Debu-debu batubara banyak bertebaran. Menghalangi pandangan para manusia yang bekerja shift siang. Saat ini sedang musim panas sehingga kelembaban yang sangat minim membuat debu banyak berterbangan. Tak jarang batubara yang telah ditambang mengalami self combustion atau meledak dengan sendirinya. Ini adalah hal yang sering terjadi.
Seorang pekerja dengan kulit memerah karena matahari menggotong dengan payah sedrigen air dari mobil kerjanya. Lima liter air diisikan setiap drigen dan ia membawa 5 drigen dalam shift kerjanya kali ini.
"Hyung, naikkan ac ke level 2 dengan angin full. Panas sekali di luar sini," sang pekerja meminta tolong kepada pria yang duduk di kursi pengemudi seraya mengembalikan drigen kosong yang isinya sudah ia siramkan ke percikan bunga api batubara.
Pria pekerja tambang itu melihat lokasi sekitar. Ia berada di bagian produksi batubara dimana seam yang paling tebal sudah mulai ia gali. Semoga target bulan ini tercapai, doanya.
Setelah yakin penggalian dan pengecekan sudah dilakukan, pria itu masuk ke mobil.
"Hyung, pindah ke blok B," perintah pria itu.
Tanpa membantah, pria yang mengemudi langsung memutar kemudinya menuju sebuah padang gersang tambang batubara yang lain.
Daniel atau Kang daniel. Adalah seorang karyawan bagian produksi sebuah kontraktor tambang batubara. Setelah menyelesaikan kuliah di Kanada, ia kembali ke negaranya, Korea Selatan untuk mengabdi dalam bidang energi. Tak banyak tambang batubara yang ada di Korea namun dengan kepandaiannya ia bisa di terima di perusahaan kontraktor tambang dan sipil yang termasuk salah satu yang terbesar di Korea.
Perawakannya yang tinggi besar membuatnya mudah diingat. Belum lagi wajahnya yang mudah memerah tiap terkena matahari (padahal setiap hari ia harus ke lapangan setidaknya 3 jam) membuatnya sering diejek kepiting rebus. Senyumnya yang ramah menyamankan hati client dan atasannya. Tak ada yang tak suka dengannya.
Di blok B yang saat ini ia datangi bersama Gong Eunsung, driver khusus yang mengantar Daniel, ia memantau kemajuan penambangan. Terkadang ia mengingatkan mengenai target bulanan, mingguan bahkan harian ke operator-operator yang sedang bekerja disana. Namun tak lupa untuk mengingatkan pentingnya keselamatan para pekerjanya juga.
Setelah jadwal kunjungan lapangannya selesai, ia kembali ke office. Driver Gong memarkirkan kendaraannya di lokasi parkir yang di sediakan. Setelah yakin sudah di kunci, driver Gong dan Daniel masuk kedalam office.
Daniel melepas helm safetynya.
"Huaaah. Panas sekali. Summer kali ini parah. Dua drigen satu lokasi! Hampir saja kehabisan air buat matiin api batubaranya," komplain Daniel begitu duduk di kursinya.
Kang Dongho, rekan sesama tim produksi yang duduk di meja seberang Daniel menyerahkan sebuah handuk kering.
"Haha, aku juga tadi di Blok R malah mesinnya sempat macet gara-gara olinya kering. Wah heboh itu. Delay lumayan lama jadinya," ujarnya.
Dongho dan Daniel, meskipun nama keluarganya sama, mereka bukan saudara. Mereka murni baru bertemu saat penempatan di site ini. Hanya saja Dongho sudah lebih senior beberapa bulan di site tersebut dibanding Daniel.
"Semoga cepet kelar deh panas begini," Daniel menerima handuk kering itu dan mengelap bulir keringat yang mengalir dari rambut cerahnya.
"Tinggal beberapa bulan lagi kok. Nanti kalau sudah masuk winter, ah sudah. Rasanya makin nggak mau ke lapangan. Hahahaha," Dongho menceritakan pengalamannya saat ia pertama kali penempatan di site tersebut pas memasuki musim dingin.
