Show Me Your Love

Nae Innocent Yunnie Sequel

.

.

.

YunJae Fanfiction

.

Jung Yunho, Kim Jaejoong

.

YAOI, Boy x Boy, typo (s)

.

.

Chapter 1

"ngaahh… yunhh lebih cepatthh—"

" —oohhh… sayang, ini nikmathh… aahhh…"

"Aahh… Jo-jongiehh terlalu aahhh… terlalu sempithh…"

"Yunnie… Yunniehh… aahhh…" Jaejoong terus saja mendesah keras sambil menyebut-nyebut namja yang sedang menggerakkan kejantanannya dengan brutal dari arah belakang. Tapi bagaimana bisa diawal cerita ini sudah ada desahan seksi dari Jaejoong? Mari kita flashback sebentar.

Flashback on~

Satu jam yang lalu sebenarnya Jaejoong telah terbangun dari tidurnya. Pandangannya seketika tertuju pada seseorang yang masih dengan nyaman terlelap dalam tidur nyenyaknya. Yunienya pasti begini saat tidur, wajah polos dengan mulut terbuka, membuat otak mesum Jaejoong merespon sangat cepat saat ia baru membuka mata. Belum lagi ditambah penampilan Yunho sekarang, yang bisa dikatakan sama dengan dirinya, full naked dengan hanya selembar selimut yang menutupi kebanggaan mereka dibawah sana.

Doe eyes itu terus saja menatap lapar tubuh namja di sampingnya, dan pada akhirnya Jaejoong memberanikan diri melakukan tindakan. Dielusnya perlahan wajah rupawan yang selalu membuatnya merona itu, mengagumi ciptaan terindah makhluk Tuhan satu ini. Jari-jari lentik Jaejoong kemudian turun kearah leher, mengelus sebentar bekas kissmark yang ia buat semalam. Jarinya terus turun hingga berhenti pada dada bidang Yunho. Bibirnya jadi ikut beraksi dengan menciumi dada yang naik turun dengan tenang itu. Yunho jadi sedikit terganggu dalam tidurnya, terutama saat lidah Jaejoong juga ikut memberi jejak saliva di dadanya. Belum sempurna mata musangnya terbuka, bibir Jaejoong sudah lebih dulu menguasai kesadarannya. Dengan cepat lidah Jaejoong masuk dalam gua hangat yang sudah tersaji dari tadi, bergerak liar di dalam sana. Mulai mengerti keadaan, Yunho ikut membalas serangan lidah Jaejoong, mendorong lidah nakal yang sudah membangunkannya dari tidur nyenyak itu kembali masuk dalam sarangnya, dan sekarang lidah panasnya yang akan bekerja. Usapan halus lidah Yunho yang pertama didapat Jaejoong, dan detik berikutnya lidah itu seperti mengamuk dalam mulutnya, menjilati apapun yang bisa dijangkau dan bahkan menyesap dengan kuat lidahnya. Kalau sudah begini pasti Jaejoong yang akan kewalahan, Yunho tidak akan melepas tautan bibir mereka sebelum bibirnya benar-benar membengkak merah.

Deru nafas keras terdengar setelah beberapa menit ciuman panas itu lepas. Dan benar saja, bibir Jaejoong terlihat memerah bengkak. Tubuhnya terjatuh lemas di atas Yunho sambil menghirup nafas sebanyak yang ia bisa. Itulah akibatnya kalau membangunkan beruang tidur dengan cara yang salah, ujung-ujungnya pasti susah sendiri, walau dia juga sangat menikmatinya.

"Sudah setengah 6 Joongie, sebaiknya kita mandi sekarang," lengan kokoh itu mengelus dengan lembut punggung namja cantik yang masih terbaring lemas di atasnya, sedikit kasihan juga melihat Jaejoong jadi kehabisan nafas begini. Jaejoong menggeliat sebentar di atas tubuh Yunho sebelum mengangkat kepalanya, menatap iris kelam dihadapannya.

"Gendong akuuu…" bibir yang masih bengkak itu terpout lucu jika sudah menginginkan sesuatu. Yunho hanya bisa tersenyum melihatnya.

"Kenapa minta digendong segala hum? Kamar mandi kan dekat Joongie."

"Iisshh… holeku masih sedikit perih dan aku jadi lemas karena kau tidak mau melepas ciuman tadi. Aku tidak punya tenaga Yunnie."

"Itu kan salahmu, lagi-lagi menyuruhku membobol holemu, dan kau tidak mau berhenti semalam. Dan lagi kau duluan yang menciumku, jadi tidak salah bukan kalau aku membalas ciumanmu."

"Aku kan cuman mau membangunkan Yunnie tadi." Semburat merah mulai terbentuk di pipi Jaejoong, membuat pipi yang tidak lagi seputih susu itu semakin terlihat manis. Sontak Yunho mengecup pipi halus milik Jaejoong.

"Makanya, kalau tidak mau lemas pagi-pagi jangan membangunkanku dengan cara begitu."

"Baiklah, baiklah. Sekarang gendong aku ke kamar mandi, kita mandi sekarang."

Sebenarnya setelah di kamar mandi, mereka langsung mandi masing-masing. Tapi dasarnya Jaejoong yang mesum, melihat sang seme full naked dengan guyuran air di sekujur tubuhnya membuat hasrat bercintanya kembali muncul. Didekatinya Yunho yang memunggunginya dan dengan seketika tangan itu melingkari pinggang Yunho dengan erat. Sedangkan si korban pemelukan erat tersentak kaget melihat sepasang tangan sudah bertengger manis diperutnya, dan dapat ia simpulkan sepasang tangan itu milik seorang bernama Kim Jaejoong. Yah, memangnya siapa lagi kalau bukan Jaejoong.

"Joongie? Sudah selesai mandinya?"

"Belum Yun, aku butuh bantuanmu, kau mau membantuku kan?" seringaian terlihat dari bibir Jaejoong yang tidak dapat dilihat Yunho tentu saja.

"Memangnya kau butuh bantuan apa?"

"Tapi sebelumnya kau harus janji membantuku hingga selesai. Ne?"

"Ah, tentu saja. Jadi apa yang bisa kubantu?"

"Mandikan aku." Dengan cepat tubuh Yunho yang tadi masih membelakanginya sekarang sudah menghadapnya dan bibir bentuk hati itu disambar dengan cepat oleh Jaejoong. Yunho yang tidak mengerti apa sebenarnya yang diinginkan Jaejoong hanya diam menerima ciuman dari namja di hadapannya. Seingatnya tadi Jaejoong minta dimandikan, kenapa sekarang malah menciumnya.

Tidak mendapat respon akhirnya Jaejoong memutus ciumannya, menatap dengan sayu kearah Yunho, membuat Yunho jadi semakin bingung.

"Yunniehh… emmhh…" Jaejoong mencoba merangasang Yunho dengan memeluknya sambil menggeliatkan tubuhnya, menggesekkan bibirnya dengan leher Yunho sambil sesekali lirihan-lirihan kecil dapat didengar Yunho. Merasakan kontak mereka yang lumayan intim membuat Yunho mulai terangsang dengan tingkah Jaejoong. Refleks tangannya membalas pelukan Jaejoong, mengelus punggung basah itu dengan lembut.

