Chapter 1 : Tekad
"Ya ampun, dia romantis sekali..." puji Hoseok yang hampir saja meneteskan air matanya saking terharunya melihat drama televisi yang sedang ia tonton bersama dengan Jimin, Taehyung, Seokjin dan Jungkook.
"Hyung, kau harus belajar darinya bagaimana caranya memperlakukan kekasihmu dengan benar!" sinis Jungkook pada Taehyung yang notabene-nya adalah kekasihnya dan juga duduk di sampingnya.
"Aish, kenapa Namjoon tidak seperti itu ya? Aku harus melakukan sesuatu agar ia memperlakukanku seperti itu!" gumam Seokjin yang sudah merancang berbagai rencana di otak pintarnya untuk menggaet kekasih cerobohnya.
"Yoongi hyung tidak mungkin seperti itu!" beda dengan Jungkook dan Seokjin berbeda pula dengan Jimin yang memandang datar televisi di depannya.
"Eoh, kenapa kau yakin seperti itu?" tanya Seokjin heran.
"Bukankah hyung tahu, seperti apa Yoongi hyung itu? Walaupun, aku sudah hampir satu setengah tahun menjalin hubungan dengannya. Tidak pernah dia menggenggam tanganku seperti ini!" Jimin mempraktekkan dengan cara mengaitkan tangannya pada Taehyung yang kebetulan di sampingnya. "Jangankan berperilaku seperti di tv-tv itu, tersenyum manis dan bersikap lembut padaku saja aku sudah sangat bersyukur!" dengus Jimin yang terdengar seperti menerima segala hal yang Yoongi lakukan padanya.
"Aigoo, aku baru ingat jika ada yang lebih parah dari Namjoon-ie!" ujar Seokjin prihatin.
"Yak, aku tahu kau memang bersedih sekarang, tapi—bisakah kau melepaskan tanganmu dari kekasihku?" pinta Jungkook dingin. Jimin tersenyum.
"Ambillah aku tidak membutuhkannya!" seolah Jimin tengah melempar barang yang sama sekali tidak berguna, ia mendorong tubuh Taehyung lebih dekat dengan Jungkook dan kemudian berlalu meninggalkan mereka berempat.
"Aku rasa, Jimin sudah mulai lelah dengan Yoongi hyung!" ujar Hoseok asal.
"Maksudmu?" tanya Seokjin. Hoseok tersenyum penuh arti.
"Jika mereka berdua putus, aku siap menerima Jimin dengan lapang dada!" lanjut Hoseok yang langsung mendapat jitakan dari Seokjin dan tatapan tajam dari Jungkook, sementara Taehyung? Menatap mereka bertiga dengan tatapan bodohnya seolah ia anak polos yang tidak tahu pembicaraan apa antara ketiga orang dewasa itu, sungguh ekspresi Taehyung saat ini benar-bnar memuakkan. Bisa kalian bayangkan bukan?
"Aku adukan kau pada Yoongi hyung!" ancam Jungkook. Hoseok berfikir dua kali. Oh, ayolah ia lebih baik berurusan dengan Namjoon, sang leader dibandingkan dengan Yoongi. Pemuda itu sepenuhnya memiliki darah merah murni yang dididih beratus kali sebelum ia lahir, okey mungkin ini terlalu berlebihan tapi sungguh. Yoongi itu benar-benar menyeramkan bung!
"Aku hanya bercanda Kook-ah!" cengiran Hoseok menampikkan bahwa ia lebih baik menghindari hal-hal yang berhubungan dengan pemuda yang lebih tua satu tahun darinya. "Akan lebih baik, jika aku menjomblo seumur hidup dibandingkan Yoongi hyung tahu, jika aku berniat untuk merebut Jimin-nya!" gumam Hoseok yang pastinya hanya dapat ia dengar untuk dirinya sendiri.
"Tapi, ngomong-ngomong kenapa Namjoon-ie dan Yoongi belum juga pulang?" tanya Seokjin menatap pintu masuk dorm BTS.
"Mungkin sebentar lagi hyung, tenanglah!" ujar Jungkook menenangkan. Seokjin hanya mengangguk.
Panjang umur, baru saja mereka semua bungkam membicarakan kedua pemuda yang sudah ia tunggu kepulangannya. Pintu dorm terbuka bersamaan dengan langkah kedua pemuda yang masuk ke ruang tengah dan menyapa keempat orang yang tengah menonton televisi itu. Tidak, bukan dua orang lebih tepatnya hanya satu dan lebih spesifiknya dia adalah Kim Namjoon.