Malam tiba. Setelah rapat weekly dengan client, mereka menarik diri dan kembali ke mess masing-masing. Client disini maksudnya adalah owner dari sitepertambangan itu. Sebagai karyawan kontraktor yang disewa oleh owner site, jelaslah mereka harus presentasi tiap hari mengenai perkembangan harian sehingga mereka masih yakin untuk menyerahkan pengelolaan situ tersebut kepada tim kontraktor.
Daniel membuka laptop. Ia berusaha mengubungi seseorang menggunakan videocall.
Tuut.. Tuuut..
Suara sambungan telepon berdering tak lama hingga sebuah suara tinggi memecah keheningan kamar berukuran 4x3 m itu.
"Oppa!"
""Jieun ah. Bagaimana kabarmu disana?" Daniel sedikit berteriak karena ia sedang membuat kopi. Laptop ia letakkan di meja dan kursinya dibiarkan kosong.
"Oppa, dirimu dimana? Aku hanya dnegar suaramu, jauh lagi. Main sama Dongho oppa ya?"
"Main apanya? Oppa sendirian kok di kamar," Daniel berjalan mendekati laptopnya sambil sesekali menyeruput kopinya.
"Ooh, habisnya oppa bergaulnya sama Dongho oppa melulu," ujar suara didalam laptop yang tadi Daniel panggil Jieun itu.
"Ya, Kang Jieun. Kalau kau hanya mau ngomongin Dongho, dan bukan oppamu ini, mending end call aja dan sana hubungi Dongho. Kan sudah kuberi email dan ID line dia?" Daniel sok ngambek.
"Ah, oppa. Gitu aja marah. Eh, oppa tambah hitam ya?"
"Gimana nggak tambah hitam, Jieun ah. Tiap hari oppa dijemur pas matahari lagi di atas," Daniel merengut memberikan pose seperti menangis.
"Uh uh uh, oppa nya Jieun yang paling Jieun sayaaang," gadis di seberang membalas.
"Gimana belajarmu?"
"Oppa,"
"Hm?"
"Jangan bikin moodku jelek. Cukup eomma yang mengingatkan seperti itu," katanya dengan nada kesal.
"Hahahha, iya iya. Oppa kan Cuma penasaran gimana sekolahnya Jieun oppa ini," Daniel membalas dengan jenaka.
"Tadi ada tes percobaan masuk Uni. K," Jieun mulai cerita.
"Oh iya? Lalu?"
"Aku gagal, oppa. Padahal Oppa tau aku pingin masuk sana," suara di seberang mulai sedikit lirih.
"Aduh, Jieun ku sayang. Maaf ya Oppa sedang tidak berada di dekatmu. Kalau oppa lagi cuti, bakalan oppa ajak jalan-jalan kemanapun deh yang Jieun mau," tawahr Daniel.
"Jinja?"
"Ne."
"Kalau oppa belum punya pacar (yeoching / yeoja chingu)."
"Haha, mana sempat oppa cari pacar, Jieun ah. Dah ah. Dah malem. Oppa besok bangun pagi lagi. Hati-hati di rumah ya Jieun sayang," Daniel memberikan gerture cinta pada layarnya.
Lalu pebicaraan terhenti.
Daniel menghela nafas.
Lalu mulai menenggelamkan dirinya pada pekerjaan kembali.
"Dani!" Dongho memanggil Daniel yang sedang memasang boots.
"Ada apa hyung?" Daniel mengangkat kepalanya.
"Client minta rapatnya dipagikan. Bukan jam 3, tapi jam 11," kata Dongho disela-sela nafas tersengalnya.
"Seriusan? Sial, progress siang nggak bisa lapor berarti. Yaudah progress malam aja," Daniel memberikan strategi dan di-iya-kan Dongho.
"Aku juga berencana seperti itu. Habis ini setelah absen langsung ke lapangan aja. Kita kumpulkan materi."
"Siap hyung," Jawab Daniel.
