Disclaimer :

Manga Naruto by Masashi Kishimoto

Author's note [PENTING] :

Alur yang berubah-ubah. Adegan SasuNaru adalah kejadian beberapa bulan yang lalu. Sedangkan adegan pair lain terjadi saat ini. Semoga tidak memusingkan para pembaca sekalian.

Main pair Sasuke and Naruto. Tapi, ada beberapa pair tambahan yang akan kalian temui saat membaca cerita ini.

Bagi yang tidak suka dengan main pairnya, tidak di sarankan untuk membaca. Tapi, kalau mau ngebaca juga ga apa-apa kok. Resiko tanggung sendiri ya! Saya sudah mengingatkan.

Oh ya, cerita ini BL lhoooo… mohon berpikir ulang untuk membacanya.

.

.

.

Masih berani lanjut?

Oke deh, happy reading!

"Berhenti Sasuke!" Seorang ninja berambut kuning berlari kencang ke arah seorang ninja buronan yang berlari di depannya.

"Hei! Berhentilah. Aku mohon,… Teme…"

Ninja buronan yang dipanggil Sasuke itu tiba-tiba berhenti dan membuat sang pengejar menghentikan aksinya mengejar ninja buronan itu.

"Apa maumu Dobe!" dengan dingin dia bertanya kepada sang ninja yang mengejarnya. Perlahan dia membalikkan tubuhnya dan memperlihatkan sepasang mata sharingan yang berputar liar .

Merah bertemu biru.

"Pulanglah Sasuke. Aku tahu, kau sudah membunuh Danzo bukan? Semuanya telah berakhir. Aku mohon. Pulanglah," perlahan ninja bermata biru itu mendekati sang Uchiha tanpa memutuskan kontak mata dengannya.

"Berhenti Naruto. Aku tidak mau menyakitimu." Mata biru itu melebar mendengar kata-kata yang keluar dari seorang Uchiha Sasuke yang tidak segan-segan menyerang lawannya tanpa peringatan.

"Apa?"

"Sudah kubilang. Aku tidak mau menyakitimu.Pulanglah." Si Uchiha itu pun kembali berlari ke arah hutan lebat di depannya tanpa memperdulikan Naruto yang berdiri tercengang di belakangnya.

###

To Chase You

By AzahiC

###

Mendung menggantung di atas Konoha. Dan tak berapa lama, hujan lebat pun turun menghujam tanah subur itu. Segera saja, jalanan yang tadinya ramai, berubah menjadi sepi. Hanya tampak dua orang berseragam jounin yang sedang berlari menembus hujan.

"Hei. Ayo berteduh di sana." Kiba menunjuk sebuah toko buku yang sudah tutup karena hujan yang tiba-tiba ini. Sang partner berlari yang diajaknya berteduh hanya terus berlari ke tempat tujuan mereka. Sepertinya dia tidak mendengar apa yang Kiba katakan.

"Hei! Aku kedinginan tahu!"

Sontak ninja bermata malas itu berhenti dan menggandeng tangan Kiba lalu mengajaknya berteduh di bawah atap toko buku yang tadi kiba tunjuk.

Suara hujan yang keras tidak mampu mereda kesunyian diantara mereka. Karena merasa canggung, Kiba lebih memilih untuk memunggungi partnernya dan melihat ke tempat lain. Pemandangan yang dia temui adalah apartemen Naruto yang memang berada di depan toko buku ini (A.N. : saya memang ngebuat apartemen Naruto di depan toko buku). "Sedang apa ya Naruto sekarang?" tanpa sadar Kiba bergumam.

"Berlari mengejar Uchiha mungkin."

"Iya. Mungkin saja. Kasihan Naruto. Si brengsek Uchiha itu memang,…" tiba-tiba Kiba menghentikan gumaman yang tidak ia kira akan ditanggapi itu. Dan dengan cepat Kiba berbalik hanya untuk mendapati sepasang mata yang memperhatikannya. "Uh, kau tidak apa-apa Shikamaru?"

Tidak ada jawaban. Yang ada, hanyalah bibir yang tersegel dan tubuh yang merapat meminta kehangatan.

###

Suara goresan pena terdengar dari sebuah ruang di dalam gedung kage. Terlihat Naruto sedang menulis sesuatu di atas sebuah kertas. Segera setelah selesai, dia pun mengirimkan laporan misinya beserta surat yang ia tulis untuk hokagenya di Konoha.

