Warn: AU, OOC.
Disclaimer: Chara belongs to Masashi Kishimoto.
.
.
My Lovely Teddy Sabaku
.
.
Sinopsis:
Ada satu hukum yang jelas-jelas berlaku dalam fic ini. Kalau Gaara sedang jatuh cinta, gak ada pembeda antara angan dan logika. Termasuk memimpikan gadis yang ia suka meski tak pernah mau mengakuinya.
.
-:- 1
Have a Nice Dream
.
.
Kamar sempit ukuran tiga kali empat yang ada di pojok bangunan rumah milik keluarga Sabaku jadi tempat seorang Gaara buat duduk termenung sambil nampilin muka jutek yang kelewat serem. Dengan alis imajiner yang berkerut dalam, matanya terus terpaku pada suatu sosok yang duduk tepat di tepi tempat tidurnya yang nyaman dan bersih.
Cewek itu, yang sampai sekarang belum diketahui namanya, duduk dengan manis sambil menyilakan kedua kakinya. Matanya yang besar dan berwarna aneh, lavender, terasa sangat indah terkena sinar matahari sore yang masuk lewat jendela kaca yang dibelakangi Gaara.
Ruangan sepi untuk beberapa saat, hingga akhirnya Gaara yang gak pernah sabar memutuskan untuk buka mulut. "Kau siapa?" tanyanya tanpa minat, sementara yang ditanya cuma tersenyum tanpa pernah mau jawab. Suara emas Gaara yang sangat-sangat bernilai bagi para fansnya jadi terbuang sia-sia. Menguap ke udara dan hilang tak berbekas.
Derit suara kaki kursi yang tergesek lantai mengakhiri monolog yang tak pernah dapat tanggapan. Gaara bangkit dari kursi belajarnya dan keluar ruangan. Si cewek cuma diam sambil terus mengikuti gerak-gerik Sabaku yang perlahan menghilang di balik pintu kayu sederhana bercat coklat.
Ketika pintu tertutup sempurna, cewek manis berambut panjang itu menghilang.
.
.
"Hawamu terlihat lebih suram hari ini. Kenapa?"
Kankuro yang awalnya ke dapur untuk minum, sedikit menunda tujuannya untuk beberapa menit saat sang adik mendekat dengan tampang bingung yang baru kali ini dia lihat. Mata si penggila boneka itu berkilat saat dia menemukan fakta gak penting yang membuatnya semakin iri pada Gaara yang walaupun punya ekspresi bego dan bloon tapi tetap keren.
Kenapa dunia ini begitu kejam? Di suatu tempat yang gelap di dalam alam bawah sadarnya, ada Kankuro mini yang nangis sambil garuk-garuk tanah.
Gaara, yang terlihat tak mempedulikan kakaknya sama sekali, mengambil tempat di sisi kanan meja putih besar dan duduk di kursinya. "Gelasmu penuh," katanya tanpa melirik.
Sial! Suaranya bagus!
