Desclaimer : Kurobas tetap miliknya Tadatoshi Fujimaki Sensei, tapi kekonyolan Ahomine sama Bakagami dan teman – teman yang lain adalah milik kita bersama wkwkwk.
Warning : Bahasanya kasar!, YAOI, OOC/Typo bisa jadi, konyol, nggak jelas, humor garing, dan banyak lagi :D.
.
AoKaga
"Malam Minggu AoKagazone : Flm Horor"
By : Zokashime
Enjoy
.
.
.
"Lo punya pacar?" Ia bertanya pada laki – laki yang sedang tiduran santai disampingnya.
"Enggak." Laki – laki itu menjawab dengan cepat.
Jawaban itu membuat suasana hening seketika.
Beberapa detik kemudian, salah satu dari mereka bangkit dan terduduk mengambil nafas ringan, setelahnya ia tertawa dengan sangat keras hingga menciptakan dengungan indah diruangan yang lumayan luas itu. Membuat laki – laki yang ditanyainya beberapa menit lalu kaget dan langsung menegakkan tubuhnya juga.
"Apanya yang lucu, huh!?" Tanyanya agak sedikit membentak.
"Ya elo siapa lagi. Lo banyak duit, perfect, keren, cool, ya walaupun tampang lo nggak ganteng – ganteng amat, harusnya banyak wanita diluar sana yang mau sama lo. Setidaknya satulah." Jelasnya dengan panjang lebar diikuti tertawa yang belum mereda.
"HAH!. Memangnya lo punya pacar." Ia menanyakan hal yang sama.
Tertawanya yang masih menggebu – gebu, mereda sedikit demi sedikit sampai akhirnya diam. Ia menghadapkan tubuhnya tepat didepan orang yang bertanya. "Gue?" Jawabnya sambil menunjuk diri sendiri.
"Bukan. Bapak lo!. Ya elo lah bodoh!." Semprotnya.
"Um." Gumamnya pelan.
"APA!"
"he..he…ya nggak punya juga sih," jawabnya cengengesan tidak tau diri, "tapi gu_"
.
.
.
Bukkk..
Belum sempat Aomine melanjutkan kata - katanya, satu pukulan bantal sukses mendarat di wajah.
"MAKAN TUH KETAWA LO, AHO!." Dengan greget Kagami memukul sekali lagi.
Aomine hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Memangnya ketawa bisa dimakan ya?" Tanyanya bodoh.
"Ya tidaklah idiot!" Kagami makin greget.
"Terus?, kenapa lo nyuruh gue makan ketawa. Lo lah yang idiot." Protesnya tidak terima.
"Ya maksud gue itu….," ia terdiam sejenak memikirkan bagaimana ia menjelaskannya kepada Aomine, "ya gitulah pokoknya, lo kalau masih nggak ngerti juga, lo beneran bodoh deh." Lanjutnya.
"HAH!, ngerti apa gue. Lo jelasin saja nggak, pikir dong!" Semprotnya.
Kagami hanya terdiam mendengarnya, dan tidak sampai satu menit ia membuka suaranya lagi.
"Sebenarnya kita lagi mempermasalahin apa sih?, belum punya pacar apa tertawa yang bisa dimakan?"
"Iya juga ya, gue nggak mikir sampai kesitu. lo pinter Baka." Sambil Mengangguk – anggukan kepalanya.
"Iya dong, gue gitu emang elo?" ucapnya dengan bangga.
"Hah, baru dibilang gitu doang lo sombong banget."
"Masalah buat lo, yang penting gue lebih pinter dari lo ya."
Pada akhirnya perdebatan antara Ahomine vs BaKagami berlangsung lagi, tidak tau siapa yang akan menang, hanya mereka berdua dan Tuhan yang tau akan hal itu.
.
.
.
Kagami Taiga, pemilik mutlak rambut merah dengan gradasi hitam dibawahnya. Mempunyai sahabat bernama Aomine Daiki, laki – laki yang mempunyai kulit berbeda dari yang lain, tetapi itulah yang membuatnya terlihat lebih sexi.
Ia pertama kali bertemu Aomine saat ia sedang berlatih basket sendiri dilapangan, dengan wajah yang sangat berseri – seri ia meng shoot bola yang berwarna orange itu kesebuah ring. Sayangnya bola itu sukses mengenai dinding ring bukannya masuk kedalam lubang yang berjaring, itu disebabkan karena lompatannya yang tidak optimal.
