A/N : Hai, Ruby disini. Saya membawakan fic ide pasaran yang hancur banget. Maaf bila ada kesamaan dari fic ini. Tapi sumpah, fic ini seratus persen dari otak saya. Kalau begitu, silakan dibaca. ^.^

.

.

Summary : perjuangan karin dan kazune dalam mencari cinta pertama mereka. berbagai kesulitan harus mereka hadapi, apalagi dengan status mereka sebagai tunangan. mampukah mereka menemukan cinta pertama mereka?

.

Seorang laki-laki berumur sekitar lima tahunan sedang duduk dengan kesal di tepi danau sambil melempar batu ke dalamnya. Gadis kecil bercepol dua yang melewati tempat itu menatapnya heran kemudian menghampirinya.

"Kau kenapa?" tanyanya sambil menatap laki-laki bermata safir itu.

"Semua orang selalu menggangguku karena aku laki-laki lemah yang takut pada serangga dan selalu bergantung pada sepupuku. aku ingin menjadi kuat! tapi aku tidak punya keyakinan." Gadis bermata emerald itu tersenyum sambil menepuk bahu laki-laki tadi.

"Tenang, kau pasti bisa! Asalkan kau yakin. Kau pasti bisa! kau harus kuat, cool, agar tidak akan ada satu orang pun yang akan mengganggumu! Aku percaya padamu." Gadis itu berdiri, kemudian mengulurkan tangannya pada laki-laki itu.

"Ada apa?"

"Apa kau mau main bersamaku? Ayo main sama-sama!" Ajak gadis itu. Laki-laki itu segera membalas uluran tangannya. Mereka bermain bersama dengan riangnya.

Tak terasa, hari mulai sore. Mereka harus berpisah karena mereka tidak ingin membuat orangtua mereka khawatir. Laki-laki itu merasa sedih karena mereka akan berpisah.

"Hari ini menyenangkan, ya? Tenang saja. Jangan sedih. Besok kita main lagi!" ujar gadis itu.

"Tapi besok aku akan pindah ke luar negeri. Tidak tahu kapan akan kembali. Aku takut kita tidak akan bertemu lagi." Gadis itu menjadi sedih, tapi kemudian dia tersenyum dan melepaskan ikat rambutnya dan memberikannya pada laki-laki itu. Laki-laki itu menatapnya dengan terkejut. Tapi gadis yang ditatapnya hanya tersenyum.

"Ini untukmu. Agar kau tidak melupakanku. Dan ingat! kau harus berjanji padaku. Kau harus menjadi kuat dan datang menjemputku saat aku besar nanti." Katanya. Kemudian laki-laki itu melepas cincin yang dipakainya dan memberikannya pada gadis itu.

"Ini kenangan dariku. Aku janji! akan menjadi kuat untuk menjemput putriku." Gadis itu merona mendengarnya. Laki-laki itu menyeringai. Tiba-tiba gadis itu menjentikkan jarinya seperti baru mendapat ide.

"Oh iya! bagaimana kalau besok sebelum kau pergi kita bertemu saja. Bagaimana?"

"Ide bagus!"

"Oh, tidak! Aku harus pulang! Jaa. jangan lupa janjimu, ya?" ujar gadis itu.

"Iya, kau juga!" balas laki-laki itu. Gadis itu kemudian berlari-lari kecil meninggalkan laki-laki itu. Saat jarak mereka cukup jauh, laki-laki itu berteriak.

"Siapa namamu?" teriak laki-laki itu. Gadis itu yang berjarak cukup jauh darinya segera berteriak sambil berlari.

"Karin, namaku Karin." teriaknya kemudian menghilang dari pandangan laki-laki itu. Membuat laki-laki itu tidak sempat mengucapkan namanya. Dia hanya terdiam di tepi danau itu dengan dahi mengerut.

"Ka . . . apa?"

.

.

Kamichama Karin © Koge Donbo

Rated : T

Pair : kazunexkarin

Warning : GaJe, OOC, OOT, Miss Typo, dll.

