Rating: T
Ringkasan: Ada devil fruit user lain yang cemburu karena nggak bisa berenang! Slight NamixSanji.
Disclaimer: One Piece © Eichiro Oda.
A/N: Fic ini agak membingungkan, soalnya agak susah nerjemahin istilah-istilah di manga. Kalau aku terjemahin lewat kamus seenaknya, nanti malah nggak cocok sama yang ada di komik Elex, aku baca versi manga online soalnya. Jadi kalau ada istilah yang nggak diterjemahkan (eg: courthouse, tunnel) aku minta maaf. Tapi diluar itu, aku ucapkan selamat membaca.
Ajari Aku
Mereka mencintai Sunny, seperti mencintai Merry. Dan dengan semua kelebihan dan kekurangannya (meski mereka belum menemukan kekurangan Sunny sampai saat ini). Juga keistimewaan tunnel-tunnel yang disimpan Franky pada setiap nomornya. Baru-baru ini, mereka tahu kalau Franky memasukan set kolam kecil di tunnel nomor 4. Tidak terlalu kecil atau besar, karena set itu bisa disesuaikan dengan jumlah yang berenang. Jadi ketika mereka sedang ingin berenang, mereka menghentikan Sunny sejenak untuk bersenang-senang. Lagipula mereka tidak buru-buru, sementara mencari tahu informasi tentang pulau Fishmen yang sepertinya masih menjadi misteri besar, sama seperti pulau langit yang sebelumnya. Chopper: yang baru pertama kali berenang dengan pelampung, mengapung senang dengan Usopp: yang pamer kemampuan renangnya. Sementara Nami menghela napas sambil geleng-geleng melihat tingkah keduanya. Kalau saja kolam ini lebih sepi sedikit...
Robin, Luffy, dan Brook menggunakan kapal selam untuk mencari informasi, apapun yang mungkin mereka dapatkan di dasar laut. Berbahaya sekali, ketiganya kan pemakan buah setan? Tapi Franky menjamin keamanan kapal selamnya untuk keselamatan mereka bertiga. Lagipula Luffy ingin sekali melihat dasar laut. Manusia karet itu belum pernah berenang dan menyelam sebelumnya. Kan memang tidak bisa.
Tapi begitu kapal selam berbentuk hiu itu naik, Chopper juga naik. Matanya berbinar melihat ketiga temannya keluar dari dalam benda itu, melaporkan kegagalan mereka untuk menemukan apapun. Tapi rusa itu tidak ambil pusing, dia lebih memperhatikan kapal selam mereka yang begitu keren di matanya.
"Menyenangkan sekali! Aku juga ingin mencobanya!" kata Chopper kagum.
"Kau bisa mencobanya nanti." kata Robin ramah pada rusa kutub itu. Dia melihat baju Chopper, Chopper memang tidak biasanya memakai baju lengkap, tapi sekarang rusa itu hanya mengenakan celana pendek warna-warni dan balon bening yang melingkari perutnya: itu bukan cara Chopper berpakaian seperti biasa.
"Apa kau baru saja jatuh ke air, Chopper?" tanyanya, melihat kalau rusa itu benar-benar basah. Dia juga melihat Usopp memakai pakaian sama, juga sama basah. Jangan-jangan barusan Chopper jatuh ke air dan Usopp menolongnya.
"Tidak juga. Aku baru saja berenang, Robin. Menyenangkan sekali lho!"
"Kamu berenang?" tanya Robin heran. Bagaimana bisa? Chopper itu sama sepertinya, pemakan buah setan. Chopper tersenyum lebar, menunjuk balon yang melingkar di perut.
"Aku bisa karena ini. Ini penemuan baru Usopp. Benda ini bisa membuat kita mengapung! Kau mau mencobanya Robin?"
Sebuah promosi dan tawaran yang menarik. Robin INGIN berenang. Tapi sepertinya balon itu terlalu memalukan. Jadi dia tersenyum saja, membungkuk ke arah rusa di depannya. "Mungkin lain kali, Chopper."
