Yaa~ author abal (?) kembali menampakkan diri dihadapan anda semua. Kali ini saya membawa cerita yang sedikit berbeda dari biasanya. Mungkin akan menjadi cerita aneh yang pernah ada di dunia per-FFan -_- #DOR
Oke, saya terlalu pesimis -_- #ditabok Hiruma
Oya, untuk balasan review cerita-cerita sebelumnya sudah saya balas lewat PM :D dan untuk yang gak log-in:
Animealover Yaha: huwee~ jangan nangis *kasih tisu* hiks, saya juga tidak tahu kenapa endingnya kayak gitu (loh?) salahkan otak saya yang sudah menistakan hiruma disana (?) iya, nanti pasti bikin yang happy ending kok :D just wait :D kekeke~ arigatou ^^
Yosh, itu tadi balasan reviewnya. Sekarang langsung saja dimulai ceritanya :D
Selamat membaca~
An Eyeshield 21 Fanfiction
91 Mission
Eyeshield 21 by Riichiro Inagaki & Yusuke Murata
Story by Yuuki Hiruma
Pairing: Hiruma x Mamori
Genre: Romance, Action
Rating: K+
WARNING! judul sama jalan cerita gak nyambung (?) OC bertebaran, OOC akut, Typo dimana-mana, Action dan Romance gagal ._.)
DON'T LIKE, DON'T READ!
Summary: Hiruma dan Mamori. sosok Kapten dan Manajernya. Pada awalnya semua hal memang berjalan seperti biasa. Namun, semuanya berubah dalam sekejap. 'mereka' telah bergerak kembali. Organisasi gelap itu tengah mengincar mereka berdua, terutama sang malaikat.
-ユーキヒルマ-
CHAPTER 1: They're Back!
Sesosok gadis cantik berambut auburn tengah berdiri disamping stasiun. Kedua pandangan iris biru safirnya menyapu seluruh pemandangan disekelilingnya. Gadis itu tersenyum tipis, kemudian merapatkan scarf dan mantel sea green-nya. Sesekali terlihat embun-embun kecil itu keluar dari mulutnya. Menambah suasana dingin yang masih terasa di akhir bulan januari.
Mamori –nama gadis itu, mulai merogoh sakunya. Mengambil sebuah benda kecil yang sedari tadi ia simpan didalam mantelnya. Memencet beberapa angka, kemudian menempelkan benda mungil itu ke telinga kirinya.
"ah, Hiruma-kun? Aku sudah berada di stasiun Tokyo. Mungkin sekitar dua puluh menit lagi aku akan sampai di Deimon." Ujarnya begitu mendengar sebuah sahutan dari sana. Tanpa menunggu sebuah jawaban dari seberang, Mamori segera memutuskan sambungan telepon. Gadis itu kembali mengamati hiruk-pikuk di Stasiun terbesar kedua di Tokyo. Lagi-lagi Mamori melayangkan sebuah senyuman.
Mamori melangkahkan kedua kaki cantiknya –yang kini tengah dibalut dengan celana jeans yang tidak terlalu ketat, memasuki kereta yang sedari tadi telah ditunggu-tunggu. Kereta menuju kota Deimon. Tempat tinggalnya.
Gadis berambut auburn itu mengambil tempat duduk yang berdampingan langsung dengan jendela yang bersiap untuk menyuguhkan pemandangan-pemandangan untuknya ketika di perjalanan. Mamori menerawang jauh kearah luar jendela, membayangkan sosok pria spike pirang dengan seringaian khasnya yang sangat ia rindukan. Membuatnya semakin tak sabar untuk segera sampai di tempat tujuan.
-ユーキヒルマ-
Hembusan angin musim dingin mampu menggoyangkan beberapa helai rambut jabrik seorang pria yang sedari tadi menyandarkan tubuhnya diatas bangku stasiun Deimon. Senjata kesayangannya ia biarkan terbaring disampingnya. Kedua tangannya ia regangkan sembari meniup balon permen karet mint yang beberapa menit lalu ia masukkan kedalam mulutnya.
"manajer sialan itu lama sekali." Gumamnya. Entah sudah berapa kali pria itu melirik jamnya sekedar untuk memastikan kedatangan kereta dari Tokyo. "cih, tak mungkin aku salah waktu." Umpatnya kemudian. Pria itu lantas bangkit dari tempatnya semula, menyangga senjata apinya dengan punggung kiri, bersiap untuk meninggalkan tempat.