Genre : Romance and Humor

MY FIRST LOVE IS MY FIANCE

Chapter 1 : Waiting My Prince

Di sakuragaoka high school, lebih tepatnya di kelas II B. Seorang gadis cantik bermata emerald sedang duduk diam di kelas tanpa berniat meninggalkan mejanya walaupun bel istirahat sudah lama berbunyi. Rambut coklat panjangnya digerai begitu saja membuatnya semakin cantik. Sayangnya moodnya tidak secantik wajahnya. Gadis itu adalah Karin. Dia masih tidak percaya dengan kejadian semalam. Sang ayah tercinta, yang sangat memanjakannya tiba-tiba menjodohkannya dengan anak rekan bisnisnya. Kejadian semalam masih tercetak jelas di otaknya.

Flashback

"Apa?! Ayah ingin menjodohkanku?! Ayah tidak bercanda, kan?" kata karin dengan nada setengah tinggi.

"Dia anak rekan bisnis ayah, dulu ayah pernah berjanji padanya. Sebentar lagi anaknya pulang dari amerika. Jadi-"

"Ini seperti pernikahan bisnis, begitu?" potong karin marah.

"Tentu bukan, sayang. Ini kan hanya pertunangan."

"Tapi aku masih berumur 16 tahun, ayah. Aku masih muda!"

"Karena itu ayah dan rekan kerja ayah sepakat untuk bertunangan saja. Nanti setelah kalian kuliah baru menikah."

"Tapi aku belum mengenalnya. Masa ayah tega menjodohkanku dengan orang tak di kenal. Lagipula aku sudah punya pacar."

"Nanti kalau dia pulang kalian akan saling mengenal. Lagipula, dia bukan orang tak dikenal, dia adalah anak paman kujyo. Dan ayah ingin kau segera putus dari pacarmu itu."

"Tapi ay-"

"Jangan membantah ayah, karin." Karin terkejut karena ayahnya membentaknya.

"Jadi, ayah tega membentakku demi urusan bisnis! padahal ayah tahu ada orang yang ku tunggu."

"Maafkan ayah karin, ayah hanya ingin kau segera melupakan angan-anganmu itu." Wajah ayah karin mulai melembut, menyiratkan kesedihan.

"Tapi dia pasti . . . aku mengerti, ayah." Karin tidak melanjutkan kata-katanya karena tidak ingin melukai hati ayahnya. Dia lebih memilih segera masuk kamarnya sambil meneteskan air mata.

End of flashback

Karin mendesah pelan. Tak terasa, bel masuk pun berbunyi. Semua murid masuk ke dalam kelas, menunggu sensei datang. Miyon, teman baik Karin yang sedari tadi memperhatikan gelagat aneh Karin langsung bertanya.

"Ada apa? Kau sedih 'dia' tidak ada?" Karin menoleh ke bangku di belakangnya yang di tunjuk miyon dengan wajahnya kemudian menggeleng.

"Jika aku sedih dia tidak ada, aku tidak akan pernah menerimanya." Jawab Karin. Kemudian menatap ke depan.

Dia jadi sedikit kesal mengingatnya. Sang pacar, pemilik bangku tadi sedang tidak ada di tempat dan lebih memilih pergi ke Korea selama enam bulan untuk konser dibanding menghiburnya yang sedang perlu tempat bertumpu sebelum dia semakin terpuruk.

Yah, walaupun bukan berarti Karin sangat mencintai dan tergila-gila dengan Kuga Jin, pacarnya. Sejujurnya dia malah tidak mencintai Jin, dia hanya lelah karena dikejar-kejar terus oleh Jin. Dia bahkan sudah menolak lima puluh enam kali ajakan pacaran dan seratus tiga puluh lima kali ajakan kencannya sejak masih junior high school. Tapi bagaimanapun juga, Jin itu tetap pacarnya. Jadi wajar saja kan dia kesal?

