Hi semuanya,

aku newbie jadi baik-baik ya sama aku.

Oh ya, di fanfic ini Hinata yang bakal masuk team 7 bukan Sakura. kenapa? karna aku suka Hinata. Trus di fanfic ini Naruto, Hinata sama Sasuke nya bakal sedikit overpower. Narutonya bakal ahli dalam fuinjutsu jurus khasnya klan Uzumaki sama jurusnya Minato.

Gendre nya bakal lebih ke Friendship sih. dan sedikit Romance mungkin. tapi karna ceritanya disini mereka nya masih genin yang pada unyu-unyu. jadi bakal sedikit banget romance nya.

TEAM 7

CHAPTER TWO : CHILDHOOD

"Sekarang, Bisakah ada yang memberitahuku nama koloni dari Negara Bumi yang bertanggung jawab atas kerusakan paling parang, yang pernah terjadi di perbatasan antara Negara Rumput dan Negara Api. Selama perang Dunia Shinobi Ketiga ?"

Mata Iruka memindai seluruh kelas dan menemukan tangan Sakura Haruno terangkat di udara.

"Ya, Sakura?"

"Koloni Crimson" Jawabnya.

"Benar, Sekarang. dapatkan seseorang memberitahuku kenapa kelompok tersebut diberi nama Koloni Crimson?"

dalam watu yang bersamaan Sakura dan Shino mengangkat tangannya. kali ini Iruka membiarkan Shino untuk menjawab pertanyannya. "Nama itu diberikan karena kendali mereka atas Solenopsis Mandibularis, atau semut api, melalui jurus pemanggilan."

"Sangat bagus Shino. Ya, Koloni Crimson adalah kelompok yang paling ditakuti dari kemiliteran Iwa karna kemampuan jurus pemanggilan mereka yang sangat berguna. Mereka dapat memanggil semut yang hanya sekecil ini menjadi sebesar anjing atau bahkan Kuda." kebanyakan siswa lalu memekik geli membayangkannya.

Sementara Iruka menjelaskan tentang taktik Negara Tanah selama perang dunia Shinobi. Sasuke Uchiha yang baru dua belas tahun hanya menatap keluar jendela, menatap malas pada burung yang sedang berputar-putar diluar sana.

Dia sangat bosan hari ini dan beruntungnya tahun ini adalah tahun terakhirnya di akademi. Dia sudah membaca semua materi pelajaran dan membuat banyak garis besar mengenai kelas sejarah. Sejujurnya, Dia menemukan kelas ini sangat membosankan. Dia tidak suka berada di dalam sini. Dia ingin keluar dan belajar langsung tentang bertahan hidup di dunia Shinobi.

Selama ini Sasuke mempelajari sendiri tentang Ninjutsu dan Taijutsu dari gulungan yang ditemukannya di distrik Uchiha, tapi tetap saja dia membutuhan bantuan seseorang untuk mencobanya satu lawan satu. dia pernah mencoba suatu jutsu api tingkat tinggi di gulungan lain tanpa bantuan siapapun dan berakhir dengan ledakan besar yang hampir membakar wajahnya, meninggalan luka bakar dan masalah kelelahan karna pengendalian Chakra yang buruk. Sasuke beruntung karna ada seorang Jounin yang mendengar ledakan tersebut dan segera membawanya ke rumah sakit. Sasuke ingat saat itu dia dimarahi habis-habisan oleh Sandaime dan dokter di rumah sakit. kejadian itu adalah pelajaran berharga untuk tidak mencoba sesuatu tanpa pengawasan seorang ahli.

Tetap saja, dia harus menjadi lebih kuat. Dia harus menguasai dasarnya sebelum berlanjut ke tahap selanjutnya. Dia hanya bisa berharap bahwa nanti sensei nya cukup kuat untuk membantunya mencapai tujuannya.

Ngomong-ngomong, dia mengalihkan perhatiannya kembali ke kelas. kira-kira yang mana dari mereka yang akan terjebak dengannya menjadi rekan satu teamnya.

Dari semua teman sekelasnya, dia mungkin paling menghormati Aburame Shino. Mereka bukan teman, tetapi ia terkesan oleh kecerdasan dan keterampilan anak itu. dan tentu saja karna dia tidak banyak bicara sama seperti nya.

Jika bisa memilih, Sasuke tidak ingin ada satu pun Kunoichi di dalam team nya, itu karna mereka sangat merepotkan. mereka selalu saja meneriaki dan memolototinya kemana pun dia pergi, dan Itu menyebalkan.