"Hiruma-kun!" teriakan yang amat familiar terdengar oleh telinga elfnya yang tengah berkedut mendengarnya. Pria itu terdiam sejenak sebelum akhirnya menolehkan pandangannya, mendapati sosok gadis cantik berambut auburn sebahu dengan kristal biru safir yang indah. Siluet tubuh yang sangat ia kenal.
"Oi, manajer sialan! Kau terlambat satu menit." Hiruma mengeluarkan suara khasnya, menyeringai kecil menatap sosok gadis yang tengah berlari kearahnya.
"ya ya, maafkan aku tuan 'tepat waktu." Sahut Mamori, menekankankan beberapa kata-kata terakhirnya. Kini gadis itu telah berdiri tepat disamping sosok sang iblis. Hiruma menyeringai makin lebar ketika melihat Mamori mengalungkan kedua tangannya masuk kedalam lengan kekarnya.
"Keh, kau merindukanku manajer jelek?" hiruma melontarkan pertanyaan –pernyataan. Sedikit melirik sosok gadis pemilik kristal biru safir. Karena merasa tak perlu, Mamori memilih untuk tak menjawab pertanyaan Hiruma.
"aku lelah, Youichi-kun." Ucap Mamori lembut. Ia menyandarkan kepalanya di jenjang lengan kekar milik Hiruma. Mamori sedikit memejamkan kedua matanya. Menikmati saat-saat ia berdua dengan Hiruma. Ya, hanya berdua. Tak ada siapapun.
Keduanya mulai melangkah meninggalkan stasiun, menuju ke apartemen milik Mamori yang berada tak jauh dari stasiun deimon. Keheningan menyelimuti keduanya selama di perjalanan. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka sebuah perbincangan. Mungkin memang sudah tak ada lagi hal-hal yang perlu diperbincangkan.
"sudah sampai."hiruma berhenti tepat didepan sebuah pintu bertuliskan 031. Mamori mulai merogoh sakunya, mencari-cari sesuatu. Setelah menemukannya, Mamori mulai memasukkan benda itu kedalam lubang pintu apartemen.
CKLEK!
Pintu apartemen itu terbuka. Mendorong Mamori untuk segera memasuki ruangan yang sudah lama ia tinggalkan. Sejenak, gadis cantik itu menatap pria disampingnya.
"mampir sebentar, You?" tawar Mamori. Hiruma hanya melengos masuk dan merebahkan dirinya diatas sofa. Mamori tersenyum melihat sikap iblis itu. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Mamori langsung berkutat di dapur. Membuat kopi hitam dan teh hijau untuk Hiruma dan dirinya sendiri.
"ini kopinya, You." Mamori meletakkan secangkir kopi hitam kesukaan Hiruma diatas meja. Pria itu hanya ber-"hn."ria sambil terus fokus pada laptop yang entah sejak kapan sudah berada dalam pangkuannya.
Hiruma mulai menyesap kopi hitamnya tanpa sisa, meletakkannya kembali diatas meja. Dan berkutat dengan laptop VAIO tercintanya. Raut wajahnya nampak serius menatap layar lcd didepannya. Sambil memasukkan selembar permen karet bebas gula, pria itu menyeringai.
"mereka sudah mulai bergerak." Ucap Hiruma datar. Namun cukup membuat otak jenius gadis yang berada didepannya bekerja. Menangkap maksud dari sang iblis. Ya, gadis itu mengerti apa yang dibicarakan oleh Hiruma. Sangat mengerti.
"maksudmu, 'organisasi gelap itu? Sejak kapan?" Tanya Mamori. ia melenggang menempatkan dirinya tepat disamping Hiruma. Meminta penjelasan lebih lanjut.
"sejak akhir tahun lalu. Mereka melancarkan serangan pertama mereka pada penduduk daerah timur." Jelas Hiruma sambil terus fokus menatap layar lcdnya. Diam sejenak. Keduanya nampak larut dalam pikiran masing-masing. Organisasi gelap itu sudah kembali.
"tunggu dulu! Jadi maksudmu…." Mamori menggantungkan ucapannya. Menatap iris hijau emerald tersebut lekat-lekat.
