Hajimemashite!

Atashi Koyuki-desu, yoroshiku onegaishimasu!

Ini fanfic pertama Koyuki, masih banyak kesalahan harap atas rahmat Tuhan YME, jika tidak karna nya Koyuki nggak bakal bisa buat fanfic. Dan author-author dengan sejuta kisah luar biasanya yang bisa memotivasi koyuki buat fic. Terutama buat Kikoy-senpai! Arigatou~

Yosh.. let's to read!

.

.

A Fanfiction Fairy Tail

Fairy Tail By Hiro Mashima-sensei

Nanairo Sakura By Koyuki

Genre: Drama, Action, Romance

Pair: Natsu D, Lucy .H

Rate:T

.

. .

.

.

Summary: Sebelumnya yang ku tahu ia adalah sekuntum bunga Sakura berwarna hitam yang membeku di bawah salju tanpa ada cahaya sehangat musim semi mencairkan saljunya. Meski sebuah cahaya ada.. ia akan tetap berwarna hitam dan salju tersebut tidak akan sepenuhnya mencair. Namun... kau tau? Ia memiliki 7 warna kehangatan yang berbeda. Tidak hanya pink namun semuanya, aku tidak tahu kenapa ia bisa bertahan dengan menutupi semua kehangatannya itu. Aku tidak hanya membuka warnanya tapi juga memberikan kehangatan musim semi untuknya..

*Summary nya Koyuki copy sedikit punya nee-chan -Ai Koyuhina Meguchi Marlett yang udah hiatus dari tahun 2012 ^^V

.

.

~Nanairo Sakura~

Chapter 1: Prolog

Di sebuah apartemen bergaya tradisional di kota bunga Magnolia, seorang pemuda berambut pinkish dengan beberapa helai berwarna merah sedang terlelap -ralat, tidak sadarkan diri. Di samping tempat tidurnya duduk seorang gadis yang merawatnya sejak ia pingsan tiba-tiba di depan pintu apartemen lelaki itu. Gadis itu menyeka keringat dingin yang terus turun dengan bebasnya dari wajah remaja pinkish.

Merasakan sapuan dingin di wajahnya, ia terbangun. Kelopak matanya mengerjap beberapa kali. Menoleh ke samping dan mendapati objek seorang gadis berambut Scarlett. Buru-buru ia berusaha duduk tanpa mempedulikan pusing yang masih menyerang kepalanya, hasilnya? Ia gagal karena kondisinya masih lemah.

"Jangan paksakan dirimu dulu, Natsu. Berbaringlah kembali." Mau tak mau ia menuruti perintah sang gadis.

"Erza nee-san, apa aku pingsan lagi? Sudah berapa lama?" Tanyanya dengan suara pelan. Gadis itu, Erza Scarlett -kakaknya, menjawab.

"Kau benar-benar membuatku khawatir, Natsu. Kau terkena demam tinggi, sejak tadi sore kau tertidur dan jam tujuh sekarang kau baru bangun." Natsu sudah menebaknya..

'Bodoh!' umpatnya. Sudah berapa kali ia mengulangi hal sama seperti ini!

"Gomennasai, Erza nee-san." Sesalnya. Kedua tangannya mengerat, ia menggigit bibir bawahnya kuat. Berulang kali melakukan hal yang sama dan berulang kali pula menjawab dengan kalimat yang sama. Apa tidak ada jawaban lain selain kalimat penuh sesal yang ia ucapkan?

Erza mengusap lembut surai Natsu dengan sayang seorang kakak pada adiknya, membuat kedua tangan mengepal itu kini melemas. "Ne Natsu, sudah kubilang berapa kali jangan memaksakan dirimu. Kau terlalu lelah maka dari itu belakangan ini kau sering pingsan, belum lagi cederamu itu nanti bertambah parah. Besok aku akan menemanimu check up." Ucapnya lembut. Natsu terenyak, walaupun ia berstatus Cuma sebagai adik angkat tapi Erza sangat baik, peduli dan juga sangat menyayanginya.

"Tapi.. Erza nee-san, aku sudah sangat merepotkanmu. Kau terlalu baik padaku padahal aku hanyalah adik angkatmu.."