Tentu saja, karena pada saat itu kakinya sedang cidera hasil dari pertandingan sebelumnya. Bola tak berdosa itu jatuh dan menggelinding kebelakangnnya kemudian dipungut oleh seseorang yang dikenal dengan sebutan kulit kurang terang.
'Yo. Lo Kagami Taiga, 'kan?. Ayo main bakal gue uji lo.' Yah itu ucapan Aomine saat pertama kali betemu dengannya. Ia sempat berpikir 'siapa sih dia, datang – datang sudah ngajak main. Kata – katanya sombong. Mana kulitnya kurang terang, harusnya cewek sexi yang datang dengan membawakan minuman bukannya seorang laki – laki berotot.'
Mau tidak mau ia harus meladeni laki – laki itu. Kata demi kata yang keluar dari mulut Aomine sangat tinggi dan sombong tentu saja, sampai ia panas sendiri mendengarnya. Selanjutnya Aomine memperkenalkan namanya, ia sempat terkejut, 'AOMINE DAIKI' yah ia tau nama itu karena ia sering mendengar dari teman satu tim basket, Kuroko Tetsuya.
Ia sudah tau banyak tentangnya, orang yang sangat mencintai basket dan tak ada yang bisa mengalahkannya. Ia hanya tidak percaya saja sampai ditemui dan ditantang oleh monster yang sangat menakutkan itu.
"Baka sudah hentikan. Gue lapar." Ucapnya dengan nafas yang kembang kempis akibat pertarungan kata – kata dengan Kagami. Ia turun dari tempat tidur dan menuju dapur.
"Lo yang mulai." Decaknya sambil mengikuti Aomine.
Ternyata tidak hanya bekerja saja yang mengeluarkan energy. Berebut omong yang tidak jelaspun banyak mengeluarkan energy, buktinya mereka sampai kelaparan.
"Oi, Kagami. Masa lauknya banyakan elo sih." Protes sang blue.
"Sama aja Aho."
"Nggak sama!, coba lihat." Menyodorkan piringnya.
"Berisik lo!, tinggal makan juga."
"Tapi lauknya banyakan elo."
Protesan Aomine tidak dihiraukan oleh Kagami, ia sudah focus dengan makanan yang ada didepan matanya. Sampai Aomine pun bosan sendiri, dan mulai menyantap makanannya dengan kasar.
.
.
.
Slepp…
Dua tangan berotot itu secara bersamaan memegang gelas yang ada dihadapan mereka.
"Gue duluan!." Ucap Aomine, menarik gelasnya.
"Apa'an gue duluan." Tarik Kagami.
"Gue mau minum Baka!."
"Ya gue juga mau minum Aho!."
"Ya udah gue duluan, nanti baru lo."
"Nggak mau masa bekas lo!, itukan namanya ciuman secara nggak langsung."
Aomine bengong, tatapannya kosong tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Kagami. Walaupun bengong tangannya masih erat memegang gelas, sampai Kagami kewalahan merebutnya.
"Ao lepas enggak!. Gue duluan."
Suara Kagami menyadarkan bengongannya. "Nggak bisa pokoknya gue duluan. Lo 'kan punya banyak gelas. Ambil sih apa susahnya!."
Gelas itu masih direbutkan, ditarik kesana kemari oleh orang – orang idiot. Jika gelas itu hidup mungkin mereka sudah diguyur dengan air yang ada dimeja makan.
"Ini gelas siapa?, ini Apartemen siapa?, yang tamu siapa?, elo lah yang ngambil sendiri."
"Yakan gue tamu?"
"Ya terus gue harus peduli."
"Ya terus gue harus gimana?"
"Ya mana gue tau. Lepasin gelasnya?"
"Nggak akan. Gue keselek Baka cepetan gue butuh minum."
"Salah gue kalok lo keselek."
Lagi – lagi adu perkataan, benar – benar tidak tau apa isi otak mereka. Gelas itu memang sedang tidak beruntung malam ini, tarik –tarikan itu finish setelah akhirnya gelas terjatuh dan pecah. Sama – sama tidak peduli, mereka mengambil gelas baru yang ada dirak dan masalah selesai. (kenapa nggak dari tadi, kan gelasnya nggak bakal pecah dasar idiot hahahaha*)
.
.
.