"kita berada dalam bahaya besar." Sambung Hiruma cepat. Sukses membuat kedua iris biru safir itu membulat sempurna mendengarnya. Oke, mungkin ia memang terbiasa menghadapi segala macam bahaya yang mengancam kehidupannya. Namun, hanya mendengar nama organisasi gelap itu saja, sudah membuat Mamori merinding.
"tenang saja, aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu." Ucap Hiruma tenang. Seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh malaikat satu ini. Mamori tersenyum. Gadis itu menggenggam sela-sela jari panjang Hiruma, mencari sebuah ketenangan. Entah kenapa, ia berpikir kalau semuanya akan baik-baik saja kalau bersama dengan Hiruma.
-ユーキヒルマ-
"tinggal sedikit lagi rencana kita berhasil." Ucap seorang pria berambut hitam raven lengkap dengan kacamata hitam yang dipakainya. Pria itu memutar kursi duduknya, menghadap seseorang yang tengah berdiri didepan pintu.
"tapi, masih ada satu, atau mungkin dua orang pengganggu yang mencoba menjatuhkan kita." Lanjutnya dengan suara datar, namun terlihat serius. Ia menyesap sebentar kopi yang disediakan diatas meja kerjanya. "kedua sampah sialan itu telah menghalangi jalan kita untuk menguasai jepang." pria itu beralih mengelap bazookanya yang sedari tadi terbaring diatas meja kerja.
"Saya sudah menyelidiki data dari kedua orang itu, Master." Kini pria berambut merah bata yang berdiri didepan pintu membuka mulutnya. Seringaian yang cukup lebar ia tunjukkan. Tanpa menunggu jawaban dari 'tuan'nya, pria berambut merah itu melanjutkan.
"namanya Shuuma kobayakawa, seorang pekerja kantoran. Dan disebelahnya adalah Mihae Kobayakawa. Istrinya." Pria rambut merah itu mengeluarkan selembar foto yang kemudian ia perlihatkan kepada 'tuan'nya.
Kedua alis pria berambut hitam raven mengernyit. Meminta penjelasan lebih lanjut darinya. "dan, yang saya maksudkan data adalah bocah ini." pria berambut merah itu kembali membuka mulutnya. Kali ini telunjuk kanannya menunjuk sebuah foto seorang remaja sekitar 16 tahun yang berdiri ditengah-tengah sosok Shuuma dan Mihae.
"Sena Kobayakawa. Salah satu teman terkasih dari orang-orang sialan itu. Dan saya yakin, mereka pasti akan bertindak kalau kita melakukan hal itu." Tutup pria itu. 'tuan'nya mulai menunjukkan seringaiannya, kagum terhadap sosok pria jenius itu.
"khu khu khu~ cepat lakukan rencana jeniusmu itu." Perintah sang 'tuan' diiringi seringaiannya yang makin lebar.
-ユーキヒルマ-
"lebih cepat lagi, teri-teri sialan!" teriakan Hiruma sore itu membuat semua anggota klub American football tak berani memperkecil langkah kakinya. Walaupun sebenarnya mereka sudah melewati batas akhir stamina yang dimiliki. Namun, akan lebih menyeramkan kalau setan yang tengah berteriak itu memanggil anjing penjaga untuk membuat siksaan mereka lebih buruk lagi.
"cukup teri-teri sialan." Bagaikan mengeluarkan kata-kata ajaib, kini semua anggota klub menghentikan kegiatan 'siksaan neraka' mereka setelah sang kapten berucap.
"minna, otsukare-sama." Sosok gadis berambut auburn sebahu menghampiri 'mayat-mayat hidup' yang kini tengah terbaring tak berdaya ditengah lapangan. Ditangannya telah terdapat sebuah nampan yang berisi beberapa botol air mineral, juga handuk kering. Dengan dibantu oleh gadis 'in-line-skate' Mamori membagikan botol dan handuk kering kepada teman-teman satu klubnya yang terlihat menyedihkan.
"a-arigatou, Mamori-neechan."
"arigatou MAX!"
"Fu-fugo!"
Begitulah respon beberapa anggota klub ketika menerima sebotol air mineral juga handuk kering untuk mereka gunakan.
