Katatonik
Cast: Hukum HunHan & KaiSoo +
Length: Chaptered
Tingkat: M
Warning : Mohon siapkan RCL. Author hanya manusia biasa. Kesalahan bisa terjadi kapan saja.
Disclaimer: Aku mencintai EXO. Biasku Chanyeol. Aku menyayangi HunHan & KaiSoo dan tak berpilih. Kita semua milik Tuhan. FF ini pure hasil khayalan " " .
~ ~ ~ Selamat Membaca ~ ~ ~
Baru saja dua bulan mereka hidup bersama, baru saja dua bulan mereka berlayar mengarungi samudera pernikahan, baru saja kebahagiaan terasa manis dan memabukkan. Kini, semua lenyap dan berganti luka yang menganga.
Benarkah?
Memang benar, ketika kisah sepasang kekasih yang disahkan untuk mengikat janji sehidup-semati serta untuk tetap bertahan dikala suka maupun duka. Itu hanya diucapkan dulu. Seakan perjanjian itu adalah sebuah jawaban dari sebuah kuis, dan pernikahan adalah hadiahnya. Hadiah besar yang terbungkus rapi dan indah.
Kenyataannya, banyak sesuatu yang menjadi kejutan setelah berhasil menjelajah isinya. Mengetahui setiap inci dari nya. Apa ada yang lebih membahagiakan bila dibandingkan dengan harapan yang terpenuhi? Jika ada segera beritahu dewi fortuna agar keberuntungan tak hanya datang pada kalian disana.
Bukan dusta yang aku dapatkan selama ini, bukan pula hal yang sengaja ditutup rapi dan sengaja tak terlihat. Semua telah dikisahkan kepadaku tentang apapun darinya. Watak yang terlalu tak mau tau dulu sekarang menjadi sebuah rutukan untuk diri sendiri. Bukan penyesalan. Ini berhubungan hanya dengan ketidak mauan mengetahui sesuatu yang mestinya bisa menjadi sebuah rumus dimasa yang akan datang.
Kai pov-
'Sebenarnya apa yang kau rasakan Soo ku?'
'Matamu, dia melukiskan luka yang tak terlihat! Sakit kah?'
'Sungguh, aku tak bisa melihat ironi yang ada didirimu!'
Sejumlah teka-teki menelusup kefikiran manusia yang bernama Kai. Selalu. Saat Istrinya –Kyungie nya tersayang dihinggapi sakit yang sering berulang.
"Orang yang memiliki gangguan kejiwaan ini, akan mengalami kelainan tingkah laku, afektif dan katatonik (kacau), gangguan ini bersifat menetap (bertahan cukup lama) atau berfluktuasi tinggi (antara sadar dan tidak sadar muncul bergantian tetapi tidak berkesudahan)."
Bukan berarti menolak. Ia hanya tak siap untuk itu. Seharusnya ia tak takut apa-apa ketika Kyungsoo roboh dihadapannya. Seharusnya ia tak shock ketika KyungSoo duduk setelahnya dengan mata terpejamnya, tidak tertidur, tidak pula bangun. Hal-KyungSoonya hanya sibuk dengan pikiran dan jiwanya yang sedang berfantasi sendiri. Setidaknya dalam hal ini Kai mengharapkan bisa menjadi orang pertama yang bisa membuat KyungSoo terhindar dari situasi yang sangat tidak adil. Seperti saat ini.
Kai meraih mesin penghubung, ia menekannya dan menelepon seseorang. Dr. Park Do Bi adalah tujuannya. Dokter yang telah dua kali membantunya dengan alasan yang sama.
"Hyung, isteriku…." Kai benar-benar tidak bisa meneruskan apa-apa dari kata yang hendak ia ucapkan. Ia terluka saat ini dan ingin membuang lukanya pada tetesan air disudut matanya.
"Ne, Gomawo!." Ia sedikit lega karena Dokter Park memenuhi permintaannya untuk kembali memeriksa sekaligus merawat isterinya.
Setelah menghampiri KyungSoo, Kai mengangkat tubuh yang entah sadar atau tidak itu dan membawanya menuju kamar mereka. Setidaknya ia orang pertama yang mengurus isterinya di keadaan yang payah seperti ini.
Sebenarnya Dokter ahli kejiwaan ini sedang memarahinya. Namun tidak dengan nada tinggi, ucapan kasar juga pukulan. Terdengar menasehati dan sekali-kali menohok ulu hati seorang suami yang sepertinya tidak memperhatikan isterinya dengan benar.