"Bukannya tadi kau minta dimandikan hum? Sekarang kenapa malah memelukku?"

"Mandikan aku dengan posisi seperti ini Yun." pelukan Jaejoong semakin erat. Tubuh bagian bawah mereka bergesekkan akibat ulahnya, sengaja membuat Yunnienya lebih terangsang. Dan hasilnya sukses besar, lenguhan halus dapat didengar Jaejoong saat gesekan tubuh mereka semakin intens. Sedangkan Yunho sekarang sedang menyirami tubuh belakang Jaejoong dengan air shower sambil mengelus permukaan lembut kulit Jaejoong yang dapat dijangkaunya. Diambilnya sabun dan mulai menyabuni tubuh belakang Jaejoong. Selesai dengan belakang, Yunho membalik tubuh Jaejoong dan mulai menyabuni tubuh depannya. Yang disabuni hanya menyandar pasrah pada tubuh di belakangnya sambil merasakan sentuhan lembut Yunho padanya. Namun yang membuatnya heran, Yunho hanya membalurkan sabun padanya tanpa menyentuhnya lebih. Apa Yunho masih tidak mengerti sinyal yang ia sampaikan tadi?

Yunho segera kembali mengambil shower, berniat membersihkan tubuh dihadapannya yang telah berlumur busa sabun itu. Melihat Yunho yang ingin membilas tubuhnya membuat Jaejoong yakin kalau Yunho memang tidak mengerti maksudnya menggoda tadi. Dengan cepat Jaejoong mengambil shower yang sudah berada dalam genggaman Yunho dan menaruhnya kembali. Diraihnya tangan Yunho tadi dan membawa tangan itu menyentuh dada kirinya yang masih penuh sabun. Perlahan tangan Jaejoong bergerak meremas dadanya sendiri, otomatis membuat tangan Yunho juga ikut meremas dada yang terasa licin namun kenyal itu. Lenguhan sukses keluar saat Jaejoong meremas dadanya semakin keras.

"Joongie, kenapa malah begini?" Yunho makin bingung dengan kelakuan Jaejoong. Tapi satu yang dapat ia simpulkan sekarang, Jaejoong pasti minta disentuh lagi.

"Enghhh… Yunhhh…" satu tangannya yang menggur meraih tangan Yunho yang satunya, menuntun tangan besar itu mengusap permukaan tubuhnya yang tertutup sabun. Tangan kanan Yunho bergerak mengusap dada kanan Jaejoong, meremasnya sebentar kemudian turun ke arah perut dan terakhir berhenti pada kejantanan yang telah menegang sedari tadi sebenarnya, Yunho tidak memperhatikan yang satu ini. Tangan Jaejoong yang dari tadi menuntun tangan Yunho sekarang bergerak meremas kejantanan yang sebenarnya tidak bisa dibilang kecil itu, walau masih besar milik Yunho tentu saja. Jaejoong bersandar pasrah pada tubuh Yunho sambil mendongakkan kepalanya, sungguh kegiatan ini begitu membawa kenikmatan untuknya, belum lagi ditambah adanya sabun, menjadikan tubuhnya terasa licin, membuatnya tidak pernah ingin lepas dari kenikmatan yang diberikan Yunho walau masih dengan campur tangan dirinya.

"Jo-joongie, kita harus segera bersiap, aku tidak ingin terlambat sekolah nanti."

"Kalau begitu rasuki aku sekarang, buat aku klimaks dengan cepat Yunhh… emmhhh…"

"Tapi—"

"Aku tidak mendengar penolakan. Turuti perintahku!"

Mau tidak mau Yunho harus menuruti perintah Jaejoong jika sudah begini. Tangannya yang tadi meremas dada Jaejoong sekarang turun meremas kejantanannya sendiri, menyiapkan miliknya agar tegang sebelum kembali membobol lubang sempit yang ia tahu pasti sekarang sudah berkedut-kedut minta diisi. Tangannya jadi terasa licin setelah menyentuh Jaejoong yang masih berbusa, memberikan rasa berbeda saat ia mengerjai miliknya sendiri. Dengan cepat kejantanan besar itu sudah menegang dan segera di arahkannya menuju lubang hangat Jaejoong. Jaejoong sendiri sudah melebarkan kedua kakinya sambil sedikit membungkuk, menyodorkan bokongnya ke arah Yunho. Rasa sakit mulai terasa saat kepala kejantanan besar itu mulai merasukinya, padahal perih akibat semalam saja masih belum hilang. Sedikit kasihan juga Yunho melihat Jaejoong kesakitan begitu, dihentikannya sebentar gerakan kejantanannya.

"Joongie, kau tidak apa-apa? Kalau masih sakit lebih baik hentikan saja."

"Sudah aku bilang rasuki aku cepat, tidak usah banyak bertanya." Jaejoong yang tidak sabar memundurkan bokongnya, membuat kejantanan besar itu tenggelam sempurna dalam lubangnya. Terasa sangat sakit, walau semalam lubang itu masih dikerjai Yunho. Begitulah, lubangnya memang selalu menyempit dengan cepat, membuat Jaejoong kewalahan jika tidak ada foreplay dahulu, namun keuntungan besar untuk Yunho. Setiap hari bisa merasakan lubang yang dimasukinya selalu sempit tentu kenikmatan yang didapat akan selalu sama bukan.

Jika sudah begini Yunho jadi kehilangan akal, digerakkannya dengan cepat dan kuat miliknya keluar masuk, mulai bererak dengan brutal. Sedangkan kaki Jaejoong terasa lemas mendadak saat sweet spotnya tersentuh dalam sekali hentakan, untung Yunho memegangi pinggangnya dari tadi. Dibawanya Jaejoong bertumpu pada dinding, dan setelahnya gerakan-gerakan liar terus Yunho lakukan, menghasilkan desahan-desahan nikmat yang terdengar sangat jelas dari kedua manusia yang sedang mengejar kenikmatannya masing-masing.

Falshback off~

~####~

Namja tampan yang masih berstatus sebagai pelajar ini kembali mematut dirinya dihadapan cermin besar dalam sebuah kamar mewah, merapikan seragamnya sebentar. Beberapa menit lalu sarapan istimewa buatan Jaejooong telah dihabiskannya dengan lahap. Jujur iya memang sangat menyukai semua masakan Jaejoong. Baru saja ia ingin memasang dasinya, sepasang tangan yang dibalut lengan jas hitam sudah melingkari perutnya, memeluknya dengan erat. Hanya senyum hangat yang mampu diberikannya saat seseorang yang terpantul di cermin itu tersenyum lembut padanya.

Jemari lentik Jaejoong dengan telaten memasangkan dasi yang tidak jadi terpakai tadi. Sebuah kecupan hangat di pipi didapat Yunho setelah dasinya terpasang sempurna pada kerah bajunya.

"Oh iya, aku akan pulang cepat hari ini, guru-guru di sekolah ada rapat, sekitar jam 12 aku sudah pulang, jadi sore nanti tidak usah menjemputku."

"Eumm… kalau begitu pulang sekolah nanti ke kantorku saja ya. Aku mau kau menemaniku." dengan manjanya namja cantik itu mengusapkan wajahnya pada punggung Yunho dan semakin mengeratkan pelukannya.