Mentari bersinar terik kala Naruto berpamitan pada Mizukage dan pergi dari desa itu. Dia pergi ke arah dimana Naruto yakin akan bertemu dengan 'dia'.

Lama Naruto melangkah, akhirnya ia sampai di sebuah air terjun yang di bawahnya mengalir sebuah sungai. Karena hampir malam, ia pun memutuskan untuk berkemah di dekat air terjun itu.

Setelah mendirikan tenda dan membuat makan malam-dengan menangkap ikan dari sungai, Naruto berbaring dan menatap sebuah bintang di atasnya. Bintang itu bersinar sendiri di langit malam yang gelap, "Apa aku bisa seperti bintang itu ya?"

Suara air terjun dan suara hewan malam mengalun menemani malam yang sepi itu. Mengingatkannya pada sahabat yang dicarinya, "Langit malam itu seperti hatimu ya, Sasuke. Gelap dan dingin. Aku berharap bisa menjadi bintang itu. Bersinar di hatimu". Tidak ingin terlalu terlarut dalam pikirannya, Naruto memutuskan untuk beristirahat di dalam tenda.

.

.

.

Langkahnya tidak stabil. Berjalan tertatih-tatih dengan darah yang mengucur dari perut dan tangan kanannya. Seakan tidak peduli, dia terus berjalan hingga terjatuh di pinggir sebuah sungai. Dia terjatuh dalam keadaan tengkurap dengan tangan kanan dan kepala bagian belakangnya masuk ke dalam sungai. Saat itulah tangan putih pucat yang terluka, membuat air yang jernih berubah menjadi merah dan rambut hitam legam itu basah oleh air yang merah.

###

"Sedang apa sih mereka berdua itu?" Neji yang sedari tadi duduk tenang akhirnya berdiri juga karena mendapati dua orang temannya belum datang pada pertemuan hari ini. "Hei, tenanglah Neji. Mereka mungkin terjebak hujan. Lihatlah… di luar masih hujan deras." Ino menjawab kegelisahan Neji. Walau dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia tentu sudah mengenal Shikamaru.

"Jangan membohongiku, Ino. Akamaru baru saja tiba di sini sendirian lalu Gaara yang dari Suna saja sudah datang kemari." Dengan frustasi Neji menunjuk Akamaru yang sedang mengeringkan bulu basahnya di depan pintu dan Gaara yang tertidur di kursi. Seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Neji menghampiri sosok Gaara yang tengah tertidur dan duduk disampingnya. Tak berapa lama, dengan kepala yang disandarkan pada pundak Gaara, Neji pun ikut tertidur.

SFX : dooeeenggg…

"Bagus. Mari kita tunda saja pertemuan hari ini menjadi besok." Seru Ino pada temannya yang telah hadir di sana. Serentak mereka semua kembali ke posisi masing-masing tak lupa menggiring Akamaru ke rumah Kiba dan meninggalkan Neji dan Gaara yang tertidur.

"Hei Neji. Aku tahu kau hanya berpura-pura tidur. Karena aku juga berpura-pura." Gaara lantas membuka mata dan menatap mata byakugan Neji, "Apa Naruto akan baik-baik saja?"

"Meski dia bodoh, aku tahu dia bukan orang yang mudah mati. Tenanglah. Setelah ini, kita pasti akan menemukan Naruto. Aku berjanji Gaara."

Kali ini, dengan tangan yang saling bertautan mereka pun benar-benar tertidur.

###

Kicau burung yang bersahutan membangunkan Naruto yang tengah terlelap dalam tidur tanpa mimpinya. Dengan semangat untuk mencari orang yang dia sayangi itu, dia bangun dan keluar dari tendanya. Sedikit peregangan mungkin akan membantu untuk membuat paginya lebih ringan.

Saat melihat-lihat sekelilingnya, Naruto dikejutkan oleh air sungai yang berwarna merah. "Darah? Ah, bukan. Tapi apa kalau bukan darah?".

Mata biru itu mengedar ke sekelilingnya. Dia yakin bahwa tidak ada bekas pertempuran di sana. Yang ada hanya sesosok manusia yang tergeletak di seberang sungai dan bersimbah darah. "Orang? Terluka? Darah?...sial!". Segera Naruto berlari ke seberang sungai dan mendekati orang yang terluka itu.

