Title: Gomen ne, Hinata
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Author : Hinanami
Genre : Romance, Drama.
Rate : T
Cast : Naruhina, Sakura.
Warning: Typo(s), EYD, dll
Summary : Naruto nembak Sakura. Bagaimana perasaan Hinata? Dan apakah benar cinta laki-laki pirang itu untuk si gadis musim semi atau malah untuk gadis indigo. Mengambil setting setelah PDS 4, tidak ada hubungannya dengan the last. Murni hasil karangan author :D

Yang nggak suka 'banget' NaruSaku lebih baik tekan tombol back deh.

Chapter 1

Perang besar berakhir dan dimenangkan oleh pihak Aliansi Shinobi. Walau begitu luka trauma masih membekas di relung hati terdalam para shinobi yang selamat maupun yang tak mengikuti perang. Mereka kehilangan keluarga, kekasih dan sahabat.

Di sudut taman yang cukup sepi. Hanya ada dua orang berbeda gender yang saling menatap di sana. Sang laki-laki berambut pirang tersenyum mantap ke arah gadis berambut merah muda di hadapannya.

"Sakura-chan.. Maukah kau menjadi kekasih ku?"
"E-eh?"

Sakura menatap terkejut laki-laki di depannya. Memang itu hal biasa karena laki-laki yang notabene nya adalah sahabatnya itu sering menyatakan perasaan nya sejak kecil tapi melihat ekspresi serius dari laki-laki bernama Naruto itu mebuat Sakura agak aneh.

"Naruto"

Naruto melihatnya, bagaimana mata itu menatapnya tak percaya.
"Aku tau Sakura-chan. Kau pasti mengira aku bercanda. Tapi percayalah padaku"

Sakura tersenyum, laki-laki ini benar-benar telah dewasa. Lihatlah wajah serius nya itu.. Membuat Sakura merona merah saja. Dia menghela napas, ada apa ini? Kenapa dia jadi malu begini? Apakah karena melihat wajah serius Naruto atau...

"Sakura-chan" Naruto menatap khawatir gadis yang terdiam di hadapannya.

Sakura tersenyum. Dia meremas erat pakaiannya dan menunduk. "Ya, Na-naruto"

"Eh?"

Sepertinya begitu.. Apa perasaannya pada laki-laki raven itu begitu dangkal sampai dia dengan mudah menerima perasaan Naruto. Atau mungkin dia memang sudah menyerah terhadap perasaan yang sudah dirasakannya sejak kecil ini, perasaan lelah menunggu.

"Kau bilang apa tadi, Sakura-chan" Naruto menatap Sakura bingung. Dia rasa telinga sedang tersumbat sesuatu sampai tak mendengar jelas perkataan teman satu tim nya tersebut.

"Hah? Kau ingin aku mengulang kata-kata memalukan tadi. Cih, a-aku mau Na-Naruto. Puas?" Sakura merona, dia memalingkan wajahnya kea rah lain, asalkan tidak menatap laki-laki di hadapnnya ini.

"Kau yakin?"
Pertanyaan aneh dari Naruto membuat Sakura menyerngitkan dahinya. Apa dia terlihat bercanda? Apa rona merah di pipinya ini candaan?

"Kau meragukanku?" Sakura memasang wajah masam dan tentu saja mengundang wajah panik Naruto.
"Ti-tidak. Aku hanya terkejut kau menerima ku begitu saja." Naruto nyengir.

"Jadi kau ingin aku meno..-"

Grepp..

Naruto memeluk gadis musim semi itu erat. Dia tersenyum.

"Arigatou Sakura-chan.. Arigatou"

Sakura mengangguk dan membalas pelukan Naruto. Dia memejamkan matanya mencoba menikmati kehangatan yang di salurkan oleh laki-laki yang memeluknya ini.

"Na-Naruto."

Naruto tertawa, "cobalah memanggilku Naruto-kun, Sakura-chan"

Sakura manyun, "Ini sungguh sulit dan juga memalukan, kau tau?"

"Ayolah.."

"Na-Naruto kun."