Sesi makan sudah selesai mereka melanjutkan malam minggu yang kelabu itu didepan tivi. Kagami duduk dengan manis, matanya intens melihat layar tivi yang sedang menghadirkan acaranya, agar nyaman badannya ia senderkan kedinding. Sedangkan Aomine tiduran dipahanya.
"Lo ngapain sih Aho!, itukan ada bantal nganggur." Ucapnya, sambil menggeser – geser kepala Aomine.
"Biarin aja sih. Berisik banget!."
"Ya gue geli, bangsat!," Decaknya, tangan putihnya mengambil bantal dan diberikan kepada Aomine, "tuh udah gue ambilin. Pindah nggak lo."
"hehehe….makasih Baka, tau aja kalau gue males ngambil."
Kagami hanya merespon dengan tarikan nafas ringan.
"Ka?"
"Hum."
"Masa malem minggu kita gini – gini aja sih."
"Terus?"
"Sekali – kali kencan kek, atau ngapelin cewek gitu."
"Yaudah sana!."
"Kan nggak punya pacar."
"Lo 'kan udah banyak tau tentang cewek. Bahkan lo ngoleksi majalah porno, siapa itu nama artisnya Mai…mai…gitu."
"Horikita Mai-chan. Gituan aja nggak tau."
"Nah itu maksud gue."
Majalah Horikita Mai adalah majalah porno favorite Aomine, bahkan ia meninggalkan sebagian koleksinya di Apartemen Kagami. Sampai Kagami harus kena batunya saat ayah dan ibunya berkunjung. Ia dimaki habisan – habisan dan diancam tidak akan diberi fasilitas lagi oleh ayahnya. Yah itu merupakan hal terburuk dalam hidupnya, tapi ia tidak bisa membenci sahabatnya itu, bagaimanpun ia menyayangi Aomine.
"Iyasih, tapi tetap aja nggak ada yang mau sama gue."
"Gue tau kenapa. Lo mau tau Ao?"
"Kenapa memangnya?"
Kagami menengok kearah Aomine yang sedang tiduran, ia perhatikan tubuh Aomine dari atas sampai bawah. "Karena lo nggak ada ganteng – gantengnya. Dilihat dari sisi manapun lo itu jelek banget, nggak punya duit, redup, mesum pula," Ucapnya puas dan tertawa geli sendiri, "gadis mana yang mau sama lo." Lanjutnya.
"Weh, parah lo ya ngatain temen sendiri," Ia tidak terima dengan ucapan Kagami, "Hati – hati lo ya."
"Hati – hati kenapa?, memangnya gue lagi gantungan di jurang?"
"Hati – hati nanti lo bakal suka sama gue." Ucapnya percaya diri.
"NAJISS!." Semprot Kagami dimuka Aomine, "Stres lo ya."
"Liat aja nanti."
"Lagian kalau misalnya gue suka sama laki – laki, gue bakal pilih – pilih juga kali. Yang pasti bukan orang kayak lo!."
Ucapannya ditertawakan oleh Aomine. "Jadi lo udah punya rencana bakal suka sama cowok Ka?, hiiiii… nggak nyangka gue mah punya kawan macam lo."
"Bangsat!, emangnya gue homo."
"Lah barusan lo ngomong."
"Itukan hanya per-an-dai-an." Ucapannya dieja agar Aomine paham, "bodoh jangan kelewatan sih Ao!."
"Halah ngeles aja lo. Padahal gue tadikan cuma bercanda."
"Gimana lo aja deh, yang penting lo seneng. Hanya orang gila yang mau ngeladenin lo."
"Lah berarti selama ini lo gila dong."
"AOMINEEEEEE!." Teriak Kagami menerkamnya. Perang dunia ke 3 dimulai malam ini.
Dua laki – laki berotot saling tidih tidak jelas, peluk – pelukan dan kakinya saling dikunci agar sandera tidak lolos dari jeratan. Jika dilihat mereka seperti pegulat nasional. Bantal, selimut bahkan remote tivi sudah mental kemana – mana untung saja jarak antara tivi dan mereka lumayan jauh, mungkin jika dekat sudah pecah dan meledak. Mereka menganggap hal ini sudah biasa, mereka tidak akan malu – malu seperti berpelukan, ada diposisi atas ataupun bawah, kerena mereka pikir hal itu normal – normal saja jika sedang bergulat.