Pandangan Robin teralih pada seorang pemuda yang menari berputar-putar dengan nampan kecil di tangannya. Nampan itu berisi minuman dingin lengkap dengan sedotan, payung kecil, dan jeruk sebagai pemanis. Sanji juga mengenakan baju yang sama, sebuah celana pendek dan sandal. Tapi koki itu berbeda dengan dua orang (Chopper tetap dihitung orang) yang Robin lihat: dia kering. Tetap saja Sanji berteriak senang ketika melihat Robin.
"Kau sudah kembali, Robin-chwan? Apa yang kau temukan di bawah sana?" tanyanya dengan gaya bermata hati yang biasa. Sayang sekali Robin harus mengecewakan pertanyaan ini.
"Maaf Sanji, kami tidak menemukan apa-apa."
"Kalau begitu kita coba lagi lain waktu. Mungkin kau mau turun bersamaku dan Nami-swan?" Koki genit itu sudah membayangkan kejadian ini di kepalanya: dirinya, bertiga dengan Nami dan Robin ada di ruang yang sempit di bawah air, tanpa gangguan siapapun. Wow...khayalan begini indah sekali!
"Sanji! Aku haus, minuman itu untukku, ya?" Luffy langsung meloncat kegirangan, memanjangkan tangannya untuk mengambil...
Whooops!
"Ini untuk Nami-swan!" katanya jengkel, menghentikan percobaan pencurian minuman manis dan dingin untuk Nami-swannya yang tersayang dengan tendangan kakinya.
"Sakiiit!" Luffy menjerit kesakitan sambil memegangi wajahnya yang tercetak jejak merah bekas sepatu Sanji.
"Kalau mau, ambil saja sendiri di dapur, tapi awas kalau kau menyentuh lemari makanan! Jatah makan malammu akan kukurangi!" jawab Sanji judes. Luffy yang baru saja berguling kesakitan sambil memegangi wajahnya langsung bangkit dan nyengir lebar. Dia berlari ke dapur dengan riang, sepertinya sudah melupakan tendangan Sanji barusan. "Asyik! Sanji memang yang terbaik!"
Dan tentu saja Usopp berlari mengikuti kaptennya itu, disusul dengan Chopper di belakangnya. "Aku juga mau, Luffy!" Ketiganya meninggalkan dek berumput menuju dapur.
"Tapi kalau Robin-chwan mau, akan kubuatkan yang spesial." kata Sanji menawarkan, bak seorang gentleman. Robin masih tersenyum.
"Tidak perlu. Aku tidak haus." Wanita itu melihat sekelilingnya. Di dek masih ada Brook: dia kegirangan karena baru pertama kali menaiki kapal selam dan mulai memainkan biolanya untuk mengekspresikan perasaan gembiranya, Franky: dia sedang mengutak-atik kapal selamnya. Zoro? Robin sayup mendengar bunyi benda berat di atas kepalanya. Mungkin pendekar pedang itu sedang berlatih di gym pribadinya.
"Di mana Nami?" tanya Robin yang tidak menemukan gadis berambut oranye itu di sekitar dek. Apa dia sedang di kamarnya dan menggambar peta?
Ditanyai begitu Sanji tersenyum senang.
"Nami sedang berenang di kolam. Kau mau ikut juga Robin? Aku bisa mengajarimu berenang."
Kolam yang tadi dibicarakan Chopper? Sedetik, Robin merasa cemburu, dia juga ingin berenang.
"Kau tahu itu tidak mungkin. Pergilah Sanji, Nami pasti sedang menunggumu." Robin berjalan melewati Sanji. Apa yang akan dia lakukan? Mungkin membaca seperti biasa?
"Baiklah, Robin-chwan! Katakan saja padaku kalau kau ingin berenang, aku akan menemanimu." katanya sambil berlari dan berputar sekaligus, ke arah tunnel.
"Terimakasih atas tawarannya, Sanji." Tapi Robin yakin laki-laki itu sudah tidak bisa mendengar jawabannya. Robin menghela napas dan duduk di kursi berjemurnya. Lagi-lagi dia mendengar suara koki itu berteriak histeris mengomentari Nami dan baju renangnya. Senyuman tipis masih menggantung di bibir Robin. Juga iri.