"Cobalah untuk santai sedikit, Sakura-chan. Kau berkeringat sekali hanya karena memanggil namaku, kau jadi terlihat seperti Hinata"

Sakura segera menoleh ke arah laki-laki yang malah tertawa, benar, gadis indigo itu menaruh perasaan pada laki-laki yang telah menjadi kekasih nya itu. Sakura merasa sedikit bersalah. Dia ingin meminta maaf kepada Hinata, apa mungkin gadis itu akan memaafkannya?

"Naruto-kun" Panggil Sakura lancar.

"eh?" Naruto terkejut tapi dia segera tersenyum. "Lihatlah, kau memanggilku Naruto-kun dengan lancar."

Namun ekspresi Sakura sekarang bukanlah bangga atau malu yang membuat Naruto menyerngit bingung.

"Ada apa, Sakura-chan?"
"Bisakah kita merahasiakan dulu hubungan ini dan juga..-"

Sakura menghembuskan nafasnya..

"Ayo kita minta maaf pada Hinata"

Naruto melebarkan matanya. Tapi pandangannya segera melembut. Dia menghela napas dan mengalihkan pandangannya.

"Baiklah"

Sakura sedikit terkejut. Biasanya Naruto langsung protes karena mengingat permintaan nya sedikit aneh, tapi Naruto malah mengiyakan. Mungkin laki-laki ini benar-benar telah dewasa.

"Sou ka.. Omodetou Sakura-san Naruto-kun" Hinata tersenyum manis -ralat- mencoba tersenyum ke arah dua orang yang berdiri di hadapannya.
"Arigatou Hinata"

Sakura merasa bersalah. Gadis ini pasti sangat kecewa. Tapi bagaimanapun juga, dia harus tau tentang hubungan nya dengan Naruto untuk kebaikannya Hinata juga.

Naruto menghela napas. Dia maju dan melakukan hal yang tak pernah terpikirkan oleh dua orang gadis di sana. Ya, Naruto memeluk Hinata erat dan membenamkan kepalanya di leher gadis indigo itu.

"Gomen ne Hinata. Gomenasai"

Sakura akui, Dia cemburu. Bagaimanapun juga laki-laki yang sedang memeluk gadis indigo itu adalah kekasihnya. Apalagi dia tak pernah di peluk se 'manis' itu. Huh.. Sepertinya dia sudah mulai menaruh perasaan pada laki-laki blonde itu.

Naruto melepaskan pelukannya dan tersenyum melihat Hinata yang terdiam dengan rona merah menjalar di seluruh wajahnya.

"Tunggu saja, Hinata. Kau pasti akan menemukan laki-laki yang tampan dan hebat persis seperti ku" laki-laki itu nyengir dan memamerkan jempolnya.

Sakura segera menggeleng untuk menepis pikiran aneh itu. Bagaimanapun juga, Naruto telah memilihnya kan? Dan dia percaya pada laki-laki itu.

Melihat senyum Naruto, tak ayal membuat Hinata sedikit bisa mengendalikan dirinya. Dia tersenyum.

"Maaf Sakura-san Naruto-kun. Aku harus segera pulang, otou-sama pasti marah."

Hinata berbalik dan berlari meninggalkan dua orang itu. Gadis itu merasa tak bisa lagi memasang topeng yang terus di pasangnya di depan dua orang itu. Hatinya begitu sakit, benar-benar sakit. Apa ini namanya patah hati? Kenapa bisa sesakit ini.

Sakura berbalik menatap Naruto yang malah terpaku diam dengan pandangan lurus ke depan. Dia mengigit bibirnya..

"Naruto-kun"
"...Nee Naruto-kun"
"NARUTO!"

"Eh apa Sakura-chan" Naruto menoleh dan menggaruk pipinya malu karena ketahuan melamun.

Sakura terkikik geli. Dia mencubit pipi Naruto.

"Kenapa kau melamun? Apa yang kau lamunkan?"
"Eh? Itu em.. Aku hanya memikirkan.. Kapan kita kencan? Iya.. Ehehe.."

Naruto tertawa. Sakura menghela napas dan tersenyum miris.