Aomine tidak menyangka jika pertemuannya saat itu bisa membawa mereka sedekat ini. dekat dalam arti pertemanan. Ia beruntung memiliki teman seperti Kagami. Kagami selalu ada saat ia membutuhkan, contohnya : saat ia tidak mempunyai uang untuk membeli makanan, minuman, atau majalah Mai-chan ia datang ke Kagami, dan Kagami dengan polosnya memberi pinjaman uang.
Hey ia minjam bukan minta ya?, tapi sampai saat ini belum ada hutang yang dibayar olehnya, tidak salahkan jika Kagami sbelumnya mengatai Aomine tidak punya uang. Kagami selalu bersemangat saat diajaknya bermain basket, yah one-on-one seperti biasa.
Kagami selalu membuka lebar pintu Apartemennya jika ia sedang tidak ingin pulang kerumah. Sampai suatu ketika ibu Aomine menelpon Kagami dan menyuruhnya mengembalikan Aomine. Karena memang Aomine lebih betah di Apartemen Kagami daripada dirumahnya, intinya Apartemen Kagami adalah rumahnya yang kedua.
"Oke stop Baka!. Gue nggak bisa nafas nih." Ucapnya, sambil melemparkan batal yang tersisa yang sedari tadi membekapnya. Ia menegakkan badannya, "Ya udah kita cari pacar yok Ka?" ajaknya.
"Gimana caranya?"
"Sepertinya kita harus memahami dulu apa yang cewek – cewek sukain."
"Contohnya?"
"Natikan jika kita sudah punya pacar, pasti diajak kencan kan?"
"Ya terus?"
"Nah sekarang kita belajar kencan dulu deh."
"HAH!," Kagami tidak mengerti maksud Aomine, "Apa'an sih maksud lo?"
"Setau gue nih ya. Kencan itu macam – macam, ada yang diajak nonton, diajak dinner kayak makan malam gitu_"
"Ya memang dinner makan malam bodoh!" potong Kagami.
"Eh iya ya, pokoknya banyak deh. Kita mulai jika cewek kita ngajak nonton film. Menurut lo cewek suka film apa?, yang kalau nonton berdua sama pacarnya itu bisa bikin sosweet?" Tanyanya panjang lebar dengan semangat.
"Ah..ituu…film ya" Kagami mencari jawaban yang pas sesuai dengan pertanyaan Aomine, "Korea mungkin" ucapnya.
"Hah!, kenapa Korea?"
"Yakan kebanyakan film korea yang ada di tivi, romatis – romantis gimana gitu."
"Jadi lo sering nontonin korea," Aomine mengeleng – gelengkan kepalanya, "nggak habis pikir gue sama lo Ka."
"Apa'an sih gue salah terus. Gue kan bilang diacara tivi AHO!, sering banget kan ada film korea. Walaupun gue nggak nonton gue tau lagi, 'kan gue nggak bodoh ultimate kayak lo."
"Sialan lo!. Janganlah jangan film korea. Hum apa ya?" Ia mulai memikirkannya.
"Mana gue tau."
"Kayaknya horor deh Ka?"
"HAH!, APA!." Mendengarnya saja Kagami sudah merinding, apalagi memperaktekkannya.
"Iyalah, kayaknya cewek itu suka sama film horor deh, tapi dia nggak berani nonton sendiri makanya dia ngajak pacarnya. 'kan kalau hantunya lagi muncul, dia bisa langsung meluk pacarnya." Ia tersenyum girang merasa perkataannya benar.
"Iya. Terus lo dengan senang hati grepe – grepein dia. Memang dasar otak mesum."
"Bodo amat, suka – suka gue. Yaudah ayok kita mulai."
"Mulai apa'an?"
"Nonton film hororlah. Lo takut hantu kan, gue juga sama. Makanya kita bakal latihan mengahadapi hantu dalam film, dan saat kita kencan kita nggak bakalan takut dan bisa ngejagain pacar kita. Oke Baka." Aomine tersenyum lebar didepan wajah Kagami, ia menyatukan jari telunjuk dan jempol membentuk huruf O.
"ENGGAK!" dengan cepat Kagami menjawabnya.
"Kenapa?"
"Enggak usah main – main deh Aho. Sumpah gue takut banget sama hantu, lo juga 'kan? kalau kita pingsan gimana?, terus hantunya keluar dari tivi dan geret kita, nanti kita bangun - bangun udah ada di WC. Lo mau?" ucapnya meyakinkan Aomine, "mending kalok cuma digeret ke WC, kalau diperkosa gimana?"