Matanya fokus pada sosok yang tergeletak itu. Kulitnya pucat seperti mayat. Darah kering terlihat di sekitar tubuhnya. "Mayat?". Pikirannya merambah ke berbagai kemungkinan yang terjadi pada sosok berambut hitam ini.

"Hei" dengan rasa penasaran yang tinggi, dia beranikan diri untuk mengguncang pelan tubuh sang korban. Lama dia tidak mendapat jawaban, dia pun nekat untuk membalik tubuhnya. Mata biru itu membulat mendapati apa yang dia lihat.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan dari pemuda yang ia temukan itu. Rambut hitamnya kotor oleh lumpur dan darah. Begitu juga dengan wajahnya. Kulit putih itu terlihat begitu pucat. Kelopak matanya tertutup rapat. Tapi ia tahu warna bola mata dari orang itu.

Hitam.

Dan merah saat dia menggunakan sharingan.

Uchiha Sasuke, the last Uchiha. "Teme,…"

###

Dalam perjalanan pulangnya, Ino melihat dua orang yang tadi Neji cari itu sedang berdansa a la French. "Ehem!" Dengan sigap, Shikamaru mengeluarkan tangannya dari dalam seragam Kiba, "Ck!"

"Gara-gara kalian, pertemuan hari ini diganti besok. Awas kalau kalian melakukannya lagi", dengan begitu Ino kembali meneruskan perjalanan pulangnya di tengah hujan yang masih menerpa Konoha.

Dua orang ninja yang Ino tinggalkan itu saling berpandangan. Merasa bersalah karena perbuatan mereka menyebabkan pertemuan penting untuk membagi tugas pencarian Naruto tertunda. Padahal mereka telah membuat janji untuk menyusul Sakura dan Sai yang berada di luar Konoha karena mencari Naruto.

###

Laki-laki yang hampir dijemput oleh dewa maut itu terbangun karena cahaya menyilaukan di sekelilingnya. Perasaan berat dia rasakan pada tangan kirinya. Sialnya, ketika ia akan menggerakkan tangan kanannya untuk menyingkirkan perasaan berat di tangan kirinya itu, seluruh badannya terserang rasa sakit yang luar biasa. Sontak ia berteriak kesakitan.

Perasaan berat itu menghilang bersamaan dengan suara seseorang dari arah samping kirinya. "Jangan bergerak dulu. Tubuhmu hampir hancur. Kau belum bisa bergerak. Tidurlah." Suara yang ia dengar adalah suara seseorang yang sangat ia kenal dulu. Hanya saja, suara itu sedikit berubah menjadi lebih dewasa.

"Naruto?" suara serak Sasuke terdengar memanggil nama seseorang yang ia anggap sebagai sahabatnya. "Aku disini, Sasuke. Tidurlah. Kau butuh istirahat." Mengejutkan. Suara yang lama tak pernah Sasuke dengar itu, terdengar begitu lembut di telinganya. Seakan menyihirnya untuk kembali terlelap dalam tidur.

###

Hujan juga terjadi di sebuah desa kecil, jauh dari Konoha. Angin kencang turut bertiup mengiringi jatuhnya hujan di desa kecil itu. Semua rumah tampak menutup jendela maupun pintunya. Takut kalau-kalau angin yang berhembus itu membawa serta tetesan hujan ke dalam rumah mereka yang hangat.

Pemandangan berbeda tampak di sebuah rumah sederhana yang ada di pinggir desa. Jendela kamar rumah itu terlihat terbuka lebar. Menampakkan sesosok pria berambut hitam yang duduk di depan jendela memandang hujan dari dalam.

"Kau bisa masuk angin kalau membuka jendela di saat seperti ini." Seorang wanita berambut merah muda masuk ke dalam kamar itu dan menutup jendela yang terbuka lebar tanpa menghiraukan pria yang sedang memandang kosong hujan di depannya.

Jendela yang tertutup turut memutus lamunan pria berambut hitam itu. "Apa kita bisa menemukan Naruto, Sakura?" wanita itu lantas duduk di samping pria itu. "Tentu Sai. Kita sudah hampir menemukan Naruto. Bukankah rumah ini pernah Naruto tinggali? Kita sudah dekat dengan Naruto, Sai. Kita tidak boleh menyerah."

###

Keadaan Sasuke sudah lebih baik dari hari pertama Naruto menemukannya. Jika saja Sakura ada bersama Naruto, dapat dipastikan bahwa kondisi Sasuke akan membaik lebih cepat. Hal ini membuat mereka melakukan genjatan senjata untuk sementara. Naruto tidak memaksa Sasuke untuk kembali ke Konoha. Dan Sasuke tidak memaksa untuk pergi dari hadapan Naruto.