"Kai-ah, kau sepupu ku, aku menyayangimu sama seperti aku menyayangi adikku sendiri. Berhenti untuk tidak ingin tahu tentang Skizofrenia. Ini seharusnya menjadi hal terpenting bagimu saat ini. Apa yang ia rasakan tak bisa kau rasakan juga. Kalimat -'tak penting, aku menjaga dan mencintainya'- itu tak akan cukup untuk menyembuhkannya. Ini bukan seri film bergenre romance terikat kehidupan yang hanya ber Dewakan Amor. Pada kenyataannya seseorang yang kau cintai tak pulih hanya dengan 'cinta'. Jangan memiripkan kisahmu dengan istilah 'cinta adalah penyembuh'. Dengarkan aku –Hyngmu, jika cintamu hanya untuknya, berikan hidupmu untuk menyembuhkannya. Itu akan terlihat seimbang dengan kenyataan. Hyung tau kau cerdas, tak butuh apa-apa untuk sekedar bertindak. Kesembuhannya ada pada keinginanmu untuk membantunya untuk sembuh."
"Baiklah, aku mengerti Hyung. " Jawaban Kai mengakhiri pertemuan mereka hari itu.
"Kai, apa aku kambuh tadi?." Ucap KyungSoo. Matanya merah, kulitnya pucat. Keringatnya masih basah, itu pertanda belum lama tadi dia berada dalam keadaan kambuh.
"Jangan fikirkan Soo!." Ia memerintah sekaligus memohon. Sesungguhnya ia takut KyungSoo merasa bersalah dan tak habis-habisnya merutuki dirinya sendiri.
"Kenapa kau dulu menerimaku apa adanya, aku yang sakit ini hanya akan membuatmu sedih seumur hidup. Aku memang isteri yang tak berguna, aku bodoh, aku seharusnya tak menerima pinangan mu dulu. Atau aku seharusnya ma….emmp…ti… sa….hm…ja." Ternyata dugaan Kai benar. Ia akan menyalahkan dirinya sendiri. Selalu seperti itu. Salah satu reaksi sebelum kambuhnya seorang Skizofrenia. Kai tak akan membiarkannya terjadi. Ia menutup bibir KyungSoo dengan Kiss penuh arti darinya untuk sekedar mengalihkan fikiran salah yang selalu menghinggapi isterinya.
"Puk-puk." Tepukan sinyal dari KyungSoo didada, sukses membuat Kai tersadar dari ciuman memabukkan itu. Ia terpaksa melepasnya lalu menatap Kyungie-nya yang sedang mengatur kenormalan nafasnya.
"Kai-ah. Aku serius. Kau. Aku ini tak berguna kan? Bahkan nafasku saja sangat pendek!." KyungSoo mulai mengerutkan keningnya lagi.
"Tentu saja kau salah!." Kai sangat sedih saat ini. Miris yang ia rasakan seolah mencabik-cabik rongga lajunya pernafasan. Ia berbicara dengan getaran yang menandakan 'memohon' disertai gelengan ringan. Lalu ia mengecap buah cherry tak bertangkai tepat didepannya. Sungguh, ia sangat ingin menolong KyungSoo melupakan apapun kejadian yang membuat kepribadiannya pecah.
"Srettt.." Kai merasa terdorong sangat kuat kebelakang. Untung saja saat ini ia sedikit sadar hingga bisa mengendalikan diri nya yang hampir goyah. Ia berdiri agak jauh dari KyungSoo yang duduk ditepi ranjang mereka dan menghadap tepat kearahnya.
"Kai, bagaimana kalau kau menceraikanku saja.?" Berhenti mencintai orang yang tak waras sepertiku!" Nada oktaf tertinggi milik KyungSoo keluar secara mulus.
Ringisan, tangisan dan teriakan frustasi dihati Kai yang tak terlihat berganti menjadi tatapan 'tak peduli'. Ia melangkah lambat kearah KyungSoo sambil membuka satu-persatu pakaian ditubuhnya.
"Kai, aku ini kacau, gila dan tak berguna, jadi menjauhlah dariku!." Berbeda dengan Kai, ia menyuarakan kesedihannya lewat teriakan yang barusan ia ucapkan. Ia mundur menjauhi Kai.
"Tap,tap, kreeeet." Seolah tak mendengar apapun Kai mulai menapaki tubuh ranjang dengan merangkak. Menyisakan jarak yang sangat dekat dengan Kyungie-nya.
"Stop, kataku!..." . "Bughhhhhh!" . KungSoo meninju pipinya sendiri.
"Kai, ceraikan isterimu yang tak waras ini!"….."Bugh..Bugh…Bugh". Sekarang ia meninju dadanya beberapa kali.