"Oh God. Baka, idiot, tolol. Mana mungkin hantu keluar dari tivi." Aomine gregetan.
"Itu sadako." Jawabnya sambil brigidik.
Aomine sangat gregetan mendengarnya ia juga takut hantu tapi tidak selebay Kagami, ia sentilkan jari telunjuknya ke jidat Kagami.
"SAKIT WOII!" bentaknya, lebih tepatnya Kagami kaget bukan sakit.
"Sadako itu di filmnya aja bisa keluar dari tivi, dikenyataan ngak mungkin, BAKAAAAA."
"Yakan kita harus waspada, AHOOOOO" Balasnya.
"Terserah lo deh, yang penting ayok nonton horor."
"NGGAK MAU!, pulang aja sana kalau mau nonton film horor."
"Udah jam 10 malem bego!. Kalau gue diculik sama tante – tante girang dan ditelanjangin gimana? Emang lo rela pangeran lo ini ditelanjangin."
"Pantat lo pangeran. Memang gue peduli lo mau diapain juga, mau lo ditelanjangin, mau lo dibunuh, mau lo digantung ditangkai papaya. Bo-do amat ya."
"Wah, benar – benar keterlaluan lo. Tapi bentar gimana caranya orang digantung ditangkai papaya, hahaha.." ucapnya diikuti dengan ledakan tawa.
Sambil tertawa Aomine memikirkan bagaimana caranya ia membujuk Kagami agar mau menonton film horor.
"Ka ayolah. Gue udah download ni filmnya."
"Mati aja sana."
"Kalau lo nggak mau nonton berarti lo homo." Ucapnya pada Kagami, hanya ini cara satu – satunya untuk membujuk Kagami.
"Apa hubungannya, bodoh!."
"Lo kan nggak mau berlatih, berarti lo nggak mau dapet cewek. Iya 'kan?, kalau lo nggak mau dapet cewek berarti lo homo." Ucapnya girang karena melihat wajah Kagami yang langsung bengong.
"Iya juga sih. Lo bener."
"Iyalah memang gue selalu benar."
"Emangnya lo Akashi, huh!"
"Yaudah ayok nonton?" Ajaknya lagi tak berhenti membujuk Kagami.
"Judulnya apa?"
'Yes' batin Aomine, berarti bujukannya berhasil.
"Shutter, flm horor dari Thailand."
"Serem nggak?."
"Nggak terlalu kok Ka. Ampun deh."
"Awas lo bohongin gue."
Aomine nyegir kuda saat Kagami mengancamnya. Apa yang akan terjadi setelah film selesai ya?, karena menurutnya film yang ia download adalah film paling seram *yang udah pernah nonton film shutter pasti tau letak kehororannya dimana hahaha*.
Tadi saat membaca sinopsisnya saja sudah ingin memeluk Kagami, tapi peduli setan dengan itu semua Aomine ingin punya pacar masalah dengan Kagami bisa ia selesaikan dengan gampang.
Setelah sukses membujuk Kagami itu artinya satu masalah sudah terselesaikan. Yang ia harus lakukan sekarang adalah menyambungkan Hpnya ke tivi dengan USB.
Sebelum menekan tombol 'PLAY' mereka menyiapkan segala sesuatunya yaitu jiwa dan raga juga mental agar mereka bisa menghadapi hantu – hantu yang dikeluarkan difilm itu sampai akhir. Lihat Kagami? Apa yang dilakukan mahluk satu itu. Ia membawa badcover tebal dari kamarnya, supaya jika hantunya datang ia tinggal masuk dalam badcover, tidak lupa ia juga membawa tambahan bantal tentu saja untuk membekep hantu yang tiba – tiba keluar dari tivi.
"Udah belom persiapannya?" tanyanya pada laki – laki yang masih sibuk dengan barang apa saja yang dapat dijadikan jaga – jaga.
Kagami tidak merespon pertanyaan Aomine, ia masih belum puas dengan barang yang ada diruang tivi itu.
"Bentar ya." ia melangkahkan kakinya masuk lagi kedalam barang serbaguna.
Aomine hanya kedip – kedip melihat tingkah Kagami. Ia saja bersikap biasa walau takut hantu, karena ia pikir sudah cukup ada Kagami disampingnya jadi tidak memerlukan barang lain.