Karin menatap keluar jendela, mengacuhkan sensei yang sedang mengajar. Dia menghela napas berat. Kata-kata ayahnya semalam membuatnya mulai putus asa. 'Apa benar dia akan menjemputku' batin Karin. Terlihat sekali dia mulai merasa itu tidak mungkin. Apa lagi mengingat hal 'itu'.

Karin memiliki seorang pangeran impian. Pangeran yang ditemuinya waktu kecil. Pangeran yang berjanji akan menjemputnya, pangeran yang membuatnya menunggu selama sebelas tahun bahkan masih sampai sekarang, dan pangeran yang dicintainya.

Karin merasa menyesal karena tidak bisa menepati janjinya pada pangerannya itu. Apalagi saat dia melihat ikat rambut yang diberikannya pada laki-laki itu terjatuh di danau. Apa mungkin dia membuangnya? Berbagai persepsi muncul dalam benak Karin. Tapi dia mencoba menepisnya, berharap harapan yang ayahnya sebut sebagai angan-angan itu bisa ssegera terwujud. Walaupun dia mulai kehilangan harapan akan kedatangan laki-laki itu.

Sekarang yang bisa dilakukannya adalah berharap kalau calon tunangannya itu memiliki sifat pembangkang, memiliki kekasih atau orang yang di cintainya agar dia bisa menolak mentah-mentah perjodohan itu. Walaupun jika begitu Karin akan merasa tehina, tapi itu demi kebaikannya. Ya, semoga saja.

Di Kujyo Corporation . . .

Terjadi sebuah kegemparan heboh yang dibuat oleh istri sang direktur sekaligus pemilik perusahaan itu. Walaupun kehebohan itu hanya di ruangan direktur saja. Tapi kehebohan itu sontak membuat sang direktur panik.

"Apa kau yakin?" tanya sang direktur pada istrinya.

"Aku yakin. Aku sudah menyuruh orang untuk memastikannya, dan itu benar." jawab sang istri setengah khawatir dan setengah kesal.

"Apa kau sudah memblokir kartu kredit, ATM dan yang lainnya?"

"Sudah, tapi pasti dia sudah menduga hal itu. Ku dengar dia mengambil banyak uang di ATM."

"Apa kau sudah tanya Kasuza?"

"Sudah, dia tidak tau. Dia bilang kakaknya mengatakan akan pergi ke Korea dengan Himeka-chan."

"dia membawa sepupunya? Kau sudah menelpon Himeka?"

"Himeka bilang dia pergi sendiri ke Korea. Anak itu mengatakan kalau kita menyuruhnya pulang ke Jepang."

"Dasar bocah licik!"

"Dia kan anakmu." cetus istrinya setengah bangga dan setengah menyindir. Suaminya menghela napas.

"Seharusnya kita tidak mengatakan padanya soal perjodohan itu. Dia pasti akan menolaknya, dia kan sudah punya 'seseorang'."

"Aku tau. Tapi bagaimanapun juga aku tidak tahu akan seperti ini. Jika sudah seperti ini kemungkinannya adalah . . ."

"Dia sudah ada di Jepang."

"Dasar anak itu! Kalau aku menemukannya, akan ku rebus dia! Awas kau! Kujyo Kazune!"


Sementara itu, di bandara . . .

Seorang lelaki berambut blonde sedang berjalan sambil menyeret kopernya ke luar bandara.

"Sudah sebelas tahun, ya . . ." katanya. Dia menyeringai.

"Ah! Ibu pasti sedang menyumpahiku! Mungkin nanti dia akan merebusku." Laki-laki itu langsung memasang wajah horror membayangkannya, tapi kemudian, dia tersenyum.

"Tapi paling tidak akhirnya aku pulang. Dan aku bisa segera mencarinya."

"bersiap-siaplah, pangeran datang menjemputmu!"

.

.

To Be Continue

A/N : Hah, akhirnya publish juga fic pertama saya, maaf bila banyak kesalahan. Habisnya baru pertama kali bikin fic. Semoga gak ngebosenin.

Kalau begitu

.

.

.

Review, Please?

.