PROOF OF LIFE
"Jae, apakah barang-barangmu sudah semuanya?" tanya umma sambil memasukan barang terakhir ke dalam bagasi mobil.
Aku datang menghampiri ummaku sambil menenteng sebuah tas yang tidak terlalu besar.
"Sudah umma... kurasa sudah semua..." jawabku sambil memasukkan barang itu ke dalam bagasi.
"Kau sudah mengeceknya sekali lagi?"
Aku mengangguk mantap. "itu sudah semua, tak ada yang tertinggal."
Umma tersenyum dan mengelus kepalaku dengan lembut. "Baiklah, sekarang dengarkan umma. Nanti kau akan bertemu dengan saudara tirimu, namanya Jung Yunho. Dia anak yang baik jadi kau harus rukun-rukun padanya dan jangan membuatnya repot, arasseo?"
"Arasseo, umma" kataku
Sebenarnya... aku masih belum bisa menerima kalau umma menikah lagi. Apalagi, appa baru saja meninggal 4 bulan yang lalu. Apakah umma tidak memiliki perasaan apapun pada appa sehingga dengan mudahnya ia melaksanakan pernikahan dengan appa dari Jung Yunho itu...
Kami bertemu saat hari pertama musim dingin…
"Jaejoong imnida, senang bertemu denganmu, Yunho." Kataku sambil menyinggungkan senyum termanisku.
orang yang bernama Yunho itu menatapku dengan tatapan agak heran dan terlihat gugup. "Mianhae kalau aku tidak sopan... tapi… apa… kau mau jadi pacarku?"
MWO?! baru pertama bertemu kenapa malah menanyakan itu, eoh?! dia buta apa?! sudah jelas aku pakai t-shirt dan celana jeans, kenapa masih dianggap yeoja?! dasar Pabo!
Yunho yang sepertinya paham tentang isi pikiranku langsung menjawab "itu... wajahmu... cantik sekali… apalagi kalau tersenyum... aku sampai bingung... tidak terlihat sama sekali kalau kau namja…"
BLUSH
Bisa kurasakan seluruh wajahku terasa panas. Dari sekian orang yang berkata begitu, hanya dia yang mengatakan sesuatu seterang-terangan itu…
Dan kurasa… itu adalah saat dimana aku mulai menyukainya… sebagai kakakku…
The wind's voice tells me of winter
My body shivers as I listen
You're right next to me
Your breath seems white and cold
Aku membuka mataku…
Jam menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Dan Yunho masih belum juga menunjukkan tanda-tanda bahwa dia sudah bangun. Kurasa… lebih baik aku ke kamarnya dan membangunkannya.
Aku beranjak dari tempat tidurku. Hari ini cuaca memang sangat dingin. Aku yakin, Yunho pasti akan tidur lebih nyenyak dibandingkan dengan beruang kutub sekarang.
Benar saja… Yunho masih tertidur sangat pulas di atas tempat tidurnya. Awalnya, aku ingin sekali membangunkannya. Tapi karena melihat wajahnya… aku mengurungkan niatku…Perhatianku tertuju pada foto kami. Foto itu diambil 9 tahun yang lalu. Saat dimana aku bertemu dengannya… dan saat dimana penyakit sialan ini mulai menggerogoti tubuhku…
Aku mengusap foto itu. Saat itu… aku ingin sekali… bisa kembali ke saat itu dan mengulang semuanya…
"I don't want to sing a sad song, Hey, I'm begging you, right now my only wish Is to laugh next to you…..
Yunnie…" aku tersentak kaget begitu menyadari bahwa tanpa sadar aku menyelipkan namanya di lirik lagu yang sedang kunyanyikan. Ya tuhan… kenapa malah dia yang ada dipikiranku…
"Selamat pagi, Joongie…" tiba-tiba Yunho muncul dari balik pintu dan menyapaku lembut dengan suara bass dan senyum khasnya kemudian ia duduk di sisi tempat tidurku.
Aku melirik jam. Jam menunjukkan pukul 10 tepat. Akupun tertawa kecil. "Kurasa sudah terlambat bagimu untuk mengucapkan 'selamat pagi'…"
Dia hanya tersenyum lebar dan mengusap kepalaku. Tiba-tiba saja mukaku terasa panas.
"Kau kedinginan?" tanyanya sambil memperhatikan wajahku lekat-lekat.