'Pembohong. Kau berbohongkan, Naruto. Kau tak bisa membohongiku.'

Blam

Hinata menutup pintu dan bersandar di sana. Napasnya terputus-putus karena dia berlari cukup kencang tadi. Hinata bahkan mengabaikan sapaan beberapa pelayan dan langsung berlari masuk. Untunglah ayahnya tidak ada, bisa-bisa di omeli nanti.

Tubuh Hinata merosot. Dia duduk bersandar dengan memeluk kedua lututnya dan membenamkan kepala nya di antara kedua lutut itu.

Syok? Tentu saja. Dia bahkan hampir kehilangan keseimbangan saat Sakura menjelaskan hubungan mereka. Hinata tak kuasa menatap mata Naruto dan memilih menunduk sampai akhirnya dia menguatkan hatinya untuk tersenyum. Jangan sampai Laki-laki itu mengetahui keterpurukannya.

"Omodetou Naruto-kun Omodetou.. Aku senang kau telah mendapatkan cintamu. Aku turut bahagia" Hinata tersenyum manis dengan air mata yang mengalir turun ke pipinya.
"Are? Kenapa aku menangis. Seharusnya aku senang" Hinata menyeka kasar air matanya.

Hinata menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Kenapa sakit sekali... Hiks hiks.."

Semenjak itu, Sakura maupun Naruto tak pernah lagi melihat wajah Hinata. Awalnya, gadis musim semi itu ingin men cek keadaan si gadis indigo. Tapi katanya, dia mengambil misi yang memerlukan waktu banyak bersama tim 8.

Tak ayal, Sakura merasa bersalah lagi. Itu pasti untuk menghindari mereka. Gadis musim semi itu menghela napas dan memakan dango nya dengan cepat. Dia menoleh ke arah laki-laki di sampingnya yang tidak menyentuh dangonya malah menopang dagunya, melamun.

'Jika ku pikirkan, selama 2 minggu ini, Naruto-kun terus melamun. Memang, dia bersikap seperti seorang kekasih, membelikan makanan, berlatih jutsu berdua, makan bersama, mengantarkan pulang dan er.. Apa lagi ya?'

'T-tunggu dulu!'

Sakura tersadar, yang mereka lakukan 2 minggu ini seperti layaknya mereka berteman selama ini. Tak ada hal spesial. Seperti kencan? Eh kencan? Benar juga, apa makan bersama dan jalan-jalan itu termasuk kencan? Sakura rasa tidak.

Naruto memang bersikap baik, dia terus tersenyum dan sering membuat candaan yang membuatnya tertawa. Tapi bukankah laki-laki itu memang selalu begitu? Tak hanya pada dirinya.. Tapi juga untuk semua orang yang dekat dengannya.

Apakah tak ada hal lain yang dilakukan Naruto layaknya kekasih sebenarnya dan tak pernah di lakukan laki-laki itu pada gadis lain. Ya hanya pada dirinya. Sepertinya tidak. Ya benar-benar tidak ada~

Sakura merasa ragu.. Apa mungkin hanya dirinya yang menikmati kebersamaan mereka. Apa laki-laki di samping nya ini juga menikmatinya?

"Naruto-kun"
"Hm?" Naruto segera menoleh dan tersenyum.
"Aku ingin kencan?"

Naruto menyerngit bingung.

"Bukankah kita sedang kencan?" Naruto mengambil tusuk dango dan memamerkannya pada Sakura.
"Apakah kencan dengan seorang gadis hanya duduk berdua di warung dango. Itu juga bisa kau lakukan kepada Hinata." Sakura tertunduk.

Naruto tersadar. Dia meletakkan kembali tusuk dangonya dan menghela napas. Wajahnya terlihat bersalah..
"Gomen ne"

Sakura mendongak. Kenapa Naruto malah meminta maaf? Bukankah seharusnya dia berdiri dan mengajaknya kencan sebenarnya? Sakura tak membutuhkan permintaan maaf. Gadis itu mulai meragukan peraaan Naruto. Ya, dia harus memastikannya.

"Naruto-kun, cium aku"
"Hah?"