"Natsu, hentikan ucapanmu itu! Walaupun kau bukanlah adik kandungku tapi kau tetaplah adikku. Natsu, Natsu Scarlett, adik yang harus kujaga sepenuh hati. Sejak kau masuk ke kehidupanku, kau sudah menjadi orang yang sangat berharga. Seorang yang telah mengiai hari-hariku yang membosankan ini. Karena itu Natsu, jangan katakan hal seperti itu lagi!" Natsu terharu, beginikah rasanya disayangi oleh seorang kakak? Walaupun tidak sedarah ataupun sedikit saja hubungan keluarga, sejak Natsu mengubah marganya menjadi 'Scarlett', sejak itu pula ia memiliki kakak yang penuh kasih sayang seperti Erza, walaupun trauma batin akibat masa lalunya belum sembuh.

Ia tersenyum, Kami-sama sangatlah baik. Masa lalunya yang kelam kini tergantikan oleh cahaya dari keluarga Scarlett.

"Arigatou, nee-san!" Grins khas yang langka tercetak di wajah tampannya, Erza tersenyum lega. Syukurlah adiknya bisa mengerti.

"Nah, sekarang makanlah ini supaya kau cepat sembuh!" Titah si Scarlett menyerahkan semangkuk bubur hangat berwarna kemerah-merahan -saus cabai favorit Natsu penyebabnya.

"Malam ini Jellal akan menginap di apartemenmu, aku memintanya merawatmu sampai kau sembuh." Natsu memandang Erza, manik ungu lavendernya mengisyaratkan pertanyaan 'Apa-dia-mau?' dengan tidak yakin.

Erza melipat kedua tangannya di depan dada. "Tenang saja! Tidak akan ada yang berani menentang perintahku, meski itu Jellal sekalipun!" Percaya diri miliknya dinaikkan tinggi, evil smirk tertampak jelas disana dan Oh! Jangan lupakan deathglare khas milik Titania.

Natsu bergidik, kasihan sekali Jellal jika sampai mendapatkan hal yang lebih parah dari deathglare ini. Sendok makan diputar-putar dalam mangkuk, otaknya sedang memutar memori tentang peristiwa yang dialaminya sepulang kerja dari restoran milik kakek Yajima. "Erza nee-san.."

Panggilan bernada bariton milik Natsu, membuat si empunya nama mengalihkan pandangan dari ponsel canggih miliknya.

"Ya? Ada apa? Kau butuh sesuatu? Apa kepalamu pusing? Ada masalah dengan pekerjaanmu? Apa nilai akademismu turun? Apa buburnya tidak enak? Apa Jellal pernah memarahimu? Apa yang dikatakannya? Tenang saja, aku akan membelamu, dan kalau dia keterlaluan, aku akan membunuh si ketua OSIS itu dengan koleksi pedangku!" Astaga.. Natsu sweatdrop ditempat, itu adalah pertanyaan yang berlebihan. Dasar, Erza terlalu protektif terhadapnya, hei! Dia belum tentu mati esok hari, 'kan?

"Bukan, aku akan menceritakan apa yang kualami sepulang kerja.."

.

.

.

~(...)~

#Di tempat berbeda~

Di sebuah mansion megah milik keluarga bangsawan Heartfilia, tepatnya di lantai tiga sebuah kamar, seorang gadis blonde bermaik cokelat karamel tengah berbenah. Menyusun buku, pakaian, serta hal pribadi yang dibawanya. Usai berbenah ia duduk di tepi ranjang, kepalanya mengadah menatap langit-langit kamarnya berwarna pink.

Pink...

Warna itu mengingatkan Lucy dengan seorang pemuda yang membantunya sampai ke mansion ini berapa jam lalu.

#Flashback~

Lucy duduk di sebuah bangku taman, sesekali ia menghela nafas kasar, melihat jam pink yang melingkar di tangannya lalu dengan brutal mencoba menghidupkan ponselnya. Padahal ia tahu ponselnya itu tidak akan hidup sebelum dicharger kembali. Entah berapa kali ia melakukan ketiga hal itu. Tak mau berlama-lama lagi, ia berdiri menggerek koper tak berdosa yang menjadi tempat pelampiasan si majikan yang menyeretnya seperti menyeret hewan liar.