DEG
Jatungku berdegup kencang saat dia menatapku dengan mata musangnya yang tajam itu.
"Ya… sedikit…" jawabku sambil mengalihkan pandanganku dari matanya.
"Kalau begitu… biar kubuatkan coklat panas untukmu… bagaimana?" tawarnya sambil berdiri dan menepuk pelan kepalaku.
Sebagai jawaban, aku hanya mengangguk pelan sambil menyinggungkan seulas senyum.
Life has withered away, too, this year
Before long, I've grown impatient for spring's arrival
While listening to the chains of life
Continuing to bud in the light
Setelah dia menghilang dari balik pintu, aku bangkit dari tempat tidurku dan menyibakkan tirai jendela kamarku. Aku memperhatikan halaman rumah tetangga kami, Park Yoochun dan Park Junsu. Bisa kulihat dari sini… anak-anak mereka, Park Changmin dan Park Kyuhyun yang sedang bermain perang bola salju disana. Mereka tertawa dan berlarian dengan lincah. Kadang-kadang… aku merasa iri pada orang-orang yang bisa bermain diluar di musim seperti ini… aku benar-benar benci musim dingin… dan aku juga benci musim-musim yang lainnya…
DEG
Tiba-tiba dada bagian kiriku terasa nyeri. Kepalaku terasa sangat sakit dan telingaku sesaat seperti tuli… aku tidak bisa mendengar apapun… nafasku sesak… pandangan mataku tiba-tiba gelap… tuhan…. Tolong jangan sekarang… seseorang… tolong aku…
"Joongie…"
Tiba-tiba suara itu membuat semua rasa sakit itu lenyap seketika. Aku mulai bisa melihat semuanya dan mendengar kembali dengan jelas. Aku langsung menoleh kearahnya dan menyinggungkan seulas senyum untuk memperlihatkan seolah aku baik-baik saja.
"gomawo yunnie…" kataku saat aku menerima gelas berisi coklat panas yang disodorkannya padaku.
Aku mendekatkan wajahku pada bibir gelas itu dan menghirup aromanya… sesaat kehangatan seperti menjalar di seluruh tubuhku… "hangat…"
"Tentu saja… hati-hati! Masih panas!" serunya.
Begitulah dia… selalu menghawatirkan hal-hal kecil seperti ini… seolah dia itu ummaku saja…
"Yunnie…"
"Ne?"
Aku menatap keluar jendela dan memperhatikan Changmin dan Kyuhyun yang masih bermain dengan riang. Aku jadi ingat kejadian 9 tahun yang lalu. Saat aku masih bisa bermain dengan riang dan tertawa lepas tanpa beban…
"Apa kau ingat apa yang kita lakukan saat natal 9 tahun yang lalu?"
Dia terlihat berfikir sejenak dan kemudian mengangguk pelan. "Ya… waktu itu kita bermain salju di taman dekat danau… kita bermain disana sampai hari mulai gelap dan umma memarahi kita habis-habisan…"
- FLASHBACK-
"Kalian ini! Kenapa kalian baru pulang sekarang, eoh?!" seru umma begitu kami muncul dari balik pintu.
"Mi-mianhae umma… kami keasyikan bermain… jadi lupa waktu…" jawab Yunho sambil menggenggam tanganku erat.
"Umma kan sudah bilang agar kalian pulang sebelum udara bertambah dingin! Bagaimana kalau kalian sakit, eoh?!" serunya dengan nada yang masih tinggi.
Sebenarnya keterlambatan kami pulang semuanya adalah salahku… Yunho sudah mengajakku pulang namun aku tetap saja keras kepala meminta agar dia mau menemaniku bermain. Aku benar-benar tak menyangka umma akan semarah ini…"Mi-mianhae umma… a-aku…"
Yunho menggenggam tanganku semakin erat dan dia memotong kata-kataku.
"Ini salahku umma. Saat bermain tadi, aku terus memaksa Jae untuk bermain denganku. Padahal Jae sudah memperingatkanku untuk pulang. Mianhae umma!" ucapnya sambil membungkuk dalam.
Umma langsung menjewer kuping Yunho singkat "Kali ini kumaafkan kau…" gerutunya sambil berjalan ke dapur.
Yunho hanya meringis sambil memegangi telinganya yang sakit.