Nami bisa tenang berenang di bawah sana karena dia bukan pemakan buah setan. Dia pasti bisa berenang, dan lagi Sanji akan menjaganya. Iya kan?
Sebuah suara langkah yang lembut terdengar di atas dek berumput. Franky?
"Kau sudah kembali?"
Bukan Franky. Robin melihat seorang pendekar pedang yang baru saja mendarat dari gym dengan anggun. Tanpa suara berdebum keras meskipun dengan berat badannya yang nyaris dua kali Robin. Zoro memang jarang turun menggunakan tangga tali, atau mungkin memang tidak pernah. Dan pedang yang selalu ada di haramaki hijau itu tidak terlihat di pinggangnya. Laki-laki itu bertelanjang dada dengan handuk kecil di lehernya. Sementara tangannya memegang gelas besar yang berisi rum (menurut Robin) dengan bongkahan-bongkahan es kecil yang mengapung di permukaan gelas. Robin tersenyum, ini adalah pemandangan yang sayang dilewatkan.
"Ya." Robin menjawab singkat, dia memang suka membingungkan atau membuat Zoro penasaran. Ini akan membuat laki-laki itu bertanya lebih jauh, dengan begitu Robin bisa mendengar suaranya lagi.
"Mendapatkan sesuatu?" Zoro bertanya, sekarang duduk di bawah tiang utama, menenggak gelasnya.
"Belum, tidak ada apa-apa di bawah sana. Monster laut ada beberapa." tambahnya tidak penting.
"Begitu?"
"Ya."
Zoro menghabiskan minumannya seperti kalau dia sedang di bar. Dia meletakkan gelasnya dengan keras, dan menyapu bibirnya dengan punggung tangan. Robin tersenyum, ini juga pemandangan yang sayang untuk dilewatkan.
"Di mana yang lainnya?" tanya Zoro lagi, menyadari kalau dek itu sepi sekali.
"Luffy, Usopp, dan Chopper sedang ada di dapur." katanya, melihat ke arah dapur secara otomatis. Ketiga orang itu sudah cukup lama di sana kalau mereka hanya ingin minum limun. Mungkin mereka sedang mencoba membongkar lemari makanan karena Sanji sedang tidak ada?
"Sanji dan Nami sedang ada di kolam..." Robin berhenti untuk menghela napas."berenang."
Zoro melirik Robin sepintas. Dia mungkin tidak tahu dengan set kolam renang di tunnel 4. Belum.
"Kolam?" tanyanya, membayangkan koki itu berenang di dalam akuarium dengan Nami. Bibirnya nyengir lebar. Untung sekali hiu yang ada di dalamnya sudah dibuat jadi yuzaraki. Jadi aquarium itu jadi tempat berenang sekarang?
Robin melihat Zoro tersenyum lebar. Dia mengerutkan dahinya. Kenapa rasanya ada kesalahpahaman di sini?
"Ada set kolam yang dibuat Franky di tunnel nomor 4. Nami dan Sanji sedang berenang di sana."
"Oh." Zoro menjawab singkat, senyumnya menghilang secepat bayangan konyol di kepalanya juga menghilang. "Kolam?"
Robin mengangguk.
"Dan kau tidak ikut berenang, Robin?"
Apa pendekar pedang itu bodoh? Tentu saja dia tidak ikut.
"Aku tidak bisa berenang."
"Pakai saja pelampung atau balon." jawab Zoro santai. Robin terkejut, Zoro tahu tentang itu juga? Aneh. Dan pasti wajahnya terlihat heran karena Zoro memandangnya dengan tanda tanya.
"Kau tidak tahu itu?"
"Yah...aku tadi melihat Chopper dengan balon di perutnya. Tapi kurasa itu..." Pipi Robin merona. "memalukan."
Zoro tersenyum lagi, membuat Robin jadi tidak nyaman. Apa Zoro juga membayangkan dirinya menggunakan pelampung-pelampung balon seperti Chopper? Tidak... itu terlalu...
"Jangan berpikiran aneh, Zoro."