Kedua kakinya dientak-entakkan dengan kuat, -sempat menarik perhatian orang sekitar. "Gadis aneh". Ia tidak tuli, telinganya masih bisa mendengar cibiran orang yang tak suka dengan apa yang ia lakukan.

Bibir peachnya komat-kamit mengutuk si pelayan yang terlambat menjemputnya di stasiun hingga ia harus naik taksi untuk sampai ke kompleks perumahan bernama Fairy Hill's ini. Bodohnya ia tidak bertanya blok nomor berapa kediaman keluarganya berada. Dan disinlah ia.. berbekal insting berjalan dengan mulut tak henti-hentinya mengeluarkan serentetan makian maut andalannya.

Karena perasaan kesalnya yang tinggi, Lucy tak sadar jika ia berjalan dengan setengah berlari. Hingga tak sengaja tubuh mungil dan koper miliknya menabrak seseorang hingga mereka terjatuh di trotoar dengan tidak elitenya.

BRUK!

"Aww/Ittai!" jerit Lucy dan orang itu bersamaan.

"Siapa sih, jalan itu pakai mata dong! Tidak lihat ada orang tersesat di tempat asing seperti ini!" bentak Lucy emosi. Lucy... Lucy... kau tahu? Bahwa dirimu lah yang salah dalam kejadian ini karena tidak memperhatikan sekitar?

"Maaf, kau salah nona. Jalan itu bukan pakai mata, tapi pakai kaki. Mata digunakan untuk melihat jalan sebagai penuntun kaki yang digunakan untuk berjalan. Intinya yang salah disini bukanlah aku, melainkan Anda sendiri." Ceramah 'si korban' panjang lebar.

Lucy mendengus mendengar penuturannya, tak peduli dia kembali berjalan. "Terserah." Sahutnya dingin.

Moodnya sedang tidak baik saat ini, Lucy melanjutkan langkahnya acuh masih menyeret kopernya brutal.

"Tidak sopan, seharusnya kau minta maaf dahulu."

Sontak Lucy berbalik, karamel miliknya menatap tak suka kepada orang asing berambut aneh ini.

"Mau dikata tidak sopan, silahkan saja. Yang jelas aku tidak akan minta maaf padamu! Aku akan pergi sekarang dan jangan ganggu aku!" tukasnya, mengakhiri percakapan mereka.

Orang tersebut menatap punggung gadis blonde yang makin menjauh. Terbesit keraguan ketika mengamati kepergiannya ( bukan mati loh, ya) tersebut.

Tapi tak lama, ia juga mengangkat bahu tak peduli. Toh, ia akan di maki lagi oleh si gadis jika ia bilang 'butuh bantuan? Kau tersesat bukan?'

Hah~

Lucy menghela nafas. Menatap warna orange yang sudah datang sedari tadi. Hari sudah sangat sore dan ia belum juga sampai di kediamannya.

Bagaimana jika nanti ia akan diculik atau bahkan di bunuh oleh orang-orang asing berwajah aneh melihatnya, seorang gadis berjalan sendirian di kala malam akan datang. Hii! Jangan sampai itu terjadi!

TING!

Bagai muncul sebuah bohlam di kepalanya, Lucy mendapat sebuah ide! Kenapa tidak terpikirkan dari tadi ya?

Lucy menatap sekelilingnya mencari seorang manusia yang mungkin bisa membantunya. Tapi...

Whushhh..

Nihil. Tidak ada seorangpun. Sepi, hanya deru sepi kendaraan yang lewat dan angin sepoi-sepoi. Pupuslah harapannya untuk bertanya akan keberadaan kediaman keluarga Heartfilia. Keluarga bangsawan yang sangat terkenal, mana mungkin orang tidak tahu di mana kediamannya, dan lagi ini adalah sebuah kompleks perumahan! Tapi kenapa sudah sesepi ini!

"Arghhh! Bakaaaaa!" raung Lucy.