~####~

Tepat saat gerbang akan ditutup Yunho baru sampai. Ia berlari cepat menuju kelasnya, meninggalkan mobil mewah Jaejoong dan seorang penjaga gerbang yang terlihat heran melihat tingkah murid berprestasi satu itu. Tentu saja, sudah 3 hari ini Yunho sering datang hampir terlambat, biasanya bahkan ia selalu datang 1 jam sebelum pelajaran, disaat sekolah masih sepi dengan penghuninya. Selain itu yang membuat heran, Yunho selalu diantar jemput dengan mobil mewah, padahal warga satu sekolah pun tahu keadaan ekonomi pelajar ini seperti apa.

Dengan tergesa Yunho duduk di bangkunya, menaruh tas dan mengeluarkan sebuah buku tebal. Ia merutuki dirinya sendiri karena lagi-lagi terbuai dengan godaan Jaejoong saat setelah memakaikan dasinya tadi. Tidak sampai bercinta lagi sih sebenarnya, tapi dengan hanya sebuah kegiatan yang bernama berciuman, dengan panas tentu saja, sudah mampu membuatnya melupakan waktu berangkat sekolahnya yang sudah sangat mepet. Beruntung hari ini tidak sampai terlambat.

Seonsaengnim yang mengajar pagi ini masuk ke kelas dengan tumpukan kertas-kertas putih ditangannya. Tidak lama setelah sang guru sudah berada dalam kelas, masuk seorang gadis dengan seragam yang sama dengan murid lainnya, berdiri tepat dihadapan seluruh murid dalam kelas itu. Senyum manis yang terkembang di wajahnya dalam seketika mampu mengalihkan seluruh perhatian manusia yang ada di sana, mengagumi betapa indahnya makhluk Tuhan yang saat ini mereka tatap. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum malu dengan rona pipi yang terlihat jelas, menambah kesan manis padanya.

Pandangan si gadis beralih menatap seluruh manusia dihadapannya, yang sebentar lagi akan menjadi teman-temannya. Kagum, hanya satu kata itu yang dapat ia simpulkan setelah ia teliti mata mereka masing-masing. Namun saat mata itu telah sampai pada ujung ruangan, ada hal berbeda yang ia temukan. Siswa yang duduk di samping jendela itu hanya sibuk dengan bacaannya, sambil sesekali membenarkan letak kaca matanya. Ia akui, saat melihat pria itu perasaan tidak biasa langsung menyergap dalam hatinya. Entahlah, ia sendiri tidak mengerti kenapa bisa merespon begitu cepat perasaan baru itu dan bahkan mampu mengantarkan sebuah senyuman tulus di bibirnya.

"Baiklah anak-anak, hari ini kalian mendapatkan teman baru, nah sekarang silahkan perkenalkan namamu."

"Selamat pagi semua, perkenalkan namaku Kwon Boa, kalian bisa memanggilku Boa. Mulai hari ini aku akan bersekolah di sini dan berada di kelas ini, jadi mohon bantuannya semua, semoga kita berteman dengan baik." Senyum ramah diberikannya sambil memandangi satu persatu teman-teman sekelasnya. Dan lagi-lagi pria yang ia pandangi tadi masih sibuk dengan bukunya. Sempat ia melihat pria itu menoleh sebentar dan segera kembali lagi dengan dunianya, membuat sedikit perasaan kecewa tercetak dalam hatinya.

"Kau bisa duduk di sana, ada bangku kosong disamping Jung Yunho. Jung Yunho, silahkan angkat tanganmu." dengan sigap Yunho mengangkat tangannya. Boa berjalan ke arah Yunho dan duduk di sampingnya. Senyum manis diberikan Boa saat Yunho menatapnya. Diulurkan tangannya, berusaha berkenalan dengan pria di sampingnya itu.

"Aku Kwon Boa. Kau?"

"Jung Yunho. Senang berkenalan denganmu Boa-ssi"

"Ah, tidak perlu terlalu formal begitu Yunho-ah, panggil aku Boa saja." wajahnya memerah merasakan genggaman Yunho pada telapak tangannya. Senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya sedari tadi.

Yunho menyimpan buku bacaannya kembali dan mengeluarkan buku pelajaran yang akan digunakan. Tatapannya fokus ke arah seonsaengnim yang sedang membagikan kertas ulangan fisika mereka seminggu yang lalu. Jelas terlihat raut teman-temannya yang menampakkan wajah horor setelah melihat hasil ulangan mereka. Ada yang berpandangan datar, tersenyum kecut, bahkan yang hampir menangispun ada. Dia jadi heran, apa mereka tidak belajar di rumah, padahal ia sendiri tidak butuh waktu lama mengerjakan soal yang diberikan.

"Selamat Yunho-ya, kau mendapat nilai sempurna lagi untuk ulangan kali ini." senyum bangga diberikan sang guru fisika melihat murid unggulannya satu itu. Guru manapun tidak akan pernah khawatir dengan nilai ulangan muridnya ini, tanpa mengoreksi jawabannya pun setiap guru di sana pasti sudah tahu angka berapa yang akan mereka tulis sebagai nilai dari hasil buah pikir seorang Yunho. Namun walau sudah jadi rahasia umum seberapa pintarnya Yunho, tidak pernah ada satu murid pun yang berani meminta contekan padanya. Sungkan mungkin. Apalagi Yunho adalah tipe pria yang pendiam.

Yunho melihat kertas ulangannya sebentar, kemudian melipatnya, ingin memasukkan ke dalam tas, namun dengan tiba-tiba gadis di sampingnya merebut kertasnya.

"Waahh, nilai sempurna? Kau pintar sekali, padahal kan fisika itu pelajaran yang sulit, bagaimana bisa kau mendapatkan nilai sebaik ini Yunho-ah?" Boa terlihat sangat kagum dengan nilai ulangan pria di sampingnya itu. Tentu saja, disekolahnya dulu tidak ada murid yang bisa mendapat nilai sempurna seperti Yunho.

"Tentu saja karena aku belajar. Lagi pula soalnya tidak terlalu sulit kok."

"Apanya yang tidak terlalu sulit, aku saja mungkin hanya bisa mengerjakan 2 soal."

"Kau akan bisa mengerjakannya dengan mudah kalau kau rajin belajar."

"Baiklah. Eumm, Yunho-ah, maukah kau mengajariku beberapa pelajaran yang tidak aku mengerti nanti? Aku punya beberapa kesulitan dalam beberapa pelajaran. Kau mau kan?"

"Tentu. Aku akan mengejari apa yang aku tahu."

Perasaan bahagia luar biasa seketika dirasakan Boa saat kata-kata itu keluar dari pria yang mulai menarik perhatiannya, bahkan senyuman tampan pun sempat ia lihat dari bibir bentuk hati pria di hadapannya. Ingin rasanya ia berteriak kegirangan mengapresiasikan kebahagiaannya saat ini.

Pelajaran kedua hari ini selesai, menandakan saatnya semua siswa sekolah tersebut harus pulang ke rumah masing-masing. Pulang? Kalian tidak lupa kan hari ini akan pulang cepat. Yunho membereskan semua barang-barangnya ke dalam tas dan berjalan ke arah luar kelas. Boa yang melihat Yunho sudah hampir melewati pintu dengan segera meneriaki nama pria itu."