"Byakugan"
"Bagaimana Hinata?"

Hinata menonaktifkan matanya dan menoleh ke arah Kiba dan Shino. Gadis itu menggeleng.

"Begitu rupanya? Baiklah terpaksa kita pulang dan melaporkan kepada hokage sekaligus meminta bantuan"
"Ha'I"

Dan 3 orang itu menghilang kembali ke desa Konoha. Di sepanjang perjalanan, tak ada pembicaraan apapun. Mereka bertiga hanya diam menikmati semilir angin yang menyapa tubuh mereka. Kiba sudah merasa ganjal sekarang. Diam nya Hinata terlihat aneh, sangat di paksakan.

"Hei Hinata, kau kenapa?" Pertanyaan akhirnya meluncur juga dari mulut anggota klan Inuzuka itu.

Hinata tersentak dan menoleh ke arah laki-laki yang menatap nya sambil menaiki anjing putih kesayangannya.

"Apa maksudmu, Kiba-kun?"Hinata tersenyum manis menyembunyikan hatinya yang menangis.
"Ya aneh saja. Kau terlihat terlalu serius, Hinata dan itu tidak cocok untukmu"

Hinata tertawa kecil. Apa benar dia terlihat terlalu serius? Memang dia ingin melupakan semuanya dengan cara menjalani misi. Hinata sedikit bangga, seperti nya keterpurukannya membuat dirinya terlihat serius. Keberuntungan atau kepahitan, eh?

"Aku tidak apa-apa, Kiba-kun. Terima kasih telah mengkhawatirkan ku"

Kiba tak bisa lagi membalas. Jika Hinata sudah bilang tidak apa, berarti gadis itu tidak ingin di ganggu.

'Kau berbohongkan Hinata, ya kau berbohong. Tapi sayangnya kau tidak membohongi tim mu' Kiba menoleh ke arah Shino yang juga menatapnya.

Naruto menarik tangan Sakura pergi. Sebelum itu dia menaruh beberapa uang di meja. Laki-laki itu membawa sang gadis ke tempat yang jarang di lewati orang.

Laki-laki yang menjadi pahlawan perang itu menghempaskan tangan Sakura dan memijat keningnya kesal. Kenapa kau marah hanya karena permintaan Sakura, Naruto?

"Apa maksudmu, Sakura-chan? Kau ini kenapa sih?" Suara Naruto terdengar membentak. Dia menatap gadis yang juga menatapnya dengan pandangan sayu.

Benar kan? Bahkan dia meminta di cium saja -sebagai sepasang kekasih, ciuman kan wajar saja- Naruto sampai membentaknya begitu.

"Kau yang kenapa, Naruto-kun. Apa salah kekasihmu minta di cium. Kita beneran pacaran kan?"

Perkataan telak Sakura tentu saja menohok Naruto. Laki-laki itu segera tersadar dan mengendalikan emosinya. Dia menghela nafas dan menatap datar ke arah Sakura. Benar, ini hanya ciuman, sebagai kekasih yang baik, Naruto harus menurutinya kan?

"Baiklah jika itu mau mu"

Naruto menarik pinggul gadis itu agar mendekat ke arahnya. Sang gadis musim semi tersentak kaget menatap sepasang blue sapphire yang begitu dekat dengannya. Rona merah memenuhi pipi Sakura, dia menatap tepat ke arah sepasang sapphire blue itu.

Perlahan wajah Naruto mendekat, laki-laki itu tetap membuka matanya dan menatap mata emerald yang juga masih membuka. Semakin dekat, tapi Naruto juga tetap membuka matanya, tak berniat menutup seperti pasangan yang lainnya. Hal kecil seperti itu tentu menjadi pikiran Sakura yang juga masih menatap wajah Naruto yang semakin dekat dengannya.

'Kenapa kau tidak menutup matamu Naruto-kun? Bukankah orang berciuman itu harus menutup matanya agar bisa menikmatinya. Apa mungkin..'

Deg!

Sakura mendorong tubuh Naruto menjauh. Gadis itu memegang dadanya yang berdetak keras, dia menunduk menyembunyikan rona merahnya.