"Baka. Lamaaa…lo ngapain disana?, lo nggak pingsan kan?, apa lo nemu hantu?." Teriak – teriak Aomine dari ruang tivi.
Belum juga teriakan itu hilang dari dengungan dinding, matanya sudah dikejutkan oleh kedatangan Kagami, mulutnya sedikit membuka.
"Lo mau ngapain sih sebenarnya!. Mau nonton flm apa mau main golf?" tanyanya dengan wajah tidak percaya.
Kagami hanya menyeringai mendapat pertanyaan dari sohibnya, ia mengayun – ayunkan kedua stik itu mengeceknya apa masih pantas untuk dipakai. Ia mendapatkannya dari gudang serbaguna, tentu saja. Stik itu adalah stik yang sering dipakai ayahnya untuk bermain golf bersama teman – temannya ketika berada di Jepang.
"Nih satu buat lo." Menyodorkan satu stik dari tangan kanannya.
"Buat apa sih Ka. Bukannya kita mau nonton film?" stik itu diterima dengan baik, tapi masih tidak mengerti apa maksudnya.
"Buat jaga – jaga aja, siapa tau ada hantu yang keluar dari tivi."
Aomine mengangguk pelan saat Kagami menjelaskan. "Oke. Sudah siap kan?"
"Tapi gue deg – degan gimana dong Aho."
"Sama gue juga Ka. Tapi kalau nggak di Play kapan nontonnya udah malem ni makin serem nanti"
"Yaudah – yaudah sekarang aja." Ucapnya pasrah.
Diambilnya remote yang sudah tersedia oleh Aomine, kemudian ia akan menekan play. Belum juga di play Kagami sudah masuk duluan kedalam badcover tebal.
"Woi Ka!. Belum juga mulai filmnya. Jadi, lo ninggalin gue nonton sendiri gitu."
Kagami membuka kerukupannya, "Enggak Ao. Udah cepetan puter."
"Awas lo masuk lagi kedalam badcover." Ancam Aomine.
"Iya – iya ni gue bangun."
Tangannya sedikit lagi menyentuh tombol play, bukan hanya Kagami seorang yang gemetaran, ia juga sama bahkan menekan tombol play saja tidak sanggup. Tetapi hanya ia saja yang tau jika ia ketakutan.
"Mana lama amat sih nekan tombol doang."
Aomine mengerjap kaget saat suara Kagami keluar, "I-itu…Ka."
"Apa'an?"
Ia tidak ingin Kagami tau jika ia juga sebenarnya sedang ketakutan, mau diletakkan dimana wajah gantengnya itu, "itu lampunya matiin dulu." Ucapnya spontan menunjuk saklar lampu yang jaraknya 3 meter dari Kagami.
"HAH!, emang mau gelap – gelapan segala?!."
"I-i-ii…" Aomine mempertimbangkan apa harus gelap atau tidak, ia juga takut jika harus gelap, "iyalah. Masa nonton terang – terangan. Horor lagi, 'kan nggak dapet feelnya" Akhirnya. 'Aduh Aomine bego, apa yang lo pikirkan sih' batinnya. Yasudahlah bagaimana lagi semua sudah terucap, 'cowok ganteng nggak akan menjilat omongannya sendiri' hiburnya dalam hati.
"Sana lo aja sendiri yang matiin."
"Gue 'kan yang nekan tombol play-nya, lo dong yang matiin lampu."
"Siapa yang ngajak nonton?"
"Ayolah Ka, lagian itu saklarnya deketan sama elo."
"Bodo amat ya, kalau mau gelap – gelapan matiin aja sendiri."
Aomine mulai kesal, "Tinggal berdiri, jalan, matiin terus balik lagi apa susahnya, Baka!"
"Ya lo pikir aja deh kalau gue yang matiin lampu, gue balik kesini pasti lampu udah mati dan itu gelap. Kalau pas balik ada hantu depan gue, gimana?"
"Astaga, yaudah deh ayok berdua." Ajaknya, ia berdiri dan menyambut tangan Kagami untuk bangun.
"Lo didepan Ao."
"Nggak ah lo aja yang didepan. Itukan lo udah bawa stik"
"Nggak mau. Gue tidur lagi nih."
"Oke – oke, kita sampingan deh."
.
.
.
