Dia menerobos hujan begitu saja, tak peduli dengan pakaiannya yang akan basah.

"Kenapa tidak berteduh,?" tanya Sasuke ketus

Naruto mendongakkan kepalanya dan menatap pemuda dihadapannya. "Siapa kau?" tanya Naruto heran

"Tidak penting siapa aku" ucap Sasuke seraya menarik Naruto ke dalam kedai kopi tadi, setidaknya mereka bisa berteduh dari hujan daripada berdiri dipinggir jalan seperti itu

"Aku tidak kabur" kata Sasuke datar pada pegawai wanita yang tadi meneriakinya

Naruto memeluk kedua lengannya, dia benar-benar kedinginan saat ini. Sasuke yang melihatnya langsung melepaskan jaketnya dan kemudian menaruhnya ke tubuh gadis itu. Naruto menatap pemuda dihadapannya dengan heran.

"Apa kita saling kenal?" tanya Naruto

"Tidak" ucap Sasuke sambil menggulung kemejanya hingga siku

"Lalu, kenapa kau baik padaku? Kau bisa membiarkan aku berdiri disana sampai hujan reda"

"Anggap saja aku sedang berbaik hati hari ini" ujar Sasuke ringan dan kemudian menyesap kopi yang baru diantar oleh pelayan

"Sekarang minumlah, itu bisa menghangatkan tubuhmu" ujar Sasuke datar

Pemuda itu mendengus geli, tidak biasanya ia peduli seperti ini pada orang lain apalagi pada seorang gadis. Otaknya benar-benar sudah sinting, bagaimana bisa ia bersikap baik pada gadis dihadapannya ini. Dia saja tidak mengenal gadis ini, bahkan baru pertama kali dijumpainya. Sasuke menopangkan dagunya diatas tangannya. Memandang Naruto yang sedang menyeruput kopinya.

"Siapa namamu?" tanya Sasuke

Naruto meletakkan gelas kopinya dimeja. "Naruto" jawabnya

"Namaku Sasuke" ujar Sasuke. "Habiskan minumanmu setelah hujan reda kita akan pergi"

"Kemana?" tanya Naruto heran

"Aku akan mengantarmu pulang" kata Sasuke datar

Naruto mengernyit saat Sasuke mengatakan akan mengantarnya pulang tapi kemudian dia kembali menyesap kopi miliknya. Sasuke dan Naruto mengobrol, walaupun yang lebih banyak bicara itu adalah Naruto sedangkan Sasuke hanya menanggapinya dengan gumaman yang bahkan Naruto sendiri tak tahu apa artinya itu. Tapi, dia cukup senang saat Sasuke tersenyum saat mendengar leluconnya. Naruto Memandang rintik air hujan yang menetes dan membasahi jendela, perasaannya tiba-tiba menghangat sore itu.

#Flashback End

Naruto terlonjak kaget saat suara panci yang digunakannya untuk merebus air berbunyi nyaring. Naruto beranjak dan melangkah kearah kompor kemudian menuang air panas itu ke dalam cup instant noodle. Mengaduknya agar semua bumbu itu tercampur merata.

"Kenapa aku jadi mengingat hari itu?" bisik Naruto lirih "Apa yang harus Naru lakukan, Kaa-san? tanyanya dan mulai beranjak ke meja makan untuk menyantap mie-nya.

.

.

.

.

.

.

Pagi ini seperti pagi hari lainnya di kehidupan Naruto, tak ada yang spesial. Semuanya berjalan seperti biasa, dia mandi, sarapan dan kemudian pergi ke kampus. Gadis itu berjalan santai di sepanjang perjalan menuju kampusnya, Naruto bernyanyi kecil mengikuti lirik lagu yang berputar dari i-pod miliknya.

I don't wanna lose you

Yes! I wanna hold you

I don't wanna make you

Make you sad and make you cry

Naruto mendorong kaki kirinya lebih kuat, supaya laju skateboard-nya bisa lebih cepat. Ya, gadis itu biasa menggunakan skateboard untuk pergi ke kampus jika uang tabungannya sudah mulai menipis. Dia harus berhemat kalau ingin makan besok, dia bisa mati muda jika terus mengkonsumsi mie instant setiap hari. Oh, ayolah. Dia masih ingin mengejar cita-citanya menjadi kompuser terkenal sekelas Franz Joseph Haydn.

Naruto sudah sampai di kampusnya, kini dia sedang berjalan menuju lokernya sambil membawa skateboard orangenya. Haah~ gadis ini memang pecinta warna mencolok itu rupanya. Naruto memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana, sesekali matanya melirik suasana kampus pagi ini sambil terus mengunyah permen karet.