Kristal biru safir milik Mamori menyapu sekeliling, mencari sosok pria spike pirang dengan nomor punggung satu. Sampai akhirnya, pandangannya terhenti pada objek yang dicarinya. Hiruma Youichi. Sang kapten klub yang tengah menyandarkan tubuhnya dibawah pohon rindang di pinggir lapangan. Kedua iris hijau emeraldnya terpejam, senjata api kesayangannya terbaring indah disampingnya.
Mamori tersenyum sesaat ketika menghampiri sosok 'iblis deimon' yang terlihat damai dalam tidurnya. Walau bagaimanapun, Hiruma juga seorang manusia –merangkap sebagai iblis –yang merasakan perasaan lelah.
"otsukare-sama." Gumam Mamori pelan. tak ingin kapten klubnya mendengar. Gadis itu menunjukkan senyumannya, kemudian segera mengambil sisa handuk yang masih belum terpakai. Dengan telaten dan berhati-hati, gadis itu mengusap tiap inci bagian wajah Hiruma yang tengah berkeringat. Mencoba untuk tidak membangunkan empunya.
GREP!
Tangan kekar itu menggenggam lengan Mamori yang masih asik menjelajahi tiap jenjang wajah Hiruma dengan handuknya. Membuat gadis itu sedikit terkejut, namun sedetik kemudian ia menunjukkan senyuman manisnya.
"Gomen, aku membuatmu terbangun." Ucap Mamori. gadis itu menghentikan aksinya, dan mengambil tempat disamping sang kapten.
"Keh, kau selalu saja mengangguku." Sahut Hiruma dingin. Pandangan pria itu lurus kedepan, menatap teman-teman klubnya yang kini tengah 'bangkit' dari kelelahan.
"mereka semua selalu bersemangat. Tentu saja semua ini berkat dirimu, Youichi-kun." Mamori menatap iris hijau yang kini tengah memperhatikan teman-temannya. Gadis itu tersenyum kecil. Ia tahu kalau Hiruma tengah bahagia sekarang. Mendapatkan beberapa orang anggota klub yang dulunya hanya berisi dirinya dan Kurita.
"kekeke~ berhenti mengucapkan hal-hal yang tidak perlu, kuso mane. Mereka hanyalah teri-teri sialan yang bodoh." Tukas Hiruma yang disusul dengan seringaian setannya.
"kau ini, selalu saja menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya. Aku mulai berpikir kalau kau adalah orang paling bodoh yang pernah kutemui." Mamori berucap enteng. Namun cukup membuat pria iblis itu marah. Beberapa sudut siku-siku tercipta di ujung kepalanya.
CKREK!
"tadi kau mengatakan apa, huh?!" hiruma menyuguhkan moncong senjatanya kearah dahi Mamori. namun gadis itu sama sekali tak menunjukkan ekspresi takut.
"taruh senjatamu, Hiruma-kun bodoh!" Mamori sama sekali tak merespon ucapan Hiruma. Ia memilih untuk menyuruh Hiruma meletakkan senjatanya. Tidak, bukan karena ia takut terkena tembakan. Melainkan tak suka dengan sikap sang iblis yang selalu seenaknya sendiri –namun memberi kesan yang berbeda terhadapnya.
"berani sekali kau memerintahku, dasar monster cream puff gendut jelek sialan!" tak ingin kalah, Hiruma memberikan death glare-nya pada Mamori.
"mou! Jangan seenaknya mengatakanku monster cream puff, kapten baka! Aku punya nama," mamori menggembungkan kedua pipinya. Sepertinya ia telah masuk perangkap Hiruma.
"aku tidak peduli dengan namamu, manajer sialan pecinta kue sus menjijikkan." Sosok Hiruma berlenggang meninggalkan Mamori yang kini tengah bersungut-sungut atas ucapannya.
-ユーキヒルマ-
Sosok pria berusia sekitar 30 tahun tengah berkutat dengan laptop yang ia letakkan diatas meja kerjanya. Kedua iris hitam miliknya fokus meneliti data yang ditampilkan melalui layar laptop tersebut. Sesekali ia beristirahat, menyesap teh hijau yang tersedia.
"shitsureishimasu [1]." Terlihat seseorang memasuki ruangan kerjanya. Yuuya –pria itu mengalihkan perhatiannya kepada sosok yang kini tengah berdiri menghadapnya.
"ada apa?" Tanya yuuya kepada sosok gadis berambut hitam sebahu. Gadis itu membungkuk sopan sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan Yuuya.