Akhirnya mereka menyetujui kesepakatan yang dibuat, seperti percakapan diatas Kagami membawa stiknya untuk berjaga – jaga takut ada hantu yang tiba – tiba menampakkan diri. Mereka jalan berdampingan, saling memeluk satu sama lain. Butuh waktu lama hingga bermenit – menit untuk mereka sampai kesaklar yang jaraknya hanya 3 meter itu.
"Matiin Ka."
"Lo aja."
"Ka?."
"Lo aja Ao!."
"Bareng – bareng ya, please"
"HAH!"
Jemari mereka ditumpuk menjadi satu, telapak tangan Aomine dibawah dan Kagami diatasnya, mereka menghitung mundur untuk mematikan lampu, "3….2….1…" secara bersamaan mereka menekan saklar itu.
.
.
.
Gelap.
Gelap.
Hening.
.
.
.
"Ka?"
"Huh."
"Lo dimana?"
"Ini yang lo peluk siapa? setan?"
"Eh!. Kirain beneran setan."
"Sialan lo!, terus?"
"Apa?"
"YA TERUS KAPAN BALIK KEDEPAN TIVI AHOOO. LO MAU PELUKAN DISINI SAMPE PAGI." Teriak Kagami di telinga Aomine.
"WOI.. santai dong. Telinga gue sakit kampret," Aomine mengusap – usap telinganya dikegelapan, "Ka lo ngerasain sesuatu nggak?" Tanyanya.
"Ia Ao, gue me-me-me_," mereka berdua mengeratkan pelukannya. Sebelum akhirnya, "AAAAAAAAAA…..mmmerinding" Teriak mereka tanpa ampun dan langsung lari bersama – sama menuju badcover, tidak peduli lagi akan gelap. Tidak tau siapa diantara mereka yang menginjak remote tivi, yang pasti penerangan satu – satunya pun ikut mati.
"MANA BADCOVERNYA?" Teriak Kagami dengan peluh bercucuran di seluruh tubuhnya.
"DISITU TADI." Ucapnya tak kalah panik dengan Kagami.
Kagami menemukan apa yang dicarinya dan ia langsung melesat masuk kedalam badcover itu, tanpa memperdulikan teman senasibnya. Begitupula Aomine masuk kedalam badcover lebar setelah ia menemukannya. Karena mereka terlalu panik mereka jadi lupa dengan temannya sendiri.
Kagami maupun Aomine bersembunyi terpisah didalam badcover sekarang, tubuh mereka berdua basah dengan keringat.
Kagami membentuk tubuhnya seperti kucing sedang tidur, nafasnya kembang – kempis tidak karuan, sampai ia harus menarik nafasnya dalam – dalam agar tubuhnya bisa bereaksi dengan normal lagi. Belum lama ia tenang, ia sudah merasakan ada kehadiran mahluk lain dibelakangnya, merinding, gelap.
Sampai akhirnya tangan panjang itu ia gerakan untuk mengecek apa benar ada mahluk aneh dibelakangnya itu.
Slep…
'Apa ini' batinya, saat tangan itu memijit – mijit hidung orang yang ada dibelakangnya.
Tidak lain lagi orang itu adalah Aomine, yah ia pun berpikir sama dengan Kagami bahwa ada hawa keberadaan lain didepannya, dan seketika itu juga jantungnya seperti akan berhenti berdetak saat ada tangan yang memijit – mijit hidungnya. Dengan bersamaan, "AAAAAAAAA…" Teriaknya panjang, "APAAAAA...INIIIIIII" ucap mereka berdua, sudah seperti paduan suara, dan masing – masing keluar dari badcover untuk menyelamatkan diri.
"L-L-LO SIAPA?, BILANG SAMA GUE LO SIAPAAAA?" jerit Kagami
"LO YANG SIAPA?, KENAPA LO BISA NGOMONG. SUARA LO MIRIP TEMEN GUE, JANGAN – JANGAN LO MAKAN TEMEN GUE" Balas Aomine, dan ia sudah menyiapkan stik pemberian Kagami untuk jaga – jaga.
"HAH!, LO JUGA MIRIP SUARA TEMEN GUE. LO APAIN TEMEN GUE."
Hening seketika. Mereka berdua saling mendekat untuk memastikan jika itu temannya.
"Oke. Kalau lo BaKagami punya gue, jawab pertanyaan gue." Ucap Aomine masih tidak percaya, "Kagami takut sama hewan apa?"
"Anjing." Jawabnya cepat.