Di tengah acara frustasinya, tak sengaja Lucy melihat seseorang itu. Ya orang bersurai aneh untuk ukuran seorang laki-laki..

Tak ada cara lain, meski ia sempat memaki orang tersebut, Lucy tak peduli. Satu-satunya harapan yang ia miliki adalah bertanya pada orang itu.

"Hei! Tunggu!" panggil Lucy, berlari mendekatinya.

"Bukankah kau gadis yang tadi?" tanyanya, heran melihat si blonde yang berdiri di hadapannya.

"Ya, aku yang tadi. Sebelumnya, aku minta maaf karena telah berkata kasar dan juga telah menabrak mu tadi." Ucap Lucy membungkukkan tubuhnya.

"Aku mau bertanya, bisa tolong kau bantu aku?" tanya Lucy penuh harap. Karamelnya bertubrukan dengan Lavender si lelaki bersurai sakura dengan scarlet di beberapa helainya.

"Membantu mu? Dan setelah itu kau akan memaki ku lagi?" dengusan terdengar.

Lucy menahan lagi amarah yang mulai menggerogotinya. Oh,, jika ia bisa ia lebih memilih minta tolong pada orang lain daripada lelaki bermanik lavender ini.

"Tolonglah, hari sudah sangat petang. Apa kau tega membiarkan seorang gadis tersesat di jalan lalu diculik dan di bunuh oleh orang asing?" ujar Lucy lagi berusaha membujuk lelaki di depannya dengan ekspresi pura-pura ingin menangis.

Tak tahan melihatnya, lelaki ini menyerah. "Baiklah, sekarang apa yang harus kutolong?"

"Apa kau tahu di mana kediaman keluarga Heartfilia?"

Lucy berani bersumpah, barusan ia melihat manik pemuda ini membulat. Seperti sangat terkejut akan ucapannya. Namun dengan cepat di tutupi dan kembali pada ekspresi datarnya.

"Aku tahu, akan ku antar kau kesana. Ayo ikut aku."

Berjalan kedepan, Lucy mengekorinya dari belakang. Tak ada percakapan sedikit pun di antara mereka. Sekian puluh menit berjalan, sampailah mereka di depan sebuah mansion berpagar emas yang menjulang tinggi.

Manik karamel Lucy berbinar senang. Lucy membalikkan tubuhnya demi melihat seseorang bersurai dua warna-

"Arigatou, kau sudah meng-" -tapi tak ada seorang pun disana.

'Apa hanya hayalanku saja ya?' tidak mungkin! Terlalu nyata jika disebut sebuah khayalan.

Sementara Lucy yang masih celingak celinguk, orang yang tengah ia cari sedang bersembunyi dibalik pohon besar sembari memegang dada kananya yang tengah berdegup kencang.

#Flashback end.

"Aku harap bisa bertemu dengannya lagi nanti, tanpa bantuannya aku tidak akan berada disini sekarang."

"Menurut nee-san, apa benar itu adalah 'dia'?"

"Aku tidak tahu, Natsu. Kita lihat saja nanti. Jika bertemu dengannya kita akan mencari tahu lebih lanjut."

"Baiklah."

Dimalam itu galaksi menjadi indah dengan bintang serta bulan sebagai perhisannya. Esok hari adalah misteri dan esok hari juga Tuhan akan membuat sesuatu bagi mereka yang biasa kita sebut... Takdir...

.

.

.

To be continue...

A/N: Waahh, akhirnya ni fic berhasil di publish. Buat minna-san, silahkan kasih pendapat tentng fic ini di kotak riview Ok? Ini baru prolog ya..

Oh ya, ada yang merasa nggak sih kalau di akhiran alurnya terlalu cepet? Kalau iya, Koyuki minta maaf. Buru-buru soalnya hehe XD

Dan chapter ini lumayan pendek. Chapter depan akan Koyuki usahain buat chapter yang lebih panjang lagi. Dan semoga gak buat kecewa kalian semua.

Ne, arigatou gozaimasu for Kikkoy-senpai yang udah susah payah bantuin Koyuki buat akun di ffn.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Jaa~~ *Lambai-lambai*