"Kau pikir aku berpikiran aneh?" tanya laki-laki itu heran. "Kau bilang di sana ada Sanji?" Robin mengerutkan dahi lagi, mengapa Zoro memanggil Sanji begitu? Tanpa julukan yang biasa dia berikan. Seperti koki genit atau alis pelintir...
"Memangnya kenapa kalau ada dia?"
"Jangan katakan koki genit itu belum menawari untuk 'mengajarimu' berenang?" kata Zoro dengan, entah. Mungkin ada rasa tidak suka dalam suaranya? Dia meninggalkan gelasnya begitu saja dan menghampiri Robin.
"Dia memang bilang begitu." Robin memandang Zoro yang sekarang begitu dekat dengannya, laki-laki itu berdiri di sampingnya, memandang Robin dengan mata yang juga hijau, sewarna rambut laki-laki itu. Rambut yang Robin lihat masih setengah basah. Karena keringat kah? Sedekat itu Robin bisa mencium aroma sabun dari tubuh Zoro. Jadi itu jelas bukan keringat. Dia baru saja mandi.
"Dan kau bilang apa?"
"Mungkin lain kali." jawabnya jujur. Bukankah memang itu yang dia katakan tadi? Meski Sanji sepertinya tidak mendengar itu.
Zoro memiringkan kepalanya, memandang Robin dengan tajam, seperti kalau dia ingin mengintimidasi Robin dengan tatapannya. Robin bukan perempuan yang akan terintimidasi dengan mudah, tapi dia sungguh menikmati 'pemandangan yang sayang dilewatkan' di depannya.
"Apa masalahnya, Zoro?" Robin yang tadi bersandar di punggung di kursi, mengangkat tubuhnya, membawa kepala mereka lebih dekat. Zoro lah yang pertama kali membuang muka. Dia mundur dan mengambil gelasnya di tiang utama. Laki-laki itu bersiap pergi. Mengecewakan.
Tapi Zoro berbalik lagi. Dia menghela napas. "Aku bisa berenang." katanya singkat, enigmatik.
"Aku tahu." Laki-laki itu pasti perenang yang baik. Karena dia bisa berenang di air sedingin es pun, seperti yang dia lakukan di drum isle. Dan bukankah selain Sanji, Zoro juga yang sering menyelamatkan Luffy kalau dia jatuh ke air akibat permainan konyolnya dengan Usopp dan Chopper? "Apa yang ingin kau katakan, Zoro?"
Zoro lagi-lagi memalingkan muka. "Kurasa aku juga bukan guru yang buruk."
Itulah Zoro, ambigu sekali. Robin tersenyum melihat laki-laki itu sedikit salah tingkah.
"Kurasa juga begitu."
"Eh?" Zoro memandang Robin, sayang sekali pipinya tidak merona. Padahal Robin mengira warna merah itu akan ada di sana. Di kulit yang sudah terbakar matahari, dan jauh lebih gelap di banding kulit kru Topi Jerami lain, meski belum bisa dibandingkan dengan Usopp.
"Kalau begitu, kau bisa mengajariku kapan-kapan? Mungkin hanya berdua?" Robin bertanya.
"Kurasa boleh juga." Zoro menggaruk lehernya, membuat ketiga antingnya berdentingan saat melakukan itu. Robin tersenyum.
"Tapi kau harus beranji padaku, tuan Pendekar Pedang." Robin memanggil Zoro dengan panggilan lamanya saat dia masih memanggil kru lain dengan nama panggilan, menandakan kalau dia sedang serius.
"Janji apa?"
"Aku tidak mau menggunakan balon-balon pelampung itu. Itu terlalu...memalukan." Robin sedikit merona. Zoro nyengir lagi, entah apa yang dia pikirkan tentang itu.
"Baiklah, tentu saja."
Review please? Soal set kolam renang dan kapal selam itu aku nggak ngarang kok, beneran ada di chapter 490 page 10-11 kalau nggak salah. Tapi aku nggak tahu volume berapa. Hai...hai... aku lagi memburu review, jadi seperti biasanya aku minta buat kalian yang udah baca untuk ngasih komen, kritik, saran, dan flare (aku nggak peduli). Dan lagi-lagi, aku matur tengkyu!