"Oke satu lagi. Kagami kalau lagi mandi gimana?"
"Telanjang bulat." Jawabnya polos.
"Oke kalau begitu lo BaKagami punya gue."
"Enak aja punya lo. Gue punya ayah ibu gue tau." Seprot Kagami, "sekarang giliran gue. Kalau lo si Aho dodol itu, apa bentuk otaknya dia?"
"Mesum." Jawab Aomine dengan percaya diri dan tak kalah cepat cepat.
"Yang kedua, Aomine gimana bisa tau kalau gue suka mandi telanjang bulat?"
"Ngintiplah, Baka bangetsih."
"APAAA? AOMINE BANGSAT!, LO NGINTIPIN GUE MANDI!." Suara Kagami pecah, "SINI NGGAK LO, HUH!."
Kagami mencari Aomine dikegelapan, tidak perlu waktu lama untuk menemukannya. Aomine langsung di SmackDownn oleh Kagami, tidak peduli gelap atau apalah pokoknya ia tidak sudi diintip oleh Aomine. Jika yang mengintip cewek cantik Kagami masih rela, ini yang ngintip cowok kekar man yang sama – sama punya batang seperti dirinya 'kan NGERI!.
"Ampun Ka..ampun. Gue nggak sengaja ngeliat kok, beneran." Aomine meyakinkan.
"Aomine Fucking idiot. Emang dasar otak mesum lo."
"Makanya kalau lagi mandi, pintunya dikunci dong. Salah gue kalau gue penasaran mau liat punya lo, huh!."
Kagami geram mendengarnya, ia mulai menye-mackDownn lagi.
"Oke…oke gue minta maaf. Baka sayang gue nggak akan ngulangin lagi, sumpah demi lo." Rayunya agar dilepaskan oleh Kagami.
Haha..ia tidak menyangka akhirnya rayuan itu mempan untuk Kagami, akhirnya ia terbebas dari cengkram hewan buas itu.
"AO?"
"Apa?"
"Lo ngerasain ada yang aneh lagi nggak?, kayak ada auara yang mendekat."
"Iya, jadi lo ngerasain juga?"
"Bulu kuduk gue berdiri."
"Sama. Kira – kira apa ya Ka?"
"Nggak tau, tapi ini makin kerasa."
Setelah pertengkaran kecil, mereka berpelukan lagi saling menjaga satu sama lain, takut hal yang sebelumnya terulang kembali. Untung saja Aomine tadi belum memelayangkan stiknya ke Kagami karena disangka setan.
"AAAAAAAAAA…" mereka berteriak histeris lebih dari yang sebelum – sebelumnya saat ada tangan seseorang menyentuh tubuh mereka, tidak menunggu menit ataupun detik merekapun pingsan seketika.
"Gelap sekali. Memangnya aku hantu sampai teriak seperti itu." Ucap orang itu, berjalan mencari – cari saklar lampu untuk dihidupkan.
Slupp..
Terang..
"AOMINE-KUN, KAGAMI-KUN." Ucapnya kaget melihat temannya yang sudah tidak sadarkan diri.
"Padahal aku akan menginap disini, karena jika pulang kerumah sudah terlalu malam," suaranya parau, "kukira pintunya tidak dikunci karena Aomine-kun dan Kagami-kun belum tidur, tapi ternyata mereka sudah nyenyak. Mana tidurnya sembarangan_," Ucapannya terhenti saat manic biru langit itu menyadari akan sesuatu, "jika mereka sudah tertidur, jadi siapa yang teriak dan kupegang tadi. AAAAAAAAA…." Akhirnya Kurokopun ikut pingsan.
.
.
.
.
.
.
.
Well, well itulah malam minggu pertama Aomine dan Kagami, berakhir dengan tragis wkwkwk.
Oh ya tau Raditya Dika 'kan?
Pasti tau dong, penulis terkenal dengan lawakan absurdnya tapi bisa bikin perut sakit tak tertahankan. Pasti tau juga dengan salah satu acaranya yang Malam Minggu Miko, nah fict ini terinspirasi dari acara itu *hehehehe*.
Rencananya fict ini akan di upload setiap malam minggu sesuai dengan judulnya, nggak Cuma AoKaga aja kok yang lain juga akan hadir meramaikan. Oleh karnanya, jangan lupa review ya biar akunya semangat *HAHAHAHA*.
Oke jumpa lagi minggu depan .