Dengan kemampuan yang ia miliki, Naruto membuat sebuah rumah pohon di salah satu pohon yang terdekat dengan sungai. Ia mengerahkan ninjutsu medis terbatas yang ia miliki, untuk mempertahankan nyawa Sasuke. Naruto tidak mungkin membawa Sasuke ke Konoha. Terlalu jauh. Lagipula, Sasuke adalah missing nin yang dicari banyak negara.

Pagi ini adalah pagi yang ke-30 sejak Naruto menemukan Sasuke. Sudah satu bulan. Luka pada tubuh Sasuke telah menutup dengan sempurna. Meskipun begitu, mereka jarang sekali berbicara satu sama lain. Hanya bertanya keadaan masing-masing.

Hingga suatu hari,…

"Kau mau kemana Sasuke?" Naruto bertanya pada Sasuke yang terlihat membetulkan pakaiannya. "Bukan urusanmu."

"Bukan urusanku? Kau lupa selama ini siapa yang telah merawatmu? Aku punya urusan denganmu di sini, Sasuke. Kondisimu belum sepenuhnya membaik." Selama ini Naruto sudah menduga bahwa suatu saat Sasuke akan nekat untuk menghilang lagi. Tapi, tak pernah ia sangka akan secepat ini. "Terima kasih sudah merawatku." Dengan mengatakan itu, Sasuke segera turun dari rumah pohon itu dan berlari ke arah hutan.

Pikiran Naruto dipenuhi dengan Sasuke. Sahabat yang selalu ia cari itu ada di hadapannya. Tapi, kenapa ia membiarkan Sasuke pergi? Seharusnya ia memaksa Sasuke untuk pulang ke Konoha. Bukannya membiarkan dia pergi. "Sial! Aku tidak akan membiarkan kau pergi lagi Sasuke!", segera Naruto mengejar Sasuke yang telah berlari ke dalam hutan.

"Berhenti Sasuke!" Seorang ninja berambut kuning berlari kencang ke arah seorang ninja buronan yang berlari di depannya.

"Hei! Berhentilah. Aku mohon,… Teme…"

Ninja buronan yang dipanggil Sasuke itu tiba-tiba berhenti dan membuat sang pengejar menghentikan aksinya mengejar ninja buronan itu.

"Apa maumu Dobe!" dengan dingin dia bertanya kepada sang ninja yang mengejarnya. Perlahan dia membalikkan tubuhnya dan memperlihatkan sepasang mata sharingan yang berputar liar .

Merah bertemu biru.

"Pulanglah Sasuke. Aku tahu, kau sudah membunuh Danzo bukan? Semuanya telah berakhir. Aku mohon. Pulanglah," perlahan ninja bermata biru itu mendekati sang Uchiha tanpa memutuskan kontak mata dengannya.

"Berhenti Naruto. Aku tidak mau menyakitimu." Mata biru itu melebar mendengar kata-kata yang keluar dari seorang Uchiha Sasuke yang tidak segan-segan menyerang lawannya tanpa peringatan.

"Apa?"

"Sudah kubilang. Aku tidak mau menyakitimu.Pulanglah." Si Uchiha itu pun kembali berlari ke arah hutan lebat di depannya tanpa memperdulikan Naruto.

Tidak mau ditinggalkan oleh Sasuke lagi, tanpa pikir panjang Naruto berlari dan menerjang Sasuke dari belakang. Tangan kecoklatan itu memeluk Sasuke dari belakang. "Jangan pergi Teme. Aku tidak akan menyuruhmu untuk kembali ke Konoha. Tapi jangan pergi dari sisiku."

###

"Hokage-sama, ada yang ingin bertemu." Sang hokage yang sedang melihat hujan di luar ruangannya hanya memberi tanda pada Shizune untuk mempersilahkan orang yang ingin menemuinya itu. Setelah itu, terdengar langkah kaki seseorang yang masuk dan bunyi pintu yang ditutup.

Hanya suara hujan di luar yang terdengar. Senyap dan hening suasana dalam ruang hokage. "Apa yang ingin kau tanyakan Iruka?" tanpa memalingkan matanya dari hujan di luar, Tsunade bertanya pada orang yang ingin menemuinya itu.