"Yunho… mianhae… gara-gara aku… kau… jadi dimarahi umma…"
"Gwaenchana… lagipula… kau senang kan bisa bermain dan menyanyi dengan bebas seperti tadi?" ucapnya sambil tersenyum lebar dan menepuk kepalaku pelan.
Aku tersenyum tipis. "Ne… aku sangat senang bisa bermain denganmu… gomawo, Yunho…"
-FLASHBACK END-
"Waktu itu… sangat menyenangkan sekali kan…" ucapku sambil tersenyum.
"Benarkah? Kau suka aku dijewer umma?" candanya sambil tertawa kecil.
Kamipun tertawa lebar.
DEG
Tiba-tiba dada kiriku terasa nyeri dan rasanya tanganku mati rasa. Gelas yang kupegang pun jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping.
"Joongie?! Kau baik-baik saja?! kau terluka?!" tanya Yunho sambil memegangi pundakku dan memperhatikan sekujur tubuhku.
Aku hanya dapat menatapi kedua tanganku. Kedua tanganku tidak bisa digerakkan dan tidak bisa dirasakan. Aku takut Yunho malah merasa khawatir dan aku malah akan merepotkannya. Rasa sakit didada kiriku harus kututupi… agar Yunho tidak kerepotan mengurusiku. Aku hanya bisa tersenyum tipis.
My fate continues to rot away
I understand, but I remain strong
I want to breathe, I want to sing
It would be good if I can leave something behind
That says I have lived… a proof of my life
"Tanganmu licin karena uap ya? Aku akan mengambil sapu dan lap untuk membersihkannya. Kau diam disini saja… arasseo?"
Aku terkejut dengan apa yang diucapkannya. "Arasseo…" ucapku pada akhirnya.
Setelah sosok Yunho menghilang dibalik pintu, aku langsung merebahkan tubuhku. Rasa sakit di dada kiriku tak mau hilang. Rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Tanganku juga masih belum bisa digerakkan. Pendengaranku juga mulai hilang… rasanya seperti tuli. Mataku terasa berat dan pandangan mataku mulai kabur. Aku takut… jika aku memejamkan mata… aku takkan bisa melihat Yunho lagi… tapi percuma… aku sudah memejamkan mata dan semua menjadi gelap…
I don't want to sing a sad song
Hey, I'm begging you, right now my only wish
Is to laugh next to you
I want to sing a gentle song
"…ngie…"
Suara ini…
"JOONGIE?!"
Aku membuka mataku saat mendengar suara Yunho yang memanggilku. Hal pertama yang kulihat saat aku membuka mataku adalah Yunho. Dia menatapku dengan wajah yang pucat dan… air mata?
Tiba-tiba Yunho menghambur ke arahku dan memelukku erat. "Jangan lakukan hal seperti itu lagi!"
"Ke-kenapa…?" tanyaku sedikit gugup. Apakah Yunho tahu kalau keadaanku semakin parah?
"Kau membuatku sangat cemas! Kupikir kau…" Yunho terdiam sejenak. "Kupikir sakitmu bertambah parah…"
DEG
Tidak! Dia tidak boleh tahu!
"A-aku baik-baik saja!"
Yunho melepas pelukannya dan mengusap kepalaku lembut. "Syukurlah… kalau memang begitu…" ucapnya sambil menyinggungkan seulas senyum yang hangat.
BLUSH
Bisa kurasakan kalau wajahku terasa panas… apakah dia melihat wajahku ini?
Several winters passed by
I finally realized this feeling
I can't say it out loud but
Our hearts are always connected, right?
Aku memintanya untuk mengijinkanku bermain diluar. Seperti yang dia katakan… cuaca hari ini memang sangat
dingin. Karena tak menyangka kalau udara akan sedingin ini, aku hanya memakai jaket 2 lapis dan baju hangat didalamnya. Ditambah dengan syal dan sarung tangan. Kurasa itu bisa menghangatkanku…
"Joongie… jangan lama-lama ne?" ucapnya sambil menjejalkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya.
"Ne…" ucapku sambil mendekati sebuah tumpukan salju.
Perlahan, aku mulai menyadarinya… nafasku sedikit sesak. Pandangan mataku mulai agak kabur dan pendengaranku mulai tidak berfungsi dengan baik. Tapi… kalau aku menunjukkan rasa sakit ini… aku akan kehilangan kesempatanku bermain disini… untuk terakhir kalinya…
"Apa itu?" tanya Yunho yang berjongkok disebelahku dan menunjuk kearah kelinci salju yang sedang kubuat.