"Yunho-ah."

Yunho menoleh ke arah belakang, melihat siswi baru itu berlari ke arahnya sambil lagi-lagi tersenyum. Apa ia tidak lelah tersenyum terus dari tadi.

"Maukah kau mengentarku ke gerbang sekolah? Aku lupa jalan ke sana, tadi saja hampir tersesat mau ke ruang kepala sekolah."

"Baiklah, ayo, kebetulan aku juga akan kesana."

Mereka keluar kelas menuju gerbang sekolah bersama. Boa tidak berhenti menanyakan ini itu tentang sekolah ini, membuat Yunho kewalahan menjawab semua pertanyaannya. Terus saja begitu hingga mereka telah sampai di lantai dasar gedung sekolah. Satu tikungan lagi dan mereka akan menemukan gerbang sekolah.

"HYUUUUUNG…"

Bruk

"Yak! Food monster menyebalkan, kenapa mengagetkanku begitu sih."

"Ehehe. Jangan marah hyung, aku kan hanya rindu padamu."

"Kalaupun rindu tidak perlu memeluk sekencang ini kan. Lepaskan aku, bisa-bisa aku mati kehabisan nafas."

"MWO? Jangan mati sekarang hyuuung, aku menyayangimu." namja tinggi yang tadi memeluk Yunho secara tiba-tiba itu malah kembali memeluk pria yang ia panggil hyung tadi dengan lebih erat, membuat yang dipeluk benar-benar tidak bisa bernafas.

"Pabo Changmin, lepaskan pelukanmu."

"Baiklah." senyum innocent terbentuk pada bibir pria yang dipanggil Changmin tadi. Tangannya kemudian menggandeng tangan Yunho, berelayut seperti anak kecil. Yunho hanya bisa menghela nafas pasrah melihat pria yang lebih muda dua tahun darinya itu kembali bertingkah seperti anak kecil. Menyusahkan sih sebenanya, tapi Changmin sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, jadi hanya kata maklumlah yang muncul dalam hatinya.

"Hyung, hari ini kan pulang cepat, bagaimana kalau kau menemaniku ke toko kaset lalu kita ke game center, aku traktir deh kau main disana. Ya, mau ya hyung?"

"Maaf Min, tapi aku tidak bisa sekarang, nanti saja ya."

"Tidak bisa lagi? Hyung sudah mengatakan tidak bisa 3 kali, dan ditambah sekarang jadi sudah 4 kali. Hari ini kan pulang cepat, jadi hyung punya waktu luang. Lagi pula pacarnya hyung kalau siang begini kan sibuk di kantor dan baru bisa menjemput hyung sore nanti, jadi selama siang ini hyung menemaniku saja ya, yaa… mau ya hyung." puppy eyes yang sebenarnya sangat gagal itu dilayangkan Changmin ke arah hyungnya, berharap orang yang ia gandeng mau memenuhi permintaannya. Bukannya luluh, Yunho malah ingin sekali menggeplak wajah sok imut di sampingnya itu.

"Kau ini. Pertama, aku diminta Jaejoong ke kantornya sepulang sekolah, aku sudah memberitahunya kalau hari ini pulang cepat dan sebentar lagi mobil Jaejoong akan menjemputku. Kedua, Jaejoong itu bukan pacarku. Ketiga, hentikan wajah menyebalkanmu itu, kau mau merasakan kepalan tanganku hah?"

"Kenapa malah memberitahunya sih hyung, kau ini bagaimana, aku kan mau main bersamamu lagi. Dan kau bilang Jaejoong hyung bukan pacarmu? Bagaimana bisa, bahkan aku sempat melihat kalian berciuman dalam mobil saat pulang sekolah kemarin, dan kalian berciuman sangaaat lama, apa itu tidak bisa dibilang sedang berpacaran hum?" dalam seketika wajah cemberut Changmin berubah menjadi ekspresi evil, kebiasaannya kalau sudah menggoda Yunho hyungnya. Sebenarnya ia sudah tahu sih bagaimana bisa Yunho dari 3 hari yang lalu hingga sekarang tidak pernah pulang ke rumah kecilnya dulu, selama ini Yunho tinggal di apartemen Jaejoong karena kejadian di bar waktu itu. Changmin sebenarnya bisa mengerti jika mungkin saja hyungnya disuruh tinggal disana agar apa pun yang diperintahkan Jaejoong bisa cepat terlaksana. Tapi bagaimana dengan ciuman mereka yang ia lihat kemarin? Membuat ia jadi heran dengan hubungan antara Yunho dan Jaejoong.

"A-apa? tidak ada apa pun kok kemarin. Sudahlah, sepertinya mobil Jaejoong sudah ada di depan sekarang." Baru saja Yunho ingin melanjutkan perjalanannya yang tertunda ke gerbang sekolah, tangannya sudah ditarik kembali ke tempat ia berdiri tadi dengan Changmin

"Tidak bisa hyung, aku ingin bermain bersamamu hari ini, kau terlalu banyak menghabiskan waktumu dengan Jaejoong hyung, kau tidak pernah lagi mengajariku belajar dan menemaniku bermain PS."

"Ayolah Changmin, mengertilah, aku—"

"Ekhemm." suara deheman yang cukup keras sukses menghentikan perkelahian 2 makhluk tampan itu, membuat mereka mengalihkan perhatian kepada si gadis yang berdehem tadi.

"Ah, nugu?" respon pertama dari Changmin membuat raut masam yang sempat tercetak pada wajah gadis itu sekarang terganti dengan raut ceria kembali. Hampir saja ia lumutan sambil shock mendengar percakapan hyung-dongsaeng dihadapannya ini. Yunho sudah punya pacar katanya? Dan bahkan sempat berciuman? Dengan seseorang yang tadi Changmin panggil hyung? Ah, ia jadi bingung sekarang, tidak mungkin kan siswa teladan seperti Yunho berani berciuman diusia segini, apalagi dengan sesama jenisnya. Tidak masuk akal pikirnya.

"Aku Kwon Boa, kau bisa memanggilku Boa. Aku murid pindahan di sini dan sekelas dengan Yunho."

"Ooh, jadi kau temannya Yunho hyung ya. Perkenalkan, aku Shim Changmin, dongsaeng dari Yunho hyung. Senang berkenalan denganmu noona."

"Tidak, dia hanya tidak sengaja menjadi dongsaengku." Yunho ikut menimpali perkenalan yang sempat dilontarkan Changmin.

"Yak! Hyung, kau kejam sekali."

"Sudahlah, maafkan aku Min, aku tidak bisa menemanimu lagi kali ini. Aku pasti sudah ditunggu Jaejoong di depan, ayo ke gerbang sekarang."

Dan benar saja, seorang Kim Jaejoong dengan setelan jasnya sudah ada di depan sekolah, bersandar sambil melipat tangannya di samping mobilnya. Yunho jadi berjalan lebih cepat menghampiri Jaejoong, meninggalkan dua orang yang tadi berjalan di belakangnya. Sebelum masuk ke dalam mobil, Yunho menyempatkan diri menatap Changmin, menyalurkan permintaan maafnya melalui pandangannya, sungguh sebenarnya ia merasa sangat bersalah kepada tetangga yang sudah ia anggap adiknya sendiri itu. Selama ini Yunho pasti menyepatkan diri belajar bersama Changmin, mengajari setiap apa yang tidak diketahui dari adik tingkatnya itu. Walau mereka berbeda 2 tahun, tapi Changmin hanya berselisih satu tingkat dengannya. Changmin memang bersekolah lebih cepat.