"Ini mengenai, Naruto..."

Entah kenapa, saat Shizune mendengar nama Naruto, dia merasa tidak enak dan meminta izin untuk meninggalkan ruang hokage itu. Segera setelah kepergian Shizune, Iruka merasa bahwa ia akan mendapat perhatian penuh dari sang hokage. "Hokage-sama. Anda bilang bahwa Naruto telah mengirim laporan misinya empat bulan yang lalu. Dan laporan itu berisi bahwa dia telah berhasil menjalankan misi untuk mengawal Mizukage ke desanya. Tetapi, kenapa sampai sekarang dia belum juga kembali?"

Tsunade perlahan membalikan badan dan mendapati wajah Iruka yang sedih. "Tenang saja Iruka. Aku sudah mengirim Sai dan Sakura untuk mencari keberadaan Naruto. Lagipula, kita tidak akan pernah kekurangan bantuan. Banyak yang akan membantu kita untuk mencarinya."

Senyum nan sendu menghiasi wajah Iruka. Dengan enggan, ia pun undur diri dari hadapan sang hokage.

Setelah memastikan Iruka benar-benar pergi, Tsunade membuka laci mejanya dan mengambil sebuah surat. Surat itu telah kusut tepat di pinggirnya yang menandakan bahwa surat itu telah dibaca berulang kali.

Tsunade-baachan,

Misi yang kau berikan telah aku selesaikan baachan. Setelah Mizukage tiba di desa, segera kukirimkan laporannya padamu. Aku hanya ingin mengatakan, bahwa aku belum bisa pulang ke Konoha.

Ada sesuatu yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa mengatakan tentang apa maupun tempatnya dimana. Hanya saja, aku ingin kau percaya bahwa aku akan pulang. Tapi, aku tidak tahu kapan. Aku juga ingin kau percaya, bahwa aku tidak akan memberi tahu ninja lain informasi tentang desa Konoha.

Aku tidak memberi tahu hal ini kepada yang lain. Termasuk Iruka-sensei. Aku tidak akan melarangmu untuk mencariku. Aku juga tidak melarangmu untuk memberi tahu yang lain.

Aku hanya ingin kau percaya padaku, baachan. Jika saatnya tiba, aku akan pulang dan memberi tahu segalanya.

Terima kasih,

Uzumaki Naruto.

###

Erat. Itulah yang dirasakan Sasuke saat Naruto memeluknya. Sasuke tidak tahu harus berbuat apa. Dia tahu apa yang harus ia lakukan ketika Naruto menantangnya berkelahi. Tapi, Naruto yang sedang memeluknya ini,…

Dengan hati yang penuh dengan keragu-raguan, Sasuke membalikkan tubuhnya dan membalas pelukkan Naruto. "Kau melakukan kesalahan besar dengan merawatku Dobe. Kau membuatku berpikir bahwa ini akan baik-baik saja dengan tinggal denganmu. Dan sekarang, kau menerjang lalu memelukku. Kau telah membuat kesalahan besar. Dan aku tidak bisa memaafkanmu." Pria berambut hitam itu menggeser perlahan kepalanya hingga ia dapat menemukan apa yang ia cari.

Ciuman itu bukanlah sebuah ciuman yang didasari oleh nafsu. Hanya sebuah ciuman untuk mengungkapkan perasaan masing-masing. Tak ada kata memaksa di antara mereka. Yang ada hanyalah ketulusan. Itulah cinta mereka. Cinta yang berawal dari perasaan kesendirian.

"Kau harus tinggal bersamaku setelah ini, Dobe. Menjadi missing nin bersamaku. Dari kau bangun tidur hingga kau akan tidur lagi, bahkan saat tidur. Kau harus terus bersamaku. Hingga maut yang memisahkan kita."

"Hingga maut memisahkan kita. Aku berjanji."

Meski meninggalkan desanya. Meski pergi dari teman-teman dan para gurunya. Apapun akan Naruto lakukan. Termasuk menemani Sasuke hingga maut yang memisahkan.

Semua itu, untuk mengejar Sasuke. Uchiha Sasuke. Sahabat dan orang yang ia sayangi.

I promise, until the death do us part,…

_FIN ?_

Author's note :

Sudah memberanikan diri untuk membaca cerita ini kan? Kalau begitu, beranikan diri untuk mereview juga ya!

Please tell me, what is on your mind? Don't care what is it,…

Terima kasih . karena telah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini,

AzahiC