Sesampainya di loker miliknya, Naruto langsung menyimpan skateboard-nya itu disana. Saat ingin berbalik, betapa terkejutnya ia dengan kehadiran sosok yang dikenalnya yang dengan tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Arrgh! Kau ingin aku terkena serangan jantung ya" sulut Naruto

"Hn" gumam sosok itu tak jelas

'Dia seperti hantu saja' batin Naruto

"Aku bukan hantu, jadi, singkirkan jauh-jauh pemikiran bodohmu itu" ucap sosok itu sambil menjitak kepala kuning Naruto

'Bagaimana bisa dia tahu apa yang kupikirkan? Jangan-jangan dia penyihir'

"Sudah ku katakan untuk membuang jauh-jauh pemikiran anehmu itu, aku buka penyihir Baka!"

'Tuh kan! Dia tahu lagi apa yang sedang kupikirkan' batin Naruto ngeri

Sosok yang ternyata adalah Sasuke itu hanya mengerang frustasi kemudian memukul kepala yang tertutup topi orange itu dengan buku. "Itu terlihat jelas dari wajahmu Naruto" ujar Sasuke datar

"Eh? Bagaimana bisa?" tanya Naruto setelah sadar dari pemikiran anehnya

"Itu tidak penting, sekarang ikut aku"

"Kemana?"

Sasuke tak menjawab dia malah menarik Naruto ke taman belakang kampus. Dan sampailah mereka, di bawah pohon sakura yang rindang yang menutupi mereka dibaliknya. Untuk beberapa menit mereka saling diam, memandang ke danau buatan yang cukup besar dihadapan mereka sampai Sasuke memulai pembicaraan diantara mereka.

"Apa jawabanmu Naruto?"

"Jawaban apa?"

"Jangan pura-pura tak tahu Naruto" desis Sasuke

Naruto menghela napas berat, kepalanya tertunduk membuat rambut pirangnya jatuh ke depan. "Entahlah Sasuke, aku merasa tak pantas untukmu" lirih Naruto

Sasuke menangkup wajah gadis itu sehingga kini mereka saling bertatapan. "Aku yang menilai pantas atau tidaknya kau untukku, Naruto" bisiknya lirih. Naruto menggelengkan kepala lemah "Kau dan aku itu berbeda, aku hanya gadis miskin yang tak pantas untukmu"

"Aku tak peduli tentang hal itu, Naruto"

"Tapi aku peduli! Tidakkah kau paham, aku hanya akan menyusahkanmu saja jika kita bersama" ujar Naruto tajam

"Aku tak merasa disusahkan olehmu"

Sasuke terus meyakinkan Naruto jika semuanya akan baik-baik saja jika mereka bersama. "Aku mencintaimu, Naru" bisik Sasuke parau dan kemudian memeluk gadis yang dicintainya itu.

Jam sudah menujukkan pukul 16.30 sore, Naruto sedang menaiki anak tangga untuk menemui Kurenai yang sekarang sedang berada di music room. Naruto membuka pintu ruangan itu, menyapa Kurenai yang saat itu sedang membereskan perlengkapan mengajarnya.

"Sensei" sapa Naruto

"Oh, ternyata kau Naruto. Masuklah, orang yang ingin berbicara denganmu akan segera datang"

Naruro mengernyit. "Seseorang, siapa?" Kurenai menepuk dahinya pelan. "Astaga! Aku belum memberitahumu ya?" tanya Kurenai yang dibalas gelengan oleh Naruto

"Orang yang akan berbicara denganmu ini ingin mencari seorang guru piano untuk adiknya. Awalnya dia menawarkan pekerjaan ini untukku, tapi aku menolaknya. Mengajar disini sudah menyita banyak waktu"

"Lalu apa hubungannya denganku sensei?"

"Aku ingin kau yang mengajarkan adiknya itu untuk bermain piano"

"K-kenapa harus aku sensei?"

"Itu karena kau mahasisiwi paling berbakat di kelasku Naruto, lagipula permainan pianomu itu sangat bagus. Tidak ada salahnya mencoba, bukan?"

Ceklek!

Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan sosok pemuda tampan berambut orange kemerahan.

"Maaf, aku terlambat" ujar sosok itu

"Tidak apa-apa" ucap Kurenai

"Jadi, dimana mahasiswi yang Anda bilang berbakat itu, Kurenai-san?" tanya sosok

"Dia ada dihadapanmu"

Sosok itu melihat kearah Naruto, memperhatikan Naruto dari ujung kaki sampai ujung kepala. Celana jeans selutut berwarna biru langit, kaos berwarna putih dengan gambar rubah berekor sembilan di depannya, topi orange serta sepasang sepatu snekers wanita berwarna putih.