Namjoon langsung mendudukkan dirinya disamping Seokjin, mengusir Hoseok yang awalnya duduk disana dengan tidak berprikemanusiaan.
"Yak, apa kau tidak lihat ada manusia sebesar ini, hm?" sungut Hoseok sebal. Namjoon mendengus tak peduli.
"Dimataku, yang terlihat hanyalah Seokjin hyung!" Namjoon berucap lirih seraya langsung menyenderkan kepalanya ke bahu Seokjin. Seokjin yang mendengarnya pun hanya tersenyum simpul.
"Baiklah saat ini, aku hanyalah seonggok nyamuk kelaparan!" gerutu Hoseok menatap kedua pasang kekasih itu yang seenaknya duduk di atas sofa di depannya terlebih mereka semua entah sengaja atau tidak sengaja memamerkan kemesraan mereka di depan Hoseok. Siapa pun, tolong bebaskan Hoseok dari deritanya sekarang.
.
.
.
Berbeda dengan Namjoon-Seokjin, Taehyung-Jungkook apalagi Hoseok-Alone berbeda pula dengan Yoongi-Jimin yang situasi hubungan mereka yang seolah seperti kurang asupan gizi. Benar-benar terlihat seperti gizi buruk.
Selepas pulang dari studio dan berhasil menyelesaikan pekerjaannya yang cukup melelahkan, Yoongi tanpa ba-bi-bu lagi langsung menuju ke selingkuhannya, yap! Siapa lagi jika bukan sepaket kasur, bantal dan guling. Tubuhnya benar-benar lelah dan yang ia inginkan hanya tidur sekarang. Tapi, tunggu kenapa ia merasa seolah jika ada yang mengganggu pikirannya. Kenapa ia merasa seperti ada yang hilang? Ah, ia baru ingat jika kekasih mungil nan imutnya itu belum menemuinya.
Yoongi menatap langit-langit kamarnya sebelum ia hendak menemui Jimin. Entah kenapa ia merasa akhir-akhir ini Jimin-nya berubah. Jimin-nya tidak seceria dulu. Jimin-nya tidak seperhatian dulu. Jimin-nya tidak sehangat dulu, bukan~bukan maksudnya Jimin berubah menjadi dingin tapi Jimin akhir-akhir ini sangat pendiam. Entah karena apa, Yoongi juga kurang begitu memahaminya.
Tanpa menunggu waktu lagi, Yoongi segera bergegas menuju kamar kekasihnya. Meninjau apa yang tengah kekasihnya itu lakukan sehingga melupakan waktu bahwa ia sudah pulang selama 30 menit tadi. Baru saja, Yoongi berada diambang pintu hendak membuka pintu kamarnya ia mendengar suara Seokjin dan Namjoon yang saling berbincang. Mendengar dari sumber suaranya, Yoongi mengira jika mereka masih berada di ruang tengah mengingat jarak kamarnya dengan ruang tengah memang tidak begitu jauh.
"Kau tahu, tadi Jimin mengeluh!" itu suara Seokjin yang membuat Yoongi mengeryitkan keningnya.
"Mengeluh? Kenapa?" tanya Namjoon yang membuat Yoongi ingin lebih mendengar pembicaraan mereka lebih jauh. Ia yakin, jika suatu hal yang menyangkut Jimin pasti juga menyangkut mengenai dirinya.
"Iya, tadi—Jimin mengeluh katanya Yoongi tidak pernah romantis. Bahkan, Jimin bilang jika Yoongi bersikap manis saja ia sudah sangat bersyukur!" lanjut Seokjin. Seolah seperti tertusuk ribuan jarum tepat mengenai dada Yoongi. Benar-benar sakit tapi tak berdarah.
"Benarkah? Bukankah, Yoongi hyung memang seperti itu orangnya?" sahut Namjoon yang membuat bibir Yoongi sekaligus langsung mengutuknya.
"Yah, tapi aku yakin—disisi dingin seorang Min Yoongi, pasti ada sosoknya yang penyayang. Aku yakin, seperti dirimu! Kau sangat ceroboh dan juga tidak peka. Tapi—kau selalu menyayangiku dan mencintaiku. Bukankah, begitu?" tanya Seokjin.
"Ya, hyung kau benar! Kita hanya tinggal menunggu keajaiban saja!" sahut Namjoon asal.
Yoongi terbelalak. Keajaiban? Sebegitu parahnya kah ia?
"Lihat saja nanti, akan aku tunjukkan pada kalian sosok diriku yang lain. Yang kuyakin membuat kalian semua akan iri padaku dan Jimin! Lihat saja nanti!"
TBC
Next?
From, Hok-ie...