Mereka bergegas menuju ke lokasi tambang yang berjarak cukup jauh. Butuh setengah jam perjalanan dari mess menuju site, sehingga mereka harus berangkat pagi-pagi bila tak ingin terlambat. Sarapanpun hanya minta roti ke koki.
"Hyung, roti telur empat!"
"Siap Dongho," jawab sang koki.
Sembari menunggu bis karyawan dan rotinya sampai, Daniel menalikan gelang yang selalu ia pakai di tangan kirinya.
Pats!
Talinya putus dan manik-maniknya berantakan kemana-mana.
"Astaga! Aduuh, kenapa lagi gelangnya," omel Daniel.
Daniel memungut manik-maniknya dan dibantu Dongho.
"Kau sih pakai gelang butut begini. Talinya sudah usang. Beli lah gelang baru. Anak kerja di tambang kok ngirit banget," Dongho memarahi Daniel karena kerjaan mereka jadi dobel.
"Feelingku nggak enak hyung," ujar Daniel.
"Ish jangan gitu lah. Ini rotimu. Ayo kita makan di mobil," ujar Dongho.
Setelahnya mereka lari menuju bis dan tak lama kemudian kendaraan itu menghilang bersamaan dengan malam yang mulai tergantikan dengan pagi.
Daniel dan Dongho barusaja kembali dari lapangan masing-masing. Mereka menyeka rambut penuh keringat yang tertutup oleh helm lapangan berwarna putih. Mereka istrahat di kantor. OB dengan sigap memberikan es teh bagi kedua pekerja muda itu yang barusan kembali dari lapangan
"Tumben hyung jam segini pulang lapangannya? Biasanya agak siang," tanya si OB muda.
"Iya nih. Client minta rapat siang. Jadinya dikebut. Oiya, konsumsi rapat dimajukan jam 11 ya," Daniel menginstruksikan sang OB dan langsung dikerjakannya.
"Gimana progress hyung?" Daniel memulai pertanyaan sambil mengudak es tehnya.
"Oke kok. Aman. Target mingguan bisa tembus. Tempatmu?" Dongho menjawab.
"Satu doang bermasalah. Sisanya aman. Sepertinya blok D terlalu tipis seam batubaranya. Produksinya makin turun beberapa hari belakangan. Nanti kucek bagian geologi sama engineer," Daniel membuka-buka berkas setelah meneguk sekali es teh nya.
Supervisor bagian produksi masuk ke office.
"Salah satu dari kalian temani dulu client kita. Kita akan mulai rapat 1 jam lagi," ujar bapak itu.
"Siap pak!" jawab mereka berdua.
Dongho dan Daniel mulai sok sibuk. Menghindari client yang sleama ini menyebalkan bagi mereka.
"Kau lah, Dan, yang menemani mereka."
"Sial, tak ingatkah barusan aku komplain ada 1 blok ku yang bermasalah? Baru mau kubikin presentasinya ni," Daniel mengelak.
"Kau itu lebih muda," Dongho menekankan hal tak penting.
"Tapi materi hyung kan sudah selesai? Atau hyung mau bikinkan presentasi progress blok D?" Daniel memberikan alasan yang lebih masuk akal.
BRAK!
"Ya! Kubilang salah satu dari kalian! Kenapa nggaka da yang keluar dari ruangan ini? Tunggu aku menarik satu dari kalian?" sang supervisor mulai menaikkan nadanya.
"S-siap!" Daniel dan Dongho terkaget dan saling melemparkan pandangan 'lu aja' 'lu aja dah'.
Setelah cukup saling melempar pandangan, akhirnya satu orang mengalah. Dongho keluar sambil membawa helm lapangannya.
"Awas kau nanti Dani," Dongho melemparkan pandangan kesal. Daniel tertawa keras.
Presentasi sudah selesai, Daniel masih ada waktu 10 menit sehingga ia berniat merusuh Hyungnya.
Ia keluar dari ruang kantornya dan menuju ruang rapat sambil membawa materi rapatnya. Tak berniat mengejutkan orang penting, Daniel mengintip dari pintu. Pintu itu tidak pendek, badannya yang besar sehingga kepalanya hampir mencapai ujung atas pintu. Tidak jauh berbeda dengan Dongho sebenarnya namun Daniel beberapa cm lebih tinggi dari Dongho.