Melihat hyungnya yang merasa bersalah itu dengan cepat senyuman menenangkan diberikan Changmin. Ia cukup mengerti dengan keadaan Yunho sekarang. Yunho segera masuk ke dalam mobil, dan mereka pun berlalu dari sekolah, menyisakan Changmin yang hanya bisa menghela nafas dan Boa yang terlihat heran dengan sejuta pertanyaan yang sepertinya sedang membayangi otaknya.

"Changmin-ah, pria tadi itu siapa?"

"Eummm, kekasihnya." cengiran polos Changmin kembali lagi.

"Kekasih? Kau bercanda kan? Dia tadi laki-laki, aku tahu itu, mana mungkin Yunho berpacaran dengan laki-laki."

"Entahlah. Aku akan pulang sekarang Boa noona. Aku duluan ya." Changmin kemudian berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah. Ke toko kaset sendirian sepertinya tidak jadi masalah.

Sementara Boa hanya bisa bingung memikirkan perkataan Changmin tadi. Apa benar mereka berpacaran? Tapi mereka sesama laki-laki. Karena semakin bingung akhirnya ia memutuskan segera pulang, mungkin apa yang ia bingungkan bisa ia tanyakan kepada Yunho langsung besok.

~####~

Jaejoong dan Yunho sekarang telah sampai di sebuah perusahaan elektronik milik keluarga Kim, yang sekarang telah dikendalikan oleh Kim Jaejoong. Mereka kini telah berada dalam ruang kerja sang Presdir. Yunho duduk dengan nyaman pada sofa hijau yang ada diruangan itu sambil memandangi ruangan yang bisa dikatakan mewah itu. Tidak terlalu banyak barang mewah sebenarnya, tapi dekorasi ruangan dan beberapa hiasan sudah mampu menyulap ruangan yang sedikit bernuansa pink ini terlihat wow dimata siapa pun yang melihatnya, termasuk Yunho sekarang.

"Yunnie, bisakah kau membantuku menyelesaikan dokumen-dokumen ini? Aku sedikit kesulitan." Jaejoong yang sedari tadi sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya mulai lelah juga. Mungkin Yunho bisa sedikit membantu pekerjaanya pikirnya.

Yunho beralih duduk di kursi dihadapan Jaejoong sekarang dan mulai menggeluti kertas-kertas yang menggunung di hadapannya. Ia sudah cukup mengerti apa yang harus ia lakukan. Jaejoong sering memintanya menyelesaikan dokumen-dokumennya saat sudah di apartemen.

"Aku akan keluar sebentar menemui Junsu, kau tetap di sini saja ya." Jaejoong berjalan ke arah pintu menuju ruangan Junsu yang tidak jauh dari ruangannya.

Jaejoong segera masuk ke dalam ruangan managernya itu tanpa mau repot-repot mengetuk pintu terlebih dahulu. Baru beberapa langkah masuk dan Jaejoong sudah disuguhkan dengan suara desahan Junsu. Pandangannya segera mengarah pada sisi kanan ruangan, tempat dimana suara desahan tadi berasal dan betapa terkejutnya ia melihat Junsu sudah hampir topless, semua kancing bajunya terlepas, membuat seorang namja berwajah playboy dengan leluasa menciumi setiap inci kulit kecoklatan milik pria di bawahnya.

"Yak! Apa yang kalaian lakukan hah? Ini masih di kantor jika kalian lupa. Dan kau Park Yoochun, berhenti menciumi tubuh sepupuku." Dengan cepat yang diteriaki membenarkan posisinya, menatap wajah Jaejoong yang sedang murka ke arah mereka. Junsu hanya bisa tertunduk malu karena ketahuan hampir bercinta dengan kekasihnya, sedangkan Yoochun hanya memberikan cengiran melihat tingkah sepupu kekasihnya itu yang sudah mempoutkan bibirnya kesal.

"Ma-maafkan aku Joongie, Chunnie tiba-tiba saja menyerangku tadi."

"Huuuhh, kekasihmu itu terlalu mesum kau tahu."

"Seperti kau tidak saja." Yoochun ikut menimpali, tidak terima jika dibilang mesum, walau sebenarnya ia sadar jika ia memang mesum.

"Yak! Aku tidak mesum. Dan walaupun aku mesum tapi tidak semesum kau." Jaejoong juga jadi ikut tidak terima jika dikatakan mesum. Dia tidak mesum, tapi hanya seorang uke agresif saja.

"Sudah, sudah. Joongie, ada apa kesini?"

"Aku mau mengambil laporan hasil rapat kemarin."

"Tunggu sebentar." Junsu segera memeriksa tumpukan dokumen yang ada di meja kerjanya, mencari laporang yang diminta Jaejoong barusan.

"Oh iya Joongie, kulihat tadi kau bersama Yunho ya? Kau membawanya kesini?" Yoochun bertanya saat tidak sengaja melihat sepupu kekasihnya itu bersama seorang pelajar. Sebenarnya Yoochun belum pernah melihat Yunho, tapi melihat seorang pria yang datang bersama Jaejoong dan masih mengenakan seragam sekolah membuatnya yakin jika itu adalah Yunho, pria yang sering diceritakan Jaejoong pada kekasihnya.

"Iya. Yunnie pulang cepat hari ini, jadi aku bawa saja kesini, daripada aku bosan sendirian di ruangan."

"Ini laporan yang kau minta."

Jaejoong memeriksa sebentar kertas-kertas yang diberikan Junsu barusan, sedangkan sang pemberi kertas sudah duduk kembali pada tempatnya tadi. Melihat Jaejoong fokus pada kertasnya, Yoochun dengan berani mengambil kesempatan kembali menggerayangi tubuh kekasihnya. Tangannya dengan nakal menelusup masuk ke dalam kemeja Junsu yang masih berantakan, baru saja Junsu ingin protes tapi mulutnya sudah lebih dulu dibekap dengan bibir Yoochun, membuatnya tidak bisa mengeluarkan suara. Kancing kemeja Junsu kembali dibuka, dan setelahnya jari-jari Yoochun sudah dengan leluasa mengerjai dada Junsu, memelintir nipplenya dengan lembut.

"Baiklah Su-ie, aku ba—"

"—yak! Kalian ini, bisakah tidak mesum sebentar saja, tidak lihat apa aku masih disini." lagi-lagi Jaejoong memasang wajah kesal melihat tingkah pacar sepupunya itu yang selalu mengeluarkan sifat mesumnya tidak kenal tempat dan waktu, membuatnya iri saja.

"Aku tidak bisa tahan melihat Su-ie, jadi sebaiknya kau cepat keluar jika tidak ingin melihat kami bercinta." Yoochun kembali menciumi Junsu setelah dengan 'halus' mengusir Jaejoong dari ruangan kekasihnya.