"Anda yakin dia orangnya?" bisik sosok itu pada Kurenai tapi mampu didengar oleh telinga Naruto

"Don't judge a book by its cover" sindir Naruto yang membuat pemuda itu terdiam

Naruto melangkah ke sudut ruangan yang terdapat grand piano hitam. Naruto sudah duduk di depan grand piano hitam itu, sesaat matanya terpejam, lalu mengambil napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Jari-jari lentiknya sudah berada di atas tuts piano, siap untuk memainkan nada yang dia inginkan. Setelah merasa siap, Naruto pun mulai memainkan tiap nada hingga membentuk satu kesatuan melodi yang indah, tapi juga menyedihkan. Saat ini emosi Naruto ikut ambil bagian dalam menciptakan nuansa yang mampu menusuk emosi tiap orang yang mendengar permainannya saat ini. Dan suara merdu milik Naruto itu terdengar bersamaan dengan alunan pianonya.

Would you know my name

If I saw you in heaven

Will it be the same

If I saw you in heaven

I must be strong, and carry on

Cause I know I don't belong

Here in heaven

Would you hold my hand

If I saw you in heaven

Would you help me stand

If I saw you in heaven

I'll find my way, through night and day

Cause I know I just can't stay

Here in heaven

Time can bring you down

Time can bend your knee

Time can break your heart

Have you begging please

Begging please

Beyond the door

There's peace I'm sure

And I know there'll be no more…

Tears in heaven

Would you know my name

If I saw you in heaven

Will it be the same

If I saw you in heaven

I must be strong, and carry on

Cause I know I don't belong

Here in heaven

Cause I know I don't belong

Here in heaven

( Song by Eric Clapton – Tears Heaven )

Tepukan tangan dari kedua orang yang berada di ruangan itu menandakan berakhirnya permainan piano gadis itu. Naruto bangkit dari kursi kemudian tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada mereka berdua.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Kurenai pada pemuda disebelahnya

"Aku rasa, dia akan menjadi guru les adik perempuanku"

"Tunggu dulu, aku 'kan belum menyetujuinya" tukas Naruto

"Apa maksudmu Naruto?" tanya Kurenai

"Ini terlalu mendadak untukku, sensei. Aku butuh waktu untuk memikirkannya"

"Ini peluang yang bagus untukmu, Naruto. Dengan mengambil pekerjaan ini kau tak perlu bekerja part time" ujar Kurenai

Dosennya itu benar, jika dia menerima tawaran ini dia tidak perlu bekerja part time. Lagipula, sepertinya orang itu akan membayarnya cukup mahal.

"Jika kau mau, aku akan membayar gajimu dua kali lipat" ujar pemuda itu

"D-dua kali lipat?"

"Ya, jadi bagaimana? Kau mau menerima tawaranku ini?"

Naruto tampak ragu, tapi gaji yang ditawarkan oleh pemuda itu benar-benar menggiurkan. Bagaimanapun juga gaji yang didapatkannya dari pekerjaan part time-nya itu tidak sebesar yang diberikan pemuda itu dan dia juga membutuhkan uang untuk kebutuhan hidupnya beberapa bulan ke depan. Dan Naruto memutuskan….

"Baiklah, aku menerima pekerjaan ini" ujarnya

Naruto sedang berada di dalam mobil bersama pemuda itu. Keheningan melanda mereka berdua, Naruto hanya diam sambil menatap keluar jendela sedangkan pemuda itu tetap fokus mengemudi hingga akhirnya pemuda itu berkata.

"Maaf karena aku sempat meremehkanmu tadi"

"Tidak apa-apa, aku sudah biasa menerimanya" ujar Naruto sambil tersenyum miris

"Maksudmu dengan 'sudah biasa' itu apa?"

"Aku sudah biasa diremehkan oleh orang banyak, bahkan oleh orang sepertimu"

"Sepertiku?"

"Orang kaya sepertimu"

Pemuda itu tertawa geli. "Aku tidak kaya, yang kaya itu ayahku" ujar pemuda itu.

"Terserah"

"Siapa namamu Nona?"

"Naruto"

"Kyuubi, Namikaze Kyuubi. Senang berkenalan denganmu Naruto"

"Hn" gumam Naruto

Kyuubi melirik gadis disebelahnya itu, entah kenapa dia seperti pernah melihat gadis ini. Tapi, dia tak tahu dimana dan kapan dan wajah gadis itu juga mirip sekali dengan ayahnya.

'Mungkin hanya kebetulan saja' pikir Kyuubi

To be Countinue

Pojok Suara :

Dengan lancangnya saya malah mempublish fic baru tanpa melanjutkan fic multi-chap saya yang lain. Pokoknya saya minta pendapat para pembaca aja dah, nih fic mau dilajutkan atau kagak. Semua tergantung pada pembaca aje.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Sentimental Aqumarine pamit

See you and bye bye bye

Mind to review?