Well, meskipun tidak semua dari mereka seperti itu. kemudian Sasuke mengalihkan pandangannya ke sudut kelas dimana seorang gadis bermata putih sedang memperhatikan setiap perkataan Iruka Sensei.

Tidak, gadis Hyuga itu tidak termasuk didalamnya, mungkin Sasuke bisa mentolerirnya. seperti yang diharapan dari seorang Hyuga, kemampuan taijutsu gadis itu tidak dapat ditandingi oleh gadis-gadis lain di kelas. satu-satu nya hal yang membuat Sasuke tidak berpikir dia seorang Kunoichi kelas atas adalah nilai akademi nya. tentu dia termasuk siswa yang cerdas tapi dalam hal itu jelas Sakura lebih unggul. Selain itu, nilai untuk taijutsunya hanya disadarkan pada gaya akademi dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.

Satu-satunya hal yang mengganggu Sasuke tentang dia adalah sifat pemalunya. Sasuke tidak tahu perlakuan apa yang telah diterimanya di rumah nya sehingga dia menjadi orang yang seakan menarik diri dari dunia luar. well, dia bukan satu-satunya orang yang menarik diri. Satu-satunya hal yang Sasuke tahu dapat membuatnya bisa keluar dari tempat persembunyiannya adalah pada saat kapan pun ...

"NARUTO!, perhatikan baik-baik," Iruka berteriak lalu melemparankan kapur yang ada digenggamannya. tepat ke kening Naruto.

"Oww, Iruka-Sensei," Dia merengek, "Aku tidak melakukan apapun,"

"Itulah masalahnya," Iruka kemudian beranjak menghampirinya dan mengambil kertas yang ada di meja Naruto " Apa ini ?"

Di selembar kertas itu Iruka bisa melihat corat-coret yang sama dengan kertas yang tertempel pada sebuah kunai di tangan Naruto. Apa ini? apa ini gambar semut-semut api yang baru saja mereka bahas.

Sasuke hanya bisa memutar bola matanya melihat kejadian tersebut, lalu pandangnnya beralih lagi kepada gadis Hyuga. di sudut ruangan Sasuke bisa melihat gadis itu terkikik geli melihat Naruto dimarahi oleh Iruka Sensei.

Ya Naruto , dia adalah anak yang bisa membuat si Hyuga bersemangat. Aneh rasanya meihat satu-satunya gadis yang tidak tertarik kepadanya dan malah tertarik pada pecundang di kelas.

Well, Sasuke tidak bisa memanggilnya lagi seperti itu, meskipun dia tidak akan pernah berhenti memanggilnya pecundang hanya untuk membuat bocah pirang itu kesal. Sasuke harus mengakui Naruto tidak akan lama lagi menyandang gelar tersebut. Lagipula julukan itu terjadi karna nilai buruk dan perlakuan buruk yang dilakukan para guru-guru di akademi pada Naruto. Sasuke tidak buta, dia tahu selama bertahun-tahun para guru dan warga desa menjauhi dan menguncilkan bocah itu.

Mereka orang-orang bodoh.

Sasuke tahu Naruto tidak sebodoh yang orang lain pikirkan. Pada awalnya Sasuke tidak bisa mempercayai matanya, tapi itu terjadi hampir setiap hari, ketika makan siang Naruto selalu membaca sebuah buku. tidak ada anak lain yang membiarkan Naruto untuk duduk bersama mereka, maka Naruto akan pergi ke halaman belakang lalu duduk di bawah sebuah pohon.

Suatu hari, Sasuke pernah mengunjungi perpustakaan Shinobi, ketika dia menemukan buku yang sama yang selalu dibawa oleh si dobe. Cover yang berwarna hijau dan design spiral jadi pasti tidak salah. Rasa penasaran memenuhi sasuke jadi dia segera mengambil buku tersebut dan membukanya. Terus terang, Sasuke tidak mengerti kata-katanya. Dia terkejut ketika menemukan kata "Dead Last" yang Sasuke pelajari adalah seni yang dianggap banyak orang sebagai seni paling kompleks dari Seni Shinobi.

Dia ingin menyingkirkan semua pemikiran itu dan mecoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia lebih pintar dari si dobe itu. Tetapi, Suatu hari Sasuke melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika si pirang menuliskan sebuah segel pada tas belanjaan seorang wanita tua untuk membantu meringankan bebannya. Tidak, Naruto mungkin bukan orang yang cerdas. Tapi dalam hal penyegelan, jelas dia memiliki keistimewaan tersediri.

Setelah perasaan terkejut dan sedikit cemburu, Sasuke buru-buru menggelengkan kepalanya. Biarkan di bodoh itu dengan jutsu segelnya. lagipula Sasuke tidak pernah tertarik untuk menempati tempat pertama.