"Sreeeet… duk…. Srettttt." Ia menyambar kedua tangan KyungSoo seolah memerintahnya untuk menghentikan pukulan keempat didadanya itu. Ia menduduki KyungSoo untuk membatasi pergerakan KyungSoo.
"Cup ... ehmp ... s .. Cup." Tampak sekali ia sedang berusaha keras menahan tubuh Kyungsoo yang memberontak liar. Kakinya menerjang-nerjang keatas kebawah tak beraturan. Wajah dan tubuhnya mengeliat kekanan kekiri. Namun Kai terus mengejarnya. Sedapat mungkin Kai bisa meraup bongkahan permen rasa manis tak bermerk itu. Kali ini, ia takkan berhenti sampai manusia termanisnya itu menyerah.
Gerakan tangan Kai melemah. Ia mengikuti Kyungsoo yang melemah lebih dulu dibawahnya. Ia melepaskan lips nya yang masih mabuk asmara. Ia membuka matanya. Menatap mata indah yang sangat ia dilakukan. Mata itu sayu, ia tak terpejam seperti yang Kai cemaskan barusan, tak pula ia mengedip. Cemas pun menyergap Kai lagi.
"Kyungie?, apa kau mendengarku?." Kai sangat cemas saat ini. Baru beberapa saat Kyungsoo sadar dan kini kambuh lagi?. Ia berbisik ditelinga Kyungsoo.
"Lakukanlah Kai!." Ucapan Kyungsoo yang pelan itulah jawabannya. Ia tersenyum. Ia menatap KyungSoo lagi. Mata indah itu hanya letih. Bukan tatapan kosong yang sering menghinggapinya saat itu kambuh.
"Mianhae, I love u soo ..." Senyuman KyungSoo terlihat, ia mengangguk pelan. Sungguh Kai sangat berterima kasih pada Tuhan saat ini.
Kai kembali lagi untuk menekuni dunianya yang sempat terhenti beberapa saat tadi. Kiss yang penuh cinta itu terjadi. Kali ini tangan Kai dengan sukarela membantu Kyungsoo menanggalkan pakaiannya. Bahkan Kai sempat berdo'a tak masuk akal saat ini. Ia memohon untuk menghentikan dunia detik ini juga.
Ia tahu, KyungSoo sangat lemah saat ini. Beberapa kali KyungSoo minta ia menghentikan sementara kegiatan kiss mereka hanya untuk menarik nafas. Ia maklum. Malah jika saja KyungSoo ingin menghentikan kegiatan ini, ia takkan menolak. Kai berusaha setenang dan selembut mungkin melakukannya dengan KyungSoo. Baru beberapa saat yang lalu dokter –hyungnya member obat penenang dan seharusnya ia masih tidur saat ini.
"Kai ... ehmmp ... apa kau tak mau meneruskannya? Mengap .. aa emh .. berhenti?." Kyungsoo menyuarakan suara terendahnya saat ini-terdengar seperti bisikan. Kai tersadar dari pikirannya yang sempat lari dari situasi.
"Kyung,,, ahhhhh….. apa kau kesah..ki..taannn….emh?." Kai tak bisa menahan suara polos yang keluar disela kalimat yang ia ucap.
"K…ai…. Cep…..at , …, mmm..engapa slow…uuhmmm!." KyungSoo terlihat sedikit frustasi. Pergerakan Kai yang lambat membuatnya lambat menyambut klimaks.
Sekarang ritme gerakan Kai bertambah, ia sudah mendapat izin dari pemilik untuk menyingkat waktu.
The "Aaaaaaahhhhhh, yang berpuasa K ... SAYA juga,,,, ehmmmmmmmmmahhhhhhhhhhhhh!."
KyungSoo pasrah seperti kehabisan tenaga. Ia membiarkan tubuhnya terkapar tak bertenaga. Kegiatan yang cukup melelahkan itu berakhir. Kai mengusap wajah Kyungsoo dengan tangannya, menyeka keringat yang cukup banyak keluar. Ia tahu, KyungSoo jauh lebih lelah darinya. Kai tersenyum manis sekali, namun Kyungsoo memejamkan matanya. Biarkan senyuman itu tak terlihat. Lebih tepatnya ia tak ingin memperlihatkan senyum terpaksanya itu. Akan ada senyuman seperti itu sampai kepedihan menyingkir.
Hari ini Kai bangun lebih awal. Ia memasak, dan menyiapkan sarapan. Ia tak mau Kyungie-nya terlalu banyak kegiatan setelah melewati hari melelahkan. Setelah selesai, ia meraih handuk dan berniat membersihkan diri.
