The Picnic
Desclaimer : Made in Riichiro Inagaki & Yusuke Murata
By : Yukari Hyuu-Kei
Genre : Mistery, Friendship ... dan ada romance juga ^.^
Friendship : Mizumachi, Kakei, Maki, Kobanzame, Ohira, Onishi, Otohime, dan Urashima.
Warning : mohon yg tidak suka jangan baca. Yg suka, baca sampai selesai, plus review! Anonimous jga boleh!
Ah, ini pasti OOC ...
.
Oh, iya ... di fic ini, saiia ingin coba jawab pertanyaan dari beberapa orang.
? : kenapa kamu manggil Shibuya Maki "Maki"? Padahal di Eyeshield, biasanya dipanggil nama keluarganya, kan?
Yuka : Ei? Siapa dirimu?
? : jawab!
Yuka : etto~ Ini gara-gara tmn deket Yuka pernah protes waktu Yuka ceritain ttg Maki ... dia bilang, Jangan panggil Shibuya, donk ... kayak nama kota di Jepang, tauk! Yah, memang, sih ... Shibuya itu nama sebuah kota ...
Orang2 : perasaan siapa yang tanya?
Yuka : Itu! Si tanda tanya ... eh, ke mana dia? *celingak-celinguk*
.
.
.
Chappie 1
.
"Ayo cepat, Mizumachi bodoh!" seru Maki kesal. Hari ini, para siswa Kyoshin akan mengadakan piknik ke gunung. Sekarang, mereka sudah berada di perkemahan di kaki gunung. Sebentar lagi mereka akan berangkat mendaki. Namun, pada akhirnya mereka juga pasti ketinggalan rombongan gara-gara Mizumachi yang tiba-tiba sakit perut dan nggak mau ditinggal. Aneh juga karena yang menungguinya tidak cuma Maki, tapi juga Kakei, Kobanzame, Ohira, Onishi, Otohime, dan juga Urashima.
"Rombongan kita sudah mau berangkat!" tambah Otohime mengingatkan.
"Aaa ... tunggu! Aku belum selesai!" teriak Mizumachi dari dalam toilet.
"Apa yang kau keluarkan dari perutmu itu, sih? Cepatlah!" kata Maki.
Mizumachi tidak juga keluar.
"Kalau tidak keluar sekarang, akan kubuat Urashima-senpai memberikan sambutan hangat kepadamu!" ancam Maki lagi. Yap, Maki. Kali ini kau mendapat nilai seratus triliyun sempurna! Mizumachi keluar dengan masih menggunakan kolor berwarna kuning nge-jreng bergambar bunga sepatu pink [author aja nggak mau pake begituan!].
"Kita sudah terlambat ... yang lain sudah berangkat sebelum Otohime mengatakannya," ujar Kakei tenang—yang ditanggapi luar biasa oleh yang lainnya.
...
...
...
"KENAPA NGGAK BILANG DARI TADIII?"
xXxXx
Bagaimana pun juga ... mereka tidak mungkin diam di perkemahan saja—atau jarak dari rombongan akan semakin jauh. Karena itu, mereka memutuskan, lebih baik menyusul mereka secepatnya.
Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan seorang kakek sepuh (namanya kakek ya udah sepuh, author gaje! *buakh*).
"Kalian harus ingat hal ini," ujar kakek itu. "Selama mendaki, kalian tidak boleh buang sampah sembarangan, berkata kasar, berpikiran kosong, dan ..."
"Ngha~, tenang saja, Kek! Kami tidak akan apa-apa!" seru Mizumachi yang langsung dijitak oleh Maki—seakan Maki mengatakan kau-harus-bersikap-sopan-sama-orang-tua-tahu!
"Ah, terimakasih banyak, Kek!" sahut Otohime. Kakek itu hanya mengangguk dan melanjutkan perjalanannya—yang arahnya berbalikan dari arah jalan Kakei dkk..
Mereka pun juga melanjutkan perjalanan mereka.
"Um ..." Maki menoleh ke belakang. "Ngomong-ngomong, kakek yang tadi ... kenapa sudah tidak ada, ya?" gumam Maki.
"Mungkin dia berbelok ke jalan sempit ... atau bisa juga dia masuk ke hutan." Kakei memberikan penjelasan yang logis *halah*.