Pintu itu memiliki kaca dibagian dekat kenopnya dan berbentuk persegi panjang. Badan tingginya tidak menguntungkan disaat-saat seperti ini. Ia harus menunduk rendah namun barang bawaannya sangat menghalangi tubuhnya untuk membungkuk.
Disaat bersamaan, pintu itu terbuka.
Menampilkan sebuah kepala sabuk dengan gambar logo perusahaan owner.
"M-maafkan saya," Daniel menunduk malu ketahuan akanmengintip.
"Ah, ya. Sedang apa dirimu? Kau ikut presentasi nanti?" pria dari dalam ruang rapat bertanya.
Ini bukan perwakilan client yang biasa. Biasanya tidak setampan ini. Pikir Daniel.
"Iya. Saya Daniel, Kang Daniel. Anggota tim produksi," ujar Daniel memperkenalkan diri.
Ia ingin mengulurkan tangan namun tangannya penuh dengan barang-barang bahan presentasinya dan Dongho.
"Daniel, bawa sini barang-barangku. Kita siap-siap presentasi sekarang!" Dongho memanggil Daniel dari dalam ruangan.
Pria perwakilan owner itu ikut melongok ke dalam karena nama orang yang barusan memperkenalkan diri padanya disebut dari dalam ruangan.
"Em, kalau begitu persiapkan saja presentasimu. Aku mau ke kamar mandi dulu," pamit pria yang lebih pendek darinya itu.
"B-baik pak," jawab Daniel.
"Hahaha," pria itu berjalan melewati Daniel sambil menyentuh lengan kanannya.
Daniel masuk ruangan dan membungkuk pada perwakilan owner yang memang ia kenal.
"Siapa tadi hyung?" tanya Daniel pada Dongho sambil membereskan file-filenya.
"Yang keluar? Pengganti Lee Jinyoung, bapak-bapak muda yang nggodain admin kita terus itu," Dongho menjawab cukup jelas.
"Oh, pengganti. Pantas aku baru bertemu sekarang," Daniel.
Tak lama, persiapan selesai dan pria itu kembali duduk di ruangan rapat.
"Baik karena kita semua sudah lengkap disini, saya akan memperkenalkan anggota baru saya," perwakilan klien yang lama memulai pembicaraan.
Pria berperawakan kurus namun tinggi (meski tak setinggi Daniel dan Dongho) berdiri dari kursinya. Rambutnya dipotong rapih dan berkilau diberi gel rambut. Wajahnya keras, namun senyum lembut. Matanya tidak besar dan kelopaknya menutupi bola maanya dengan tegas, menunjukkan kelelakiannya yang membuat wanita yang dilewatinya menoleh balik. Dan yang terpenting…
"Salam kenal semuanya. Nama saya Ong Seong Woo. Usia 27 tahun, asisten Tuan Park. Mohon bantuannya."
… ada rasi bintang di pipi kirinya.
*Kotak Curhat Author (KCA)*
Berbeda dengan ffku satunya, Charging, ff kali ini pakai KCA, cerita sistem AU, alur lambat dan.. OngNiel.
(ALL HAIL ONGNIEL SHIPPER! BERLAYARLAH KALIAN CUTIE PIE NOONA!)
Oke maaf.
Dongho kemungkinan akan aku pasangkan dengan ****** wakaka, siapa itu yaaa. Tapi itu baru kemungkinan. Karena seperti yang tadi kubilang ini ff dengan jalan cerita lambat. Mohon dimaklumi. Jadi aku bakal lebih fokus ke Ongniel.
Oiya, aku senang kali ini bisa bikin ff yang sesuai dengan bidangku (dengan banyak cuplikan cerita dari suami haha) jadi mbayanginnya gampang. Kalian juga bisa belajar banyak soal dunia pertambangan ;)
Kalau ada pertanyaan, bisa langsung pm aku. Atau ke fbku (Kapri Kaprico).