Apa yang benar-benar mengganggu Sasuke tetang si pirang itu?, apakah karna kemampuannya dalam jutsu penyegelan atau kecenderungannya untuk menghindar. Tidak, yang benar-benar mengganggunya adalah karna betapa si pirang itu mengingatkannya pada teman kakanya, Shisui.

Bukan karna mereka berdua memiliki kepribadian yang sering tersenyum dan bercanda pada keadaan apapun. yang benar-benar mengejutkannya adalah seberapa cepat si pirang itu.

Ya, Kiba memang cepat. itu karna dipengaruhi oleh gaya bertarungnya yang liar. tapi kecepatan Naruto membuat Sasuke sedikit malu. Dia tidak tahu kapan tepatnya, tetapi sekarang dia mulai merasa sulit ketika berlatih tanding dengan si pirang.

Bukan karna gaya bertarungnya, gaya bertarung Naruto bisa dibilang sangat menyedihkan. Naruto bertarung habis-habisan. dia kadang menggunakan beberapa gerakan dan teknik yang bahkan dia tidak sadari, tapi itu seperti dia sedang mempelajari sebuah gaya bertarung yang baru dan mencoba untuk mengasahnya. itu terlihat jelas ketika dia mencoba untuk menggabungkan taijutsu yang ajarkan di akademi dengan apapun yang sedang dia pelajari. tapi hasilnya jelas menajdi kacau.

kecepatan naruto menebus ketidakampuannya dalam hal teknik. Dia bahkan lebih cepat daripada Sasuke, meskipun Sasuke enggan mengakuinya. Selain itu, Naruto tidak tahu kapan harus berhenti. Setiap kali dia terkena serangan, dia bangkit kembali seperti tidak terjadi apa-apa. Satu-satunya yang nyaris bisa membuat Naruto mengalahkannya adalah karna stamina si pirang itu.

Apa yang membuat Sasuke tetap diatas Naruto adalah Ketepatan dan tekniknya yang telah dia kuasai dengan sempurna. Naruto terlalu banyak memberikan celah pada gerakannya, membuatnya dengan mudah bisa menemukan kelemahan naruto.

Sasuke ingat sesi tertentu, ketika Naruto akhirnya bisa melewati pertahananya dan memberikan pukulan ke rahangnya. Si pirang begitu kaget ketika Sasuke dengan mudah bisa bangkit dan membalas pukulah Naruto dengan dua pukulan di perut dan tendangan ke kepala Naruto.

Bocah itu terjatuh terlentang di tanah dan mencoba untuk bangkit. ketika dia sedang terhuyung-huyung d tanah. Tanpa sadar Sasuke menggosok rahangnya. Sial, pukulan Naruto tadi benar-benar menyakitkan.

Sebeleum si pirang bisa bangkit dan membalasnya, iruka telah terlebih dahulu mengatakan Sasuke sebagai pemenangnya. Naruto menggerutu tetapi tetap mengulurkan tangannya ketika Iruka memintanya melakukan segel perdamaian. Sasuke kemudian melakukan gerakan yang sama sambil menyeringai ke arah Naruto.

itu bukanlah seriangan arogannya yang biasa, melainkan seringaian pengakuan kepada Naruto. Karna untuk kali pertama Naruto bisa memukulnya dengan telak, dan dia melakukannya tanpa menggunakan trik apapun. Dia melakukannya murni karna kemampuan Taijutsu nya. Si pirang kemudian terkejut melihat pesan tersembunyi dari seringaian Sasuke dan membalasnya dengan sebauh senyuman terima kasih.

Sasuke tidak pernah tahu bagaimana si pirang bisa begitu cepat, Harga dirinya mencegahnya untuk bertanya lebih lanjut. Lebih baik dia menjatuhkan dirinya sendiri ke para fans girl nya dari pada harus meminta bantuan dari si pirang.

Pikiran itu membuatnya menggigil. Sasuke mengira dia bisa melakukan hal yang lebih buruk daripada harus satu team dengan si pirang. Setidaknya si pirang tertarik pada sesuatu yang tidak biasa di dunia Shinobi. dan itu lebih baik daripada di pasangkan dengan Haruno atau Yamanaka. Sasuke kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke luar jendela, sambil memikirkan tentang latihannya yang akan dia mulai begitu kelas berakhir.

...