"Ah ... i, iya," Maki mengangguk kecil. Tapi ia tetap mengalihkan pandangan ke belakang. "Apa benar seperti yang dikatakan Kakei? Kalau tidak, berarti, kan ... ah, tidak mungkin."
Hari sudah mulai gelap. Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk berkemah di sana.
Tengah malam. Maki ke luar dari tenda. Malam ini ia merasa tidak bisa tidur. Tidak mengantuk. Ia melah terus memikirkan kakek tadi ... walau pun Kakei sudah menyuruhnya untuk berhenti memikirkan hal itu.
Di luar, Maki melihat pemandangan yang luar biasa. Bintang-bintang terlihat jelas dari tempatnya berada. Terlihat sangat banyak. Salah satu dari mereka juga membentuk pola-pola tertentu.
"Lebih baik malam ini aku bangun saja," gumamnya sambil melihat ke atas.
"Tidak tidur?" tanya seseorang datar. Maki menoleh ke arahnya.
"Kakei ... juga?" tanya Maki pelan.
Kakei mengangguk ringan. "Tapi aku tidak sepertimu yang tidak bisa tidur gara-gara kakek tadi,"
Kalimat terakhir Kakei berhasil membuat Maki blushing berat. "Kenapa Kakei bisa tahu aku tidak bisa tidur karena itu?"
"Tapi, bintang malam ini terlihat indah, ya?" tambah Kakei sambil tersenyum tipis. Ah, bukannya membalas senyuman Kakei, Maki malah bertambah blushing. Hum, mungkin karena ini pertamakalinya ia melihat Kakei tersenyum—walau hanya senyum tipis.
"Ngh ... iya,"
Angin bertiup.
"Kau tidak kedinginan?" tanya Kakei. Maki menggeleng pelan—berusaha berbohong. Tapi tidak berhasil kali ini. Kakei sudah tahu.
Tiba-tiba Maki merasa hangat.
Kakei memakaikan jaketnya di bahu Maki.
"Kakei ...?" Maki menoleh ke arahnya. Kakei datang terlalu mendadak. Padahal tadi ia masih berjarak sekitar dua meter darinya [jangan-jangan Kakei nyolong kecepatannya Phanter, yah? *author digebuk gara-gara ngacauin cerita*]. Dan kemendadakan ini sukes membuat Maki bertambah blushing.
"Dengar, Shibuya ... kau tidak pandai berbohong," ujar Kakei pelan.
"Walau pun dingin ... aku malah merasa lebih nyaman di sini," jawab Maki. "Karena ..."
"Karena?" Kakei mengulang kalimat Maki yang kurang dimengertinya.
"Karena ada seseorang yang memberiku kehangatan ... walau tanpa jaket ini,"
Kakei terdiam. Tapi ia tidak bisa diam terlalu lama. Seseorang memeluknya.
"Shibuya ... tolong hentikan ...!" Kakei berusaha mengelak. Tapi ia tidak bisa berkutik lagi untuk tindakan kedua Maki.
Maki mencium Kakei tepat di bibirnya.
Beberapa saat, Kakei melepaskan ciuman girl friend-nya itu.
"Tindakanmu itu mendadak sekali ..." kata Kakei pelan.
Maki hanya bisa blushing. "Aku ... juga nggak sadar melakukan itu. Maaf, ya,"
"Kenapa minta maaf?" tanpa pikir panjang, Kakei kembali memeluk Maki. "Lain kali kalau mau melakukannya ... katakan dulu kepadaku,"
Maki balas merangkul leher ace Poseidon itu.
01.00 PM
"Uaaah~ aku mau ke kamar mandi lagi ...!" Mizumachi berteriak sambil ke luar tenda. Membuat semua yang di tenda kejang-kejang.
Setelah selesai melakukan 'setoran kamar mandi'-nya, Mizumachi mencuci mukanya –ngapain dicuci? Orang mau tidur lagi! *Yuka ngancurin cerita mulu!* *gantian Yuka diancurin readers*– dengan gayung yang ada di atas bak mandi itu. Setelah selesai, Mizumachi lupa mengembalikannya ke tempat semula. Ia malah menaruh gayung itu di lantai kamar mandi.
Paginya ... Mizumachi kembali lagi ke kamar mandi. Ingin cuci muka [lagi].
"Ngha? Kenapa gayungnya sudah berda di atas?" gumam Mizumachi keheranan. Padahal, setelah dirinya tadi malam, tidak ada lagi yang ke kamar mandi. Entah merasa merinding atau apa, akhirnya ia cepat-cepat meinggalkan tempat itu.