"Mwo? Kau berani mengusirku? Enak saja. Huh, lain kali aku suruh semua security disini melarangmu masuk jika kau kesini lagi nanti."

"Kenapa kau kejam sekali Joongie. Daripada kau marah-marah disini, lebih baik kau kembali ke ruanganmu dan menyerang Yunniemu sana, mumpung dia ada disini. Aku beri tahu ya, bercinta di ruang kerja itu lebih nikmat loh. Cobalah cari sensasi yang berbeda saat bercinta." Yoochun menyeringai melihat perubahan wajah Jaejoong yang jadi semangat. Bujukannya berhasil sepertinya.

"Huh, aku akan kembali ke ruanganku. Silahkan lanjutkan urusan kalian. Ingat, jangan sampai ada karyawan lain yang dengar desahan kalian."

Jaejoong segera keluar dan dengan tergesa menuju ruangannya. Dibukanya pintu ruangan, dan hal pertama yang ia lihat adalah punggung Yunho yang sudah tidak memakai seragamnya lagi, hanya singlet tipis hitam ketat yang menutupi tubuh seksinya, membuat Jaejoong harus meneguk ludah merasakan gairahnya naik tiba-tiba. Ia jadi teringat perkataan Yoochun. Seks di ruang kerja? Sepertinya memang patut dicoba. Dokumen yang dibawanya tadi diletakkan begitu saja di atas meja di depan sofa, perlahan ia berjalan ke arah Yunho yang masih terlihat konsentrasi, kemudian memeluk tubuh tegap itu dari belakang.

"Serius sekali. Kau kepanasan ya, keringatan begini." dengan lembut tangan Jaejoong mengusap keringat yang mulai membanjiri kening dan leher Yunho, kemudian kecupan manis diberikan Jaejoong pada pipi pria berkulit tan tersebut. Yunho sendiri sebenarnya jadi gugup saat nafas Jaejoong sangat terasa pada lehernya, apalagi Jaejoong malah mengecup pipinya.

"Aku tidak menemukan remot ACnya, jadi terpaksa aku melepas seragamku, panas sekali."

"Ah, tunggu sebentar." Jaejoong beranjak dan mengambil remot AC yang ada dalam laci mejanya, menurunkan suhu AC agar lebih dingin.

"Sudah." Jaejoong kembali ke posisinya semula, memeluk Yunho dari belakang dan mulai menciumi leher pria itu.

"Jo-joongie." Yunho jadi risih dengan tingkah Jaejoong, apalagi sekarang tangan sang uke sudah mulai bergerak menyentuh dadanya yang tercetak jelas dibalik singlet ketatnya, membuatnya menahan nafas beberapa saat.

"Eemmmhh… Yunhh…" lidah Jaejoong mulai ikut andil dalam kegiatannya merangsang si seme. Kecupan-kecupan ringan hingga kuat didapat Yunho, membuat fokusnya jadi hilang seketika.

"Ini masih di kantor Joongie."

"Tapi aku mau sekarang Yunnie… ayolah."

"Ta-tapi, kalau ada yang lihat dan dengar desahan kita bagaimana?"

"Pintunya sudah kukunci dan ruanganku kedap suara. Tidak ada yang akan masuk dan kita bebas mendesah sekeras apapun sayang. Jadi sekarang puaskan aku." Dengan cepat Jaejoong berpindah ke hadapan Yunho, duduk di pangkuan pria itu dan langsung memagut bibirnya dengan kasar. Nafsunya sudah tidak bisa dikendalikan.

Dalam beberapa menit ciuman panas itu terus berlangung. Tangan Jaejoong melingkari leher Yunho sambil mendorong kepala itu agar semakin dalam menciumnya. Jejak saliva sudah terlihat dari tadi, keluar dari sela-sela bibir Jaejoong dan turun hingga leher pria cantik itu. Kepala mereka bergerak-gerak ke kiri-kanan, mecari posisi paling pas untuk mengerjai mulut lawannya. Kehabisan nafas membuat mereka menjauhkan kepala masing-masing. Nafas mereka memburu, berusaha mengisi kekosongan paru mereka yang sempat kosong beberapa saat tadi.

"Joongie, kau yakin akan melakukannya disini? Kalau ruanganmu kotor bagaimana?"

"Jangan perdulikan ruangannya nanti kotor atau tidak, yang penting sekarang puaskan aku, aku sudah tidak tahan Yunnie."

Jaejoong kembali mencium bibir Yunho yang ingin mengeluarkan protesannya lagi, sungguh ia jadi sangat bernafsu sekarang. Lidahnya dengan cepat menjilati apapun yang bisa dijangkau dalam gua hangat itu. Tangannya mulai aktif meraba tubuh Yunho dari balik pakaiannya, memainkan nipplenya yang mulai menegang.

Ciuman mereka kembali terlepas. Jaejoong menatap sayu Yunho yang mulai ikut bernafsu seperti dirinya. Sepasang tangannya mengalungi leher Yunho, mendekatkan tubuhnya dan wajahnya pada telinga pria yang memangkunya. Menggeliat sebentar sebelum mengucapkan kata-kata kotor yang membuat nafsu siapapun akan naik drastis.

"Sentuh aku Yun, buat aku kenikmatan, buat aku mendesah dengan keras, buat aku klimaks hanya dengan lidah panasmu, rasuki aku dengan kejantanan besarmu, puaskan aku dengan cara bercintamu yang kasar. Aahhhh…" Yunho dengan cepat menyambar leher yang sudah tersaji dihadapannya, menjilati dan menyedotnya dengan kuat, meninggalkan warna merah menyala yang sangat kontras dengan kulit putih susunya. Demi uang jajannya yang sekarang sangat cukup, nafsunya untuk menyetubuhi makhluk cantik dipangkuannya ini benar-benar besar. Seperti kata Jaejoong tadi, bermain kasar untuk memuaskannya.

Jari-jari tangan Yunho dengan cepat membuka kancing kemeja yang Jaejoong kenakan sambil mulutnya terus memberikan kissmark pada leher pria itu. Selesai dengan kemeja, masih ada singlet putih yang menutup tubuh Jaejoong. Karena tidak sabar dan tidak ingin melepas mulutnya dari leher Jaejoong, dengan kasar Yunho merobek kain itu, membuatnya jadi dua bagian. Dijulurkan lidahnya menuju dada bulat dengan nipple merah muda itu, menjilati dada menggoda milik Jaejoong dan berakhir dengan nipplenya yang berada dalam mulut hangat Yunho. Dihisapnya dengan kuat nipple yang sebenarnya sudah tegang dari tadi itu dan sesekali menggigitnya dengan keras, membuat erangan sekaligus desahan keluar bersamaan dengan nyaring.

"Yunhh… oohhh… nikmat sayanghh... gigit lagi, gunakan gigi dan lidahmu sekaligus." Jaejoong mendorong kepala pria yang mengerjai dadanya itu semakin tenggelam dalam dadanya sambil tangannya terus mengacak bahkan sesekali menjambak rambutnya saat Yunho sudah bermain kasar dengannya.