"Zrashhh." Deras nya air yang menyiram tubuhnya seolah membawa semua kesialan dihidupnya. Tidak. Bukan kesialan. Ini hanya kesedihan. Karena bukan penyesalan yang ia rasakan. Ia hanya ingin Kyungie nya sembuh. Kali ini tekadnya searah dengan nasehat sang dokter.
Sepasang tangan tiba-tiba melingkar dipinggangnya. Benda kenyal yang ia yakini sebagai Lips itu menyentuh pundak bagian tengahnya. Kai sedikit merinding. Ia takut ia tergoda. Tidak untuk sekarang.
"Kai, dapat aku bekerja hari ini?." Kini kai merasakan kepala KyungSoo bergerak, tapi kali ini pipi kanannya yang menempel manja dipunggung Kai.
"..."
"Kaaaa…iiii?." Nada manja keluar. Tak bisa disanggah, tak ada yang lebih meluluhkan hatinya melainkan suara manja dari KyungSoo. KyungSoo memindahkan arah tubuh kai menjadi berbanding terbaik dari sebelumnya -menghadapnya. Ia berjinjit dan mendorong tengkuk Kai untuk menuju kearah bawah hidungnya. Lalu memejamkan matanya.
"Kau sebaiknya gosok gigi dulu Kyung!." Bibirnya berbisik lima centimeter dari milik KyungSoo.
"Aishh,",,, KyungSoo mendengus lalu berbalik.
Kai tersenyum. Mana mungkin ia bisa melakukannya lagi? Sedangkan KyungSoo akan bekerja nanti. Ia tak mau nanti KyungSoo berada disituasi berbahaya yang bernama kambuh itu lagi.
"Setelah ini, cium saja gosok gigi!. Kau dengar Kai!." Rupanya KyungSoo masih memelihara rajukannya tadi.
"Aku mengerti."
"MWO?" KyungSoo cengo… baru kali ini Kai sok tak mau… biasanya ia yang selalu minta duluan… Mari kita test sampai dimana kemunafikannya bertahan.
KyungSoo melepas semua bajunya perlahan. Lalu ia menari eksotis dihadapan Kai. Berdiri, duduk, lalu ia meliuk-liuk menggoda dilantai. Ia bangun pindah kehadapan Kai, lalu berjongkok.
"Hey, katakan 'tak tahan' pada Tuan mu yang munafik itu!." kyungsoo menyentil bird without wings dihadapannya itu. "
Kai bergetar, ia tak berkutik. Sesungguhnya hanya melihat KyungSoo naked pun ia sudah ingin. Ia juga ingin mengakui bahwa ia hampir gila saat ini. KyungSoo bak daging segar dan ia harimaunya. Hatinya bergejolak melihat KyungSoo tersenyum menang. Yang ia punya pun sudah berdiri dari tadi.
"Aku akan mandi dikamar mandi yang satunya ..." Kai mengakui kali ini ia hebat. Mungkin KyungSoo akan sedikit marah nantinya dan ia akan memikirkan masalah itu nanti.
"Aku akan pergi bernyanyi tidak sekarang, tapi sore malam, masih mau menolak…eum?." Sekarang KyungSoo memiliki nalar yang cukup baik. Ia telah berhasil menebak alasan Kai menolaknya padahal ia sudah terbukti –tergoda. Ia optimis bahwa ia akan benar saat ini.
Kai menutup kembali pintu kamar mandi yang sudah ia buka sebelumnya. Ia berbalik, meraih tubuh manusia terindahnya, mengangkatnya tinggi-tinggi lalu mendudukinya di pinggiran tempat KyungSoo menggosok gigi tadi.
Kejadian semalam terulang kembali. Hanya tempat, waktu dan sedikit cara yang berbeda. Kai berdiri dan Kyungsoo duduk lebih tinggi darinya. 'Standing love' yang menggairahkan mengeluarkan tetesan keringat panas menyesakkan, menimbulkan aura panas seketika diudara sekitar mereka yang tertutup dan pengap.
KyungSoo mendesah hebat ketika kai menggetarkan tubuhnya seolah menancapkan gas diangka tertinggi sebuah mobil. Tubuhnya seakan melayang dan ringan. Namun ia tak bisa menegakkan tubuhnya dengan benar lagi. Ia lunglai. Kai yang menopang tubuhnya agar tak jatuh. Sesekali Kai mencium titik sensitifnya dan menikmatinya dengan kecap dan sedikit gigitan. Kai tak mau membuat tanda. Ia tak mau kulit mulus Soo ternoda. Lagi pula KyungSoo sedikit trauma dengan noda biru keunguan atau merah dan juga percikan darah. Kai sangat tau itu.
Sampai Kai dan KyungSoo merasakan puncak dimana kegiatan merekaberakhir.
berikan komentar silahkan!