"sepertinya, nyawa tuan muda akan terancam." Ucap gadis itu –Kurohime Yoru. "mereka sudah mulai bergerak lagi. Dan sekarang, mereka tengah mengincar tuan muda dan kekasihnya." Hime melanjutkan. Yuuya mengangguk, tanda mengerti.
"baiklah, sepertinya memang sudah saatnya." Yuuya berucap tenang. Iris ruby milik Hime berkilat, menunggu kelanjutan kalimat Yuuya.
"kau harus menjauhkan Youichi dari kekasihnya. Bagaimanapun caranya." Yuuya menegaskan. Membuat kedua sudut bibir Hime terangkat. Gadis itu tersenyum –menyeringai senang mendengarnya.
-ユーキヒルマ-
"dengar teri-teri sialan! Sebentar lagi kita akan memulai pertandingan turnamen Kanto. Dan seperti yang sudah kalian ketahui, lawan pertama kita adalah Shinryuuji Naga. Disana ada dread sialan dan kembarannya, botak sialan. Kalau mental kalian tidak kuat, besar kemungkinan dia akan membunuhmu. Kekeke" Jelas Hiruma pada 'anak buah' satu timnya. Beberapa ada yang begidik ngeri setelah mendengar ucapan terakhir sang iblis. Terutama Kurita.
"de-demo, kalau kita terus berlatih, Shinryuuji Naga pasti bisa dikalahkan." Menyadari perubahan ekspresi para anggota klub, Mamori dengan cepat menimpali.
Hiruma tersenyum –menyeringai tipis mendengarnya. "cih, memang benar. Selama kemungkinan belum 0% semuanya pasti masih mungkin."
Pria itu melanjutkan, "baiklah, teri-teri sialan. Jangan buang waktu kalian untuk memikirkan hal-hal sialan seperti ini. Hari ini lari seratus kali mengelilingi lapangan! YA-HA!" dengan diiringi beberapa suara tembakan yang keluar dari moncong senjatanya, Hiruma, sang 'komandan dari neraka' meng-instruksikan anggotanya untuk segera menjalani 'latihan neraka'.
"HIIIE…" layaknya dikejar setan, seluruh anggota klub devil bats segera melaksanakan perintah sang 'komandan dari neraka' tersebut. Tentu saja, mereka masih sayang kepada nyawa.
BLAM
Pintu ruang klub tertutup. Menyisakan sang kapten dan manajernya.
"jadi, lawan kita nanti adalah Shinryuuji Naga ya?" mamori membuka perbincangan. Raut wajahnya nampak sedikit khawatir. Hiruma melirik malaikat kesayangannya sekilas. "Hn." Pria itu menjawab sekenanya. Senjata api masih setia bertengger manis di bahu kiri sang iblis deimon.
Tak ada jawaban.
"kau kenapa manajer sialan? Ekspresi wajahmu jelek sekali." Tanya Hiruma. Secara tak langsung menunjukkan bahwa ia khawatir akan keadaan gadis cantik yang tengah menjabat sebagai manajer sekaligus kekasihnya –satu tahun yang lalu.
Mamori menghela napas, "aku hanya sedikit khawatir. Biar bagaimanapun, Shinryuuji Naga bukanlah team yang lemah. Aku takut kalau-"
"kita pasti menang, manajer sialan. Pasti." Seolah tahu maksud dari pembicaraan Mamori, Hiruma dengan cepat menimpali. Pria itu menepuk bahu Mamori. memberi dorongan untuk terus mendukung teamnya.
"walaupun lawannya adalah Shinryuuji Naga, aku tetap tidak akan kalah. Tidak, aku tidak boleh kalah. Karena tujuanku adalah Chrismast Bowl." Hiruma berucap tegas. Membuat kedua sudut bibir Mamori terangkat. Hal ini lah yang ia suka dari sosok iblis tersebut. Selalu berpikir positif –walaupun terkadang terlalu memaksakan diri.
"kau benar. Kita tidak boleh kalah. Tidak boleh, walaupun lawannya adalah Shinryuuji Naga yang menakutkan." Mamori mengulangi ucapan Hiruma.