Sesuai yang diminta Jaejoong, Yunho menggunakan gigi sekaligus lidahnya untuk mengerjai dada yang ada dalam mulutnya. Digigitnya nipple Jaejoong yang sudah sangat keras, lidahnya menyapu permukaan nipple itu sambil sesekali menyedotnya seperti bayi yang menyusu. Jaejoong hanya bisa menggelinjang kenikmatan merasakan nipplenya dipermainkan dengan kasar. Selesai dengan dada yang satu, sasaran mulut Yunho beralih dengan dada Jaejoong yang satu lagi, mempermainkannya sama seperti dada yang sebelahnya.

Ciumannya kembali turun menuju perut Jaejoong. Tahu Yunho yang agak kesusahan dengan posisi mereka, Jaejoong menyandarkan tubuhnya pada sisi meja di belakangnya. Ciumannya terus turun hingga batas celana Jaejoong. Yunho ingin membuka kancing celana kain itu namun segera ditahan yang punya celana. Jaejoong turun dari pangkuan Yunho, kembali menyatukan bibir mereka dengan panas. Dilepasnya sebentar ciumannya tadi sekedar untuk meloloskan pakaian Yunho dari tubuhnya dan setelahnya kembali berciuman. Tangan Jaejoong mengelus abs kesukaannya sebentar sebelum turun ke arah celana sekolah Yunho. Dengan cepat tangannya bekerja membuka resleting celananya dan melepas celana Yunho sekaligus dalamannya, melemparkannya dengan asal. Ditatapnya dengan intens kejantanan besar yang sudah mulai menegang itu, meneglusnya sambil tersenyum menggoda.

"Little Yunnie sudah tegang eoh?" Jaejoong terus saja mengelus kejantanan yang ada dalam genggamannya tanpa ingin berbuat lebih, membuat Yunho jadi kesal.

"Jangan hanya dielus begitu Joongie, lakukan yang lebih dari itu."

"Katakan apa yang kau mau sekarang."

"Enghh… masukkan kedalam mulutmu, aku ingin merasakan mulut hangatmu."

Jaejoong menyeringai sebentar sebelum mengabulkan keinginan Yunnienya, sudah sangat bernafsu ternyata semenya. Lidahnya menjilati permukaan hangat batang itu sebelum meneggelamkannya dalam mulut mungilnya. Disedotnya dengan kuat benda yang ada dalam mulutnya sambil sesekali lidahnya juga ikut bergerak.

"Aahhh… Joongiehh… terus, nikmat sekali." kepala Yunho mendongak menikmati setiap service yang diberikan Jaejoong. Tangannya menggenggam rambut Jaejoong, menuntun kepala itu agar mengeluar-masukkan miliknya dalam mulut hangat itu. Ditolehkannya sebentar kepalanya menatap ke arah bawah, dan yang ia dapatkan adalah nafsunya yang makin meningkat melihat kejantanannya timbul tenggelam dalam mulut Jaejoong. Ia sudah benar-benar tidak tahan ingin segera memasukkan kejantanannya yang serasa hampir meledak itu dalam lubang yang lebih sempit dan hangat dari sekedar mulut. Tangannya menarik cepat kepala Jaejoong, melepaskan kejantanannya hingga bunyi plop terdengar jelas.

"Aku ingin holemu Joongie. Aku ingin sekarang." Jaejoong sedikit kaget mendengar Yunho yang lebih dulu meminta permainan inti mereka segera dimulai. Namun setelahnya seringaian nakal yang Jaejoong berikan.

"Hari ini kau bernafsu sekali sayang. Baiklah jika itu maumu." Jaejoong menaiki meja kerjanya yang sebelumnya semua kertas yang ada disana ia jatuhkan semua ke lantai, membuat ruangan itu terlihat seperti habis terkena gempa bumi dahsyat. Dilepasnya sendiri celananya dan membuangnya dengan asal. Direbahkan tubuhnya di atas meja dan merentangkan kakinya dengan lebar, memamerkan kejantanannya yang sudah basah dengan precumnya sendiri dan hole merah muda yang berkedut dengan kuat, mengundang pria dihadapannya agar segera menancapkan batang kebanggannya ke dalam sana.

"Nikmati lubangku sayang, jemput kenikmatanmu sendiri." dirty talk kembali dilayangkan Jaejoong. Memang benar kata Yoochun, uke satu ini memang sangat mesum.

Mulut Yunho dengan segera menjilati kejantanan Jaejoong, merasakan precum kesukaannya yang terus keluar dari kepala batang keras itu. Jilatannya turun ke arah lubang yang sebentar lagi akan ia masuki. Menjilatnya sebentar, membuat lubang sempit itu jadi sedikit licin, kasihan juga kalau Jaejoong harus kesakitan nanti.

Selesai menjilati hole Jaejoong, Yunho menyiapkan kejantanannya. Dengan sekali hentakan, kejantanan besar itu langsung masuk sempurna, menyisakan jeritan kesakitan Jaejoong. Beberapa saat Yunho mendiamkan kejantanannya disana, membiarkan Jaejoong meredakan sakitnya sebentar. Ingin sekali sebenarnya ia bergerak dengan kasar saat itu juga. Walau sudah sering kali ia masuki, lubang itu selalu menjepitnya dengan nikmat.

"Bergeraklah Yun."

Mendapat persetujuan, Yunho segera menggerakkan miliknya dengan perlahan. Jaejoong juga terlihat menikmati setiap gerakkan yang Yunho ciptakan.

"Yunhh… bergerak yang cepat. Aku bilang tadi kan kita bermain kasar."

Mata sayu penuh nafsu itu seperti telah menyihir Yunho, membuat seluruh saraf dalam otaknya bekerja cepat merespon perkataan yang Jaejoong lontarkan. Tanpa disuruh dua kali, Yunho segera menghentak-hentakkan kejantanannya dengan cepat, bergerak dengan liar menikmati jepitan kuat dari hole yang ia kerjai. Tangannya mencengkram dengan kuat kedua paha Jaejoong, melebarkannya lebih dari yang awal. Geraman nikmat keluar begitu saja dari mulutnya, berlomba dengan desahan-desahan kenikmatan dari Jaejoong karena sweet spotnya terus-terusan ditumbuk dengan keras.

"Errghh… Joongiehhh…"

"Yunhhh… oohhh… lebih kuat sayang."

"Aaahhh… enghh… Yunniehhh…"

Mata Jaejoong kembali terbuka setelah dari tadi tertutup karena terlalu menikmati permainan mereka. Hal pertama yang ia lihat adalah ekspresi kenikmatan Yunho. Ia selalu senang melihat pemandangan ini, melihat Yunnienya terbawa dengan kenikmatan karenanya, mendengar geraman nikmat yang bercampur dengan desahannya, merasakan gerakan-gerakan liar yang alami karena keinginan Yunho sendiri, membuatnya merasa jadi manusia paling beruntung karena mampu mambuat Yunho hingga seperti sekarang, dan semua karenanya.

Bermenit-menit mereka lewati dengan gerakan-gerakan tidak biasa hingga Jaejoong merasa klimaksnya sudah dekat. Lubangnya berkedut lebih kuat, meremas kejantanan yang ada di dalamnya jadi terasa seperti diperas.

"Yunhh… akuhhh… sedikit lagi akuuu… ah Yunnie lepas, kenapa ditutup begitu." Jaejoong jadi kelabakan sendiri saat ia sebentar lagi akan klimaks, jalur keluar spermanya malah ditutup oleh Yunho.