2 tahun yang lalu

Klan Hyuga memiliki sebuah perpustakaan, bangunan itu terdapat di sudut barat belakang pemukiman klan Hyuga. Perpustakaan itu memiliki tiga lantai, dimana salah satu lantainya terdapat di bawah tanah. Lantai pertama adalah area membaca yang siapa saja dari klan Hyuga bisa menggunakannya. Lantai kedua berisi buku-buku yang memuat banyak informasi mengenai dunia Shinobi dan Ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan lantai ketiga hanya diperuntukan untuk keluarga utama saja.

Disudut ruangan area membaca duduklah seorang gadis berumur sepuluh tahun dengan mata lavender besar. Tubuhnya yang mungil tertutupi banyak bantal. Dia sedang membaca kisah klannya yang memenangkan pertarungan dengan klan lain sebelum konoha terbentuk.

Hinata senang membaca, dulu ketika ibunya masih hidup. Dia sering membacakan sebuah buku untuk Hinata hingga dia tertidur. Karna itu Hinata menjadi mencintai buku. Meskipun buku-buku yang terdapat di perpustakaan klan Hyuga lebih banyak mengenai Teknik andalan klan Hyuga Jyuuken dan sejarah Klan Hyuga.

Hari ini perpustakan itu hampir kosong, Hinata lalu menuju lantai dua untuk mengembalikan buku yang tadi dia baca dan ingin mengambil buku lainnya. Ketika dia mulai menuju tangga, dia merasakan hawa dingin mengalir di punggungnya. Dia kemudian berbalik dan menyisir seluruh ruangan dengan matanya. Dia bergidik ngeri karna tidak ada siapapun disana. Dan Hinata bersumpah mendengar sebuah bisikan yang mulai mendekatinya.

Dengan tangan bergetar, Hinata kemudian membuat sebuah segel dan mengaktifkan Byakugan-nya. Dunia mulai berwarna hitam putih setelahnya. Cukup yakin bahwa tidak ada siapapun di bangunan ini kecuali seorang penjaga perpustakan yang sedang duduk di mejanya.

Pikirannya terus saja menyuruhnya untuk segera berbalik dan menaiki tangga itu kembali, tapi tubuhnya mengkhianatinya. Dia seakan merasakan sebuah dorongan yang kuat untuk terus turun kebawah, dia terus berjalan kebawah hingga dia menemukan dirinya berdiri didepan pintu masuk sebuah ruangan di lantai tiga, yang dimana hanya diperuntukan untuk kepala Klan dan tetua yang hanya mereka yang bisa memasukinya.

Dia bisa merasakan seluruh badannya bergetar dan sangat ingin melarikan diri dari tempat itu. Tapi dia tetap disana, berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri. Ketika Hinata tepat melewati gerbangnya, tangannya melewati segel yang ditunjukan untuk mendeteksi dan mengaktifkan Segel kutukan'Cage-Bird' dan tanpa sadar tangannya menyentuh dahinya.

Lalu Hinata mengambil lilin yg ada di dinding dan meniupkan jurus api tingkat rendah yang dia pelajari di akademi. Kemudian Hinata membuka pintunya, sejujurnya ini pertama kalinya Hinata memberanikan diri untuk masuk ke ruangan tersebut atau turun ke lantai tiga. Dan dia terkejut ketika melihat betapa kecilnya ruangan tersebut jika dibandingkan dengan lantai satu dan dua. Ruangan ini memiliki aroma yang mengingatkannya pada tetua Hyuga.

Ada beberapa rak dan sedikit gulungan di ruangan itu. Kebanyakan dari gulungan itu berdebu dan terdapat sarang laba-laba dimana-mana. Ketika Hinata melewati jajaran rak tersebut dia menemukan sebuah gulungan yang bersih dan tidak ada sarang laba-labanya. Melihat gulungan dalam kondisi bersih seperti itu membuat Hinata terkejut. Ada sedikit orang yang bisa memasuki ruangan ini jadi tidak ada yang sukarela membersihkan ruangan ini bukan.

Hinata langsung membuat segel harimau ketika dia merasakan dingin yang sama. Dia segera memutar kepalanya dan melihat sekilas cahaya yang kecil menghilang di balik pintu kayu. Dengan perlahan-lahan Hinata menuju kearah pintu itu dan dengan tangan yang bergetar dia meraih pegangannya.

'Hinata...'

Melupakan untuk membuka pintunya, Hinata segera mengaktifkan Byakugan-nya dan pandangannya langsung melesat kesebrang pintu.

Tidak ada, tetap tidak ada apapun.

Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya dan seluruh instinct di tubuhnya menyuruhnya untuk lari. Hinata menarik nafas dalam-dalam dan secara perlahan menonaktifkan Byakugan-nya. Dia membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. didalam ruangan itu Hinata melihat lorong kecil lagi. Hinata menelusuri lorong itu dan memasuki ruangan lain yang berbentuk bundar. Ruangan itu gelang gulita, dingin dan lembab.