Di tempat kemah ...
"Ng? Eh ..." Otohime mengobrak-abrik tas camping-nya.
"Ada apa Otohime?" tanya Urashima.
"Kenapa perbekalan kita tiba-tiba menghilang, ya? Padahal aku yakin semalam masih di sini!" Otohime membalik tasnya, berharap ada benda lain [?] yang keluar dari tas hitamnya itu.
"Benarkah? Apa semalam ada yang memakannya?" tanya Maki bingung.
"Aku yakin tidak! Karena tas ini ada di tenda kita. Biasanya, kan yang suka mencuri makanan ... diantara Kobanzame-senpai, Ohira, dan Onishi ..." jawab Otohime cepat.
"Jangan lupa Mizumachi! Dia yang selalu jadi biang keroknya!" tambah Maki tak kalah cepat.
"Ah, um ... tapi kenapa daging dan sayurannya juga hilang? Yang masih ada cuma mie instannya ..." Otohime mengalihkan pembicaraan.
"Eeh?" Maki semakin merinding. Diantara mereka, memang Maki-lah yang paling penakut. Jadi wajar kalau ia sering ketakutan begini.
Di tenda laki-laki.
"Uaa? Kenapa lagu-laguku menjadi begini?" teriak Onishi yang sedang mendengarkan lagi di MP3-nya.
"Begini?" tanya Kobanzame sambil membersekan barang-barangnya.
"Padahal lagu-laguku semuanya bahasa Jepang! Kenapa di sini malah jadi lagu bahasa Inggris?" keluh Onishi.
"Jangan bercanda! Itu tidak lucu!" Ohira memutusnya.
"Aku tidak bercanda! Dengarkan saja sendiri!" seru Onishi seraya memberikan earphone sebelah kanan kepada Ohira.
Ohira mendengarkan earphone itu bersama Onishi. Memang benar. Lagu-lagu di MP3-nya masih seperti lagu Jepang, tapi sudah diartikan ke bahasa Inggris.
JPRET!
Mereka berdua menoleh ke asal suara.
"Yak, foto panas! Onishi dan Ohira sedang mendengarkan MP3 bersama!" seru Kobanzame.
"GYAAAAAA!"
Suara itu terdengar sampai Indonesia. Ou, tidak! Sampai di Mars! Ngha~ bukan! Sampai di Bimasakti, ah, tidak! Sampai— *author digebuk readers*
"Nghaa~ Ngomong-ngomong semalam ada yang ke kamar mandi?" tanya Mizumachi tiba-tiba. Ohira dan Onishi yang sedang menggebuk kakak kelas tercintanya *halah* menghentikan aktifitasnya sejenak.
"Memangnya kenapa?" tanya Kakei.
"Sepertinya ada yang datang ke sini!"
"I, itu tidak mungkin, kan? Soalnya dari kemarin bahkan kita tidak melihat ada warga kampung di sini ..." jawab Kobanzame.
"Tapi ... kalau memang tidak ada yang datang bagaimana bisa?" tanya Mizumachi lagi.
Tbc
Yuka : hohohohohoh! Tau, nggak? ...
Readers : nggak!
Yuka : hyoo! Yuka belum ngomong!
Readers : nggak penting!
Yuka : aah ... yasudah
.
Yang ingin dikatakan oleh Yuka : ini pengalaman kemahku, loh!
.
.
.
OMAKE
Yang membuat Mizumachi mendadak sakit perut adalah ...
"Mamaaaah! Mizu berangkaaat!" seru Mizumachi sambil menutup pintu. Ibu Mizumachi yang sedang membereskan meja makan mengangguk—walau pasti Mizumachi tidak melihatnya. *buset, ni anak manja banget! Manggil ibunya Mamah! Ngomong 'aku' aja pake Mizu segala!*
"Eh?" ibu Mizumachi melihat sesuatu yang janggal pada kotak susu di atas meja. Apa yang memuat penasaran? Kita lihat saja.
Tanggal Kadaluarsa
"Ini susu kadaluarsanya 3 tahun yang lalu, yah ...?" gumam ibu Mizumachi, tanpa memikirkan nasib yang meminumnya—Mizumachi!
Karena itulah dia sakit perut.
.
.
Yang lebih penting ...
v
v
v