"Jangan keluar duluan, aku ingin meminum cairanmu nanti." Yunho semakin cepat menggerakkan pinggulnya, mengabaikan Jaejoong yang sekali lagi dibuat terkejut dengan keinginan Yunho. Yunnienya hari ini memang sangat liar.

Hentakan terakhir cairan Yunho berhasil memenuhi lubang hangat itu dan setelahnya tangannya yang tadi menutupi jalur keluar Jaejoong segera dilepas. Cairan Jaejoong keluar dengan deras membasahi tangan Yunho dan perutnya, bahkan sampai meluber ke meja tempat Jaejoong terbaring sekarang. Lidahnya langsung bekerja mejilati cairan manis yang ada di tangannya hingga bersih. Dikeluarkannya kejantanannya dan kemudian menjilati selruh permukaan tubuh Jaejoong yang tertempel oleh cairan manis itu hingga benar-benar tidak tersisa.

Yunho terduduk lemas dikursi yang ia duduki dua jam yang lalu. Sunguh melelahkan pikirnya. Tidak tahu kenapa tapi nafsunya kali ini sangat besar. Matanya tertuju pada Jaejoong yang terbaring lemas di atas meja. Kakinya masih mengangkang seperti tadi, memamerkan kejantanan yang sudah mengecil dan lubang yang, eerrr… bisa dibilang nikmat menurut Yunho. Walau hanya kedutan kecil yang ia lihat, tapi lubang itu telah penuh dengan cairan putih kental miliknya yang keluar dan menetas ke atas meja. Rasanya ia jadi ingin menjilati cairannya sendiri sekarang.

Yunho berjalan ke arah Jaejoong yang masih mengais oksigen demi memenuhi parunya kembali. Perlahan dijulurkan lidahnya menjilati lubang yang ia perhatikan tadi, meresapi rasa cairannya sendiri. Walau tidak semanis milik Jaejoong, tapi teta saja jika itu kelaur dari tubuh Jaejoong ia akan menikmatinya. Jaejoong yang merasakan benda lunak bergerak-gerak di area lubangnya jadi menoleh ke arah selatan tubuhnya. Kepala Yunho sudah tenggelam disana. Bisa ia rasakan lidah Yunho sedang menjilati holenya, bahkan sudah mulai masuk ke dalam. Jaejoong lagi-lagi hanya bisa mengerang. Namun ada satu hal yang sebenarnya ia pikirkan dari tadi, ingin ia tanyakan langsung pada Yunho.

"Yunhh…"

"Enghhh… Yunnie, tunggu dulu, ada yang ingin aku tanyakan padamu."

"Ada apa?"

"Eummm… begini." Jaejoong kembali duduk dengan benar di atas meja, menatap dengan lembut iris kelam di hadapannya. Perasaan bahagia ia rasakan saat mata yang ia tatap itu juga menyalurkan perasaan hangat padanya.

"Eummm, aku ingin bertanya padamu. Bagaimana kalau…" wajah Jaejoong tiba-tiba berubah jadi merah padam, malu rasanya jika bertanya hal konyol seperti ini.

"Kalau?"

"Kalau suatu saat nanti aku hamil, hamil karenamu, apa yang akan lakukan nanti?" Jaejoong jadi semakin malu. Ditundukkannya kepalanya dalam sambil tersenyum. Yang ia harapkan adalah kata-kata bahagia yang akan membuat hatinya berbunga-bunga.

"Hamil? Jangan bercanda Joongie, kau laki-laki bukan perempuan, dan tidak ada laki-laki yang memiliki rahim, jadi mana mungkin laki-laki bisa hamil."

Senyum malu-malu yang tadi terkembang di bibirnya jadi memudar seketika. Benar kan kata Yunho, pria memang tidak bisa hamil, dan jelas-jelas ia seorang pria, bukan seorang transgender apalagi perempuan. Tapi tidak tahu kenapa rasanya sakit saat mendengar itu.

"Benar juga katamu, aku pria dan tidak mungkin hamil. Sebaiknya sekarang aku selesaikan pekerjaanku. Aigo, berantakan sekali jadinya." Jaejoong segera turun dari meja dan mencari pakaiannya yang tercecer kemana-mana. Yunho juga melakukan hal yang sama. Setelah berpakaian lengkap dan membereskan seluruh barang-barang agar kembali did tempatnya, Jaejoong dan Yunho kembali sibuk dengan dokumen-dokumen di hadapan mereka.

Sebenarnya Yunho sedikit heran dengan Jaejoong. Padahal di awal tadi Jaejoong sangat bernafsu sekali ingin bersetubuh, dan tidak pernah mereka selesai hanya dengan satu ronde, kecuali jika keadaan memang kepepet. Tapi sekarang? Wajah Jaejoong bahkan terlihat tidak semangat menatap kertas-kertas yang ia pegang dari tadi. Apa ada yang salah selama proses percintaan mereka tadi? Entahlah, Yunho sendiri tidak mengerti.

Malam tiba begitu cepat dan jam 11 ini mereka baru sampai di apartemen Jaejoong. Mereka segera memasuki kamar yang penuh dengan pernak-pernik pink itu. Jaejoong masuk ke dalam kamar mandi dan beberapa menit setelahnya telah segar kembali. Ia langsung memakai piyama tidurnya dan langsung bergelung dalam selimut, tanpa mengatakan apa pun kepada Yunho. Yunho semakin heran karena sejak tadi Jaejoong terus saja diam, padahal Yunho juga pendiam, jadi sedari tadi tidak ada interaksi apa pun dari mereka. Apa ia berbuat salah? Apa ia berbuat kasar pada Jaejoong tadi? Apa tadi ia tidak bisa memuaskan Jaejoong? Yunho yang pusing sendiri akhirnya memutuskan mandi dan setelahnya tidur di samping Jaejoong. Ditatapnya punggung mungil itu. Terbersit secuil rasa sedih melihat Jaejoong tidak bersemangat seperti biasanya. Ia lebih suka Jaejoong yang manja padanya, menatapnya dengan lembut, mencurahkan seluruh perhatian namja cantik itu padanya, bukannya seperti sekarang. Lelah dengan pikirannya sendiri akhirnya ia memutuskan untuk tidur. Tangannya melingkar pada pinggang Jaejoong, memeluknya dengan erat dan menenggelamkan kepalanya pada punggung pria yang ia peluk, berharap agar besok akan kembali seperti semula.

~TBC~

Yuhuuu~~ saya bawa sequel Nae Innocent Yunnie xD

Waaahh ga nyangka lagi-lagi wordsnya kebablasan begini saking asiknya bikin adegan enci xD #plak

Yang nunggu sequel NIY, ini sudah jadi. Yang minta multichap, iya ini aku jadiin multichap. Yang minta mpreg, sabar ye, ntar ada bagian emak hamil anak babeh kok :3

Gomawo atas semua review yang udah sempat kalian kirim untuk NIY, yang review kaga log in, aku jadi ga bisa bales, mau bales kemana soalnya u,u

Cukup cuap-cuap dari saya, semoga cerita ini bisa memuaskan readerdeul semua #civokatuatu

Sampai jumpa di chapter berikutnya… '-')/

#tebar kolor babeh