Hinata terkejut menemukan batu putih besar dengan ukiran aneh di tengah ruangan itu, batu itu lebih tinggi 2 kaki diatas kepala Hinata, lalu dia menelusuri ruangan itu dengan berpegang pada dinding-dindingnya. Hinata menemukan batu itu hampir mengisi seluruh ruangan tersebut. Kemudian matanya menangkap sekilas sebuah garis yang memudar di dinding.

Ketika dia melirik ke bawah, dia melihat sebuah tempat dimana banyak pasir berserakan. Sepertinya seseorang atau banyak orang telah berdiri di tempat yang sama. Dia ragu-ragu menuju tempat yang tersebut. Karna sebuah dorongan yang kuat yang tidak diketahui entah darimana, Hinata kemudian mengaktifkan Byakugan-nya lagi.

Dan dalam sekejap, seluruh ruangan terlihat dan membuatbya kewalahan. Batu aneh itupun tampaknya menyala dan ukiran aneh yang sebelumnya tidak terbaca seakan menghujaninya banyak informasi. Yang sebagian besar tidak Hinata mengerti. Langit-langit diatas batu itu menggambarkan mural kuno dan lukisan orang-orang yang menyerupai klan Hyuga sedang berdoa dan membuat lingkaran putih besar di langit.

Pikiran Hinata berputar-putar dengan frase dan gambar, yang sebagian besar tidak dia pahami. Tapi dia mampu menangkap satu dua frase seperti "kehendak orang-orang langit" dan "tugas mereka untuk menjaga"

Hinata bingung dan tertarik pada waktu yang bersamaan. Ini tidak seperti apapun yang pernah dia lihat.

Ini sangat cantik

Ini mengagumkan

Dan...

Ini mengerikan

Dia membeku ketika menyadari dia bukan satu-satunya yang berada dalam ruangan ini, dia perlahan bebalik untuk melihat sosok putih buram yang berdiri di pintu masuk lorong. Napasnya tersangkut ditenggorokannya dan dia mulai melangkah mundur menjauh dari sosok tersebut. Hinata dapat merasakan sosok itu semakin mendekat dari setiap langkah yang dia ambil. Dan punggungnya menabrak dinding dibelakangnya. Hinata benar-benar ketakutan sekarang, dia memejamkan matanya rapat-rapat dan tanpa dia sadari air matanya sudah mengalir deras.

"Tolong! Kumohon! Kumohon tinggalkan aku sendiri!"

"Hinata"

Kedua mata Hinata terbuka dia melihat ayahnya segera berlari menujunya dan menerjang sosok tersebut, sosok itupun menghilang.

Hiashi kemudian berjongkok didepannya dan Hinata segera melemparkan dirinya sendiri ke pelukan ayahnya. Hiashi meringis merasakan betapa kuatnya putrinya mencengkram lehernya, Hiashi kemudian meletakan tanganya di punggung anaknya berusaha untuk menenangkannya. Hinata bergetar dengan hebat sambil menggumamkan sesuatu tentang hantu.

Sebelumnya Hiashi merasa terkejut ketika dia mengetahui tidak ada satupun di kediaman Hyuga yang mengetahui keberadaan putrinya. Biasanya jika putrinya tidak ada di tempat latihan maka dia ada di perpustakaan, tapi ketika Hiashi pergi ke perpustakaan ia tidak menemukannya. Selagi orang-orang membantunya mencari putrinya, Hiashi mengaktifkan byakugan-nya dan merasakan chakra di ruang rahasia keluarga.

Saat ini, jauh dari pandangan para tetua Hyuga Hiashi memperlihatkan emosinya yang jarang dia perlihatkan, dia memeluk putrinya berusaha untuk menenangkannya lalu tersenyum lemah mendengarnya menangis, Hiashi lalu membawanya dalam gendongannya, sudah bertahun-tahun semenjak dia mengendong putrinya seperti itu, lalu membawa nya keluar dari ruangan itu.

Saat ayahnya menggendongnya, Hinata memeras lengan ayahnya dan menenggelamkan wajahnya di bahu ayahnya. Hingga keesokan paginya Hinata baru menyadari dia menggenggam sebuah gulungan kecil yang berisi...

'Ini baru permulaan.'

'Persiapkan dirimu.'

'langkah pertamamu harus kau yang menentukannya sendiri'

Dan butuh bermingu-mingu untuk Hinata berani kembali ke perpustakaan dan butuh bertahun-tahun baginya untuk bersedia kembali ke lantai tiga sendirian.

...

A/N : Review ya...