"Ah ini… kelinci… lucu kan?" tanyaku sambil menyodorkan hasil karyaku padanya.
Yunho tesenyum hangat padaku. "Ne… kawaii… aku tidak bisa membuat bentuk sebagus itu…" jawabnya sambil mulai membuat bentuk pada gumpalan salju yang digenggamnya.
"Apa yang akan kau buat?"
Dia tersenyum geli dan memperlihatkan hasil karyanya padaku. "Kotoran sapi…"
Aku memperhatikan sejenak hasil karyanya dan kemudian aku tertawa. "Kau benar-benar lucu, Yunnie… kau selalu bisa membuatku tertawa lepas seperti ini…" akupun melingkarkan kedua tanganku di leher Yunho. " aku benar-benar menyayangimu…"
Yunho hanya terdiam. Dia sama sekali tidak bergerak. Dada kami saling bersentuhan, jadi aku dapat merasakannya. Debaran jantung Yunho…
"Yunnie? Apa kau tertidur?" ucapku tiba-tiba. Aku bahkan tidak tahu mengapa aku berkata begitu.
"A-anni… mana mungkin aku tidur di cuaca sedingin ini…" jawabnya sambil menggelengkan kepalanya.
DEG
Kepalaku mulai terasa sakit. Dada sebelah kiriku juga mulai terasa nyeri. Telingaku rasanya seperti disumbat.
Tidak! Rasa sakit ini harus kulawan!
"Aku mau melihat bunga itu dulu…" ucapku sambil berdiri dan berlari kecil menuju sebuah bunga kecil di antara semak-semak. Aku hanya berjongkok didepannya.
Perhatianku sama sekali tidak tertuju ke bunga itu. Melainkan ke rasa sakit di kepala dan di dadaku yang makin lama makin menjadi-jadi. Aku meringis sambil memegangi kepalaku. Aku harus tetap kuat! Aku masih ingin bersama Yunho lebih lama lagi…
Tiba-tiba ideku muncul. Aku mengambil segenggam salju dan membentuknya menjadi sebuah bola kecil kemudian melemparkannya padanya. Sebenarnya sasaranku adalah kepalanya, tapi karena pandangan mataku yang mulai memburuk, bola salju itu malah mengenai punggungnya.
Yunho menoleh kearahku dengan tatapan bingung. Aku membalas tatapannya dengan tertawa jahil.
"… kau… menga… perang… salju… a?" kata-kata Yunho sama sekali tidak bisa kutangkap dengan jelas. Hanya beberapa kata saja yang bisa kudengar dengan jelas.
"Tentu kalau kau tidak keberatan…" jawabku sambil menyinggungkan senyum jahilku. Setidaknya aku bisa menangkap kata 'perang' dan 'salju' sehingga mengerti maksud perkataanya.
Saat bermain perang bola salju dengannya, perlahan-lahan pendengaranku sudah tidak berfungsi lagi… kepalaku juga sangat sakit dan nafasku semakin sesak dan tidak karuan. Aku mati-matian berusaha menutupi rasa sakit itu dengan terus tertawa meski terpaksa. Memikirkan kalau sebentar lagi aku akan benar-benar meninggalkannya… terasa sangat berat untukku…
It's dark, I can't see anything…
I can't hear anything…
It's scary…
It's painful…
It's lonely…
Yunho mendekatiku dan sepertinya dia mengatakan sesuatu. Wajahnya kelihatan cemas dan tangannya menunjuk kearah sebuah kursi taman. Aku hanya bisa mengangguk sebagai jawaban karena aku tidak bisa mendengar apapun itu…
DEG
Rasa sakit itu mulai muncul lagi. Pandangan mataku mulai kabur. Sesak nafasku semakin parah… kurasa… ini sudah waktunya…
"Hari ini… aku benar-benar senang… aku bisa bermain lagi denganmu… disini…"
Yunho hanya terdiam sambil menatapku.
"Aku… benar-benar merasa seperti orang yang paling bahagia di dunia ini… aku harap… aku bisa melakukannya lagi… tahun depan…" ucapku lirih sambil berusaha menahan air mataku.
Yunho seperti hendak mengatakan sesuatu. Tapi dia memilih diam.