"Ada apa, Sakura-chan? Bukankah kau yang ingin dicium"
'Benar. Kenapa? Kenapa aku mendorong Naruto-kun. Apa mungkin karena aku masih mengharapkan Sasuke-kun. Tidak! Bukan itu.. Aku merasakannya, aku merasakan kalau ciuman itu bukanlah untukku'

"A-aku pergi. Ki-kita akan bertemu besok. Jaa" Sakura menghilang meninggalkan Naruto yang terduduk sambil mengacak rambut pirangnya.
"Apa yang telah ku lakukan!" Naruto mendongak menatap lautan awan di atasnya.
"Gomen ne, Sakura-chan"

Tim 8 dan Sai berdiri berhadapan dengan Kakashi selaku Hokage yang baru menggantikan Tsunade. Sang Hokage bermasker itu menghela napas karena seharusnya yang berdiri di depannya ini ada 6 orang tapi kenapa hanya tim 8 dan Sai saja? Mana Naruto Sakura.

'Naruto-kun dan Sakura-san mungkin lagi kencan'

Miris, tentu saja? Sebuah pemikiran itu terlintas begitu saja saat melihat wajah Kakashi yang terlihat bingung mencari dua orang itu. Kuatkan hatimu, Hinata. Jangan sampai kau terlihat terpuruk di depan Hokage.

"Sudahlah~ nanti kalian bilang pada mereka berdua ya" Kakashi mendengus kesal.
"Ha'I Hokage-sama"
"Sekarang bubar"
"Ha'I"

Naruto berdiri saat melihat Sakura datang. Gadis itu menyapa nya seolah tak terjadi apa-apa. Melihat sang 'kekasih' yang mungkin telah melupakan hal kemarin, Naruto memilih diam dan juga membalas sapaan nya dengan riang.

"Gomen Naruto-kun, tadi aku tidak sempat ke kantor hokage. Kita akan menjalani misi apa?" Sakura menggaruk kepalanya malu.
"Sebenarnya aku juga tidak ke kantor hokage. Baru saja aku di kabari Sai untuk ke pintu gerbang" Jawab Naruto enteng. Dia nyengir.
"Aku juga baru saja di kabari Sai"

"Ohayo Naruto Sakura-san"
"Ohayo Sai" "Ohayo Sai"

"Yo! Ohayo Naruto Sakura. Kalian dari mana saja?"Kiba segera menyapa mereka berdua.
"Eh Kiba? Shino dan H-hinata?" Naruto menggaruk kepalanya.
"Ohayo Naruto-kun Sakura-san" Jawab Hinata seperti biasanya walau dalam hati, dia benar-benar sakit.

Sai menjelaskan tentang misi ini. Mereka hanya harus menangkap beberapa orang yang telah merusuh desa-desa di daerah Negara api. Sebenarnya ini misi yang mudah, tapi karena tim 8 yang tau persis bagaimana keadaanya, maka dari itu mereka juga ikut untuk membantu tim 7.

Suasana hening melanda 6 orang yang melompati perpohonan itu. Kiba dan Naruto yang terkenal berisik juga memilih diam.

"Guk guk" Akamaru menyalak.
"Kita sudah dekat, bersiaplah" Ucap Kiba.
"Ha'I"

6 orang itu bersembunyi dari balik semak-semak menatap puluhan orang yang mengembrungi sebuah desa yang sudah terbakar habis.

"Kita harus membantu mereka"

Hinata tidak tahan melihat semua itu. Apalagi saat telinga nya menangkap suara tangisan memilukan dari anak kecil di sana. Tapi sebuah tangan kekar menahan pergerakannya dan menarik tubuh gadis itu untuk kembali bersembunyi.

"Tidak Hinata. Mereka ada dalam jumlah banyak dan mereka juga terlihat kuat" Ucap sang pelaku penarikan, Naruto.
"Ya, mereka juga menggunakan senjata api" Ucap Shino.
"Tapi.. Aku tak tahan jika berdiam disini. Naruto-kun, kita harus membantunya, kumohon" Mata Hinata mulai berkaca-kaca. Tak tahan melihat gadis itu menangis, Naruto menghela napas. Dia tersenyum dan mengacak rambut gadis itu.
"Baiklah jika itu maumu.."