"kekeke~ rupanya kau sudah berani mengulangi ucapanku, manajer sialan." Hiruma terkekeh –entah karena apa. Pria itu melangkahkan kakinya, menyusul teman-teman yang kini tengah menjalani 'latihan neraka' darinya.
"waspadalah, manajer sialan. Mereka sudah berada di dekat kita." Lanjut Hiruma. Kali ini dengan ekspresi wajah yang serius. Mamori hanya diam. Tak merespon ucapan sang kapten. Hingga pada akhirnya sosok Hiruma semakin lama semakin menjauh.
BLAM
-ユーキヒルマ-
Suasana malam itu sangat dingin. Hampir seluruh kota Deimon telah tertutup oleh selimut putih tebal yang baru saja datang sore tadi. Rupanya salju masih belum lelah menunjukkan eksistensinya di musim dingin ini. Jauh dari dinginnya kota ini, terdapat seorang pria berambut merah bata yang tengah duduk menyendiri di ujung taman. Seolah tak ikut merasakan hawa dingin yang sedang terjadi. Pria tersebut justru duduk termangu dengan menopang dagu dengan sebelah tangannya, sedang memikirkan sesuatu.
Pria itu kemudian bangkit dari tempat duduknya semula. Merapatkan beberapa lapisan mantel yang dipakai, lalu pergi masuk kedalam Mobil yang ia bawa. Pria itu mulai mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke suatu tempat. Mobil itu kini berhenti tepat di depan sebuah gang kecil yang 'bau' dan bisa dibilang tak terawat tersebut.
Dilihatnya sosok pria lain yang telah menunggunya sedari tadi. Pria itu tersenyum –menyeringai licik sambil berjalan mendekatinya. "kau sudah menunggu lama?" tanya pria berambut merah bata dengan melemparkan sebuah minuman kaleng pada pria itu.
"hanya sekitar 5 menit." Jawab pria lainnya sambil meneguk minuman kaleng yang diberikan sang rambut merah padanya.
"oke, sekarang aku meminta kepastianmu untuk ikut serta dalam rencana ini." Ujar pria rambut 'merah bata' tanpa basa-basi. Kedua iris merah darahnya menatap intens sosok pria yang tengah menghabiskan isi minuman kaleng tersebut.
Sosok pria berambut azure membuang pandangannya ke arah sekitar sebelum akhirnya ia membuka mulut, "karena aku tertarik dengan bayaran yang kau tawarkan waktu itu, juga di sisi lain aku mempunyai urusan pribadi dengan 'nya'. Aku ikut!" jawabnya. Senyum simpul kini tercipta di raut wajah sang rambut 'merah bata'.
"aku tahu kau takkan bisa menolak." Pria 'merah bata' menyeringai penuh kemenangan, "sekarang, kau hanya harus menuruti perintahku. Aku yakin bahwa rencana ini tidak akan gagal." Lanjutnya.
"tch, sepertinya kau sudah merancang semua scenario ini dari awal." Pria 'azure' menimpali. Ucapannya seolah terlihat meremehkan.
-ユーキヒルマ-
Mamori memutar knop pintu apartemennya, melangkahkan kedua kakinya masuk kedalam singgasana yang telah ia tempati selama beberapa tahun terakhir. Tas sekolahnya ia lempar diatas sofa. Sementara siluet tubuhnya kini tengah berjalan menuju dapur.
Mamori meracik beberapa bahan yang kemudian ia sulap menjadi secangkir teh hijau. Favoritnya. Gadis itu mengambil tempat diatas sofa, dan mulai menyalakan saluran televisi.
"baru saja dilaporkan bahwa ada perampokan yang hampir menjurus pada pembunuhan dirumah Kobayakawa. Pelaku berhasil kabur setelah polisi datang…."
Kedua iris biru safir Mamori membulat sempurna mendengarnya. Jangtungnya berdetak tak karuan setelah mendengar berita televisi tersebut. Keluarga Kobayakawa? Masaka [2], Sena..!
To Be Continued…
Yaa~ akhirnya bisa selesai juga chapter satu dari ff ini xD butuh waktu sekitar seminggu buat memeras otak biar muncul inspirasinya (?) kekeke~
Apa yang akan terjadi dengan keluarga Kobayakawa? Tunggu di chapter selanjutnya xD #plak
Etto… saya butuh kritik dan sarannya buat chapter pertama ini. jadi, dimohon untuk review-nya minna :)