"Aku sangat bahagia… bisa memiliki kakak yang sangat baik dan pengertian sepertimu… yang terus menjagaku… meski kau tahu… hidupku takkan lama…" kali ini air mataku sudah tak bisa kubendung lagi. Air mataku akhirnya menetes. Tapi aku berusaha tetap tersenyum.
"…."
"Jika aku harus meninggalkanmu sekarang… kuharap… kau bisa merelakanku pergi…" ucapku lirih. Aku masih
berusaha tetap tersenyum.
Tiba-tiba Yunho berdiri. Wajahnya tampak kesal dan akhirnya dia berdiri membelakangiku. Setelah itu dia berjalan pelan meninggalkanku. Saat itu senyumku lenyap. Air mataku mulai mengalir dengan deras. Aku sudah tidak bisa berpura-pura kuat lagi…
"Yunnie…"
Yunho menghentikan langkahnya. Ia masih membelakangiku.
"Aku sangat mecintai umma, appa dan kau… aku sangat menyayangi kalian semua… bagiku kalian lebih berharga dari apapun di dunia ini…"
"…."
"Maaf… aku selalu merepotkanmu… aku selalu membawa masalah buatmu… aku tidak bisa menjadi adik yang baik untukmu…aku selalu menjadi beban untukmu…" aku menangis. Aku hanya bisa menangis… aku sudah tidak punya kekuatan lagi…
"…."
"Aku selalu ingin bisa membalas semua kebaikanmu kepadaku selama ini… tapi… yang bisa kuucapkan hanya terima kasih…" kini rasa sakit di kepala dan didadaku semakin memuncak. Pandangan mataku mulai menghilang…
Yunho menunduk. Dia masih terdiam disitu. Aku hanya bisa menatapnya dari sini… air mataku terus mengalir dengan deras… aku ingin sekali menyanyikan sebuah lagu untuknya… tapi… suaraku mulai menghilang…
"Saranghae… Yunnie…"
Tiba-tiba semua menjadi gelap. Tiba tiba semua terasa menakutkan… aku merasa sendiri…
While everything in me
Continues to disappear
Your smiling face
Still lingers…
Aku ingin sekali memutar ulang semuanya… sekali lagi…
-FLASHBACK—
Aku berhasil menemukannya setelah berkeliling memutari taman mencarinya yang terpisah dariku saat kami menyaksikan pohon natal besar tak jauh dari sana. Saat itu suasana sangat ramai sehingga sangat sulit untuk mencarinya di kerumunan.
Setelah aku menemukannya dan memarahinya, dia bukannya takut dan meminta maaf… dia malah memujiku dengan mengatakan wajahku manis. Tentu saja wajahku memerah seketika itu juga…
"Po-pokoknya jangan pernah meninggalkanku lagi, arasseo?!" ucapku sambil mengalihkan pandangan mataku darinya.
"Arasseo… aku akan selalu bersamamu sampai kapanpun… aku… tidak akan pernah melepaskanmu lagi…." Jawabnya sambil mencondongkan badannya dan mencium pipi kiriku.
You are singing a gentle song, right?
Even though we're wrapped up in this world of loneliness
I'm always beside you, don't forget
You are never alone
BLUSH
Pipiku merona merah seketika itu juga. "A-apa yang kau lakukan, eoh?!"
"Aishiteru… Joongie…" ucapnya sambil mengusap kepalaku lembut.
I'm not lonely because you're here
You embrace with your warm hands
I can't hear you, but I understand
The hands that you hold me said "I love you"
DEG
Jantungku berdegup kencang dan mukaku terasa panas. Benarkah itu….? Apa dia hanya bercanda?! Astaga! Apa yang meracuni pikiranku…
"Kau juga mencintaiku, joongie?"
Pipiku semakin terasa panas. Jantungku rasanya ingin meletus. "Ma-mana mungkin, eoh! YUNHO PABO!"
-FLASHBACK END—
Sekarang aku menyesal… kenapa waktu itu aku berkata seperti itu…
Tuhan…
Aku memohon padamu…
Jika aku diberi kesempatan lagi untuk lahir kembali…
Aku ingin…
I do not want to sing a sad song
Hey, I'm begging you, my only wish right now
Is to laugh with you
I want to sing a gentle song
I want to dedicate it to you, a song of parting
In my last moment, I want to tell you…thank you
END