Naruto mengenggam tangan Hinata dan berdiri yang tentu saja membuat gadis itu ikut berdiri. Mengabaikan tatapan dari seorang gadis yang juga berada di samping Naruto, dia terlihat kecewa.

"Ayo Hinata"
"Ha'I"

"Tajuu Kage bunshin no jutsu"

"Huh misi yang mudah.."
"Jangan sombong Naruto. Jika tidak ada Hinata, mungkin karena kelengahan mu itu, kau sudah terluka"Sindir Kiba.

Naruto menggaruk pipinya malu. Dia menoleh ke arah Hinata yang tertawa kecil, laki-laki itu balas tersenyum.

"Arigatou ne Hinata. Kau penyelamatku.. Hihihi"

Hinata tersenyum. Kiba dan Sai terus menyindir Naruto. Kok pahlawan perang bisa ceroboh begitu, memalukan. Dan tentu saja, membuat raut muka Naruto menjadi masam. Dia mencibir ke arah dua orang itu dan tentu saja menimbulkan gelak tawa dari mereka. Hinata dan Shino hanya tersenyum tipis.

Tak taukah kalian, di belakang, seorang gadis menatap cemburu ke arah dua orang yang melompat berdampingan sambil saling melempar senyum manis. Mengabaikan dia yang notabene nya adalah seseorang yang harusnya lebih pantas bersanding di samping sang laki-laki pirang.

'Tsk'

Setelah sampai di desa, Sakura segera menarik tangan Naruto dan mengabaikan teriakan protes dari si empunya.

"Ada apa Sakura-chan.. Kita harus melapor misi."
"Biarkan tim 8 dan Sai saja. Sekarang ikut aku, Naruto-kun"

Naruto menyadari perubahan atmosfer yang di keluarkan oleh gadis berambut pink itu. Otak bodoh Naruto berputar, apakah dia melakukan kesalahan yang cukup fatal? Hm.. Mereka kan hanya menjalani misi bersama tim 8 dan dia dengan Hinata... E-eh? Tunggu! Benar Hinata! Sakura pasti cemburu. Sial!

"Ada apa Sakura-chan?" Naruto menatap gadis yang telah memasang wajah marahnya. Dia menghela napas.
"Naruto-kun, kita pacaran kan? Iya kan?"

Mendengar pertanyaan Sakura membuat Naruto memijat keningnya kesal, dia sudah menduga ini.

"Ya" jawab Naruto malas.
"Kalau begitu kenapa! Kenapa kau lebih dekat dengan Hinata. Kau tau? Aku tidak menyukainya! Aku tidak menyukai kau lebih dekat dengan gadis lain selain aku."

Oh astaga, Kepala Naruto mendadak pening mendengar kemarahan Sakura. Kenapa gadis ini bisa seheboh itu sih gara-gara dia dekat dengan Hinata. Apa salahnya?

"Sebaiknya kau istirahat Sakura. Aku pikir kau kelelahan"

Naruto berbalik, ingin meninggalkan Sakura yang syok. Bahkan laki-laki itu bersikap dingin padanya. Dia juga memanggilnya tanpa embel-embel 'chan' seperti biasa.

"Jika kau pergi, kita putus." Teriak Sakura kesal.

Untunglah tak ada orang di antara mereka. Jadi biarpun Sakura berteriak tak ada yang mendengar. Naruto menghentikan langkahnya, dia menghela napas lagi entah kesekian berapa..

"Gomen"

Naruto menghilang~ dia pergi dengan shunsin nya. Yang tentu saja membuat hati Sakura tertohok. Naruto meninggalkannya? Cairan liquid perlahan turun ke pipinya, Naruto benar-benar meninggalkannya. Seperti laki-laki raven itu, dia juga meninggalkannya, sendiri.

"Kenapa hiks mereka berdua hiks meninggalkan ku."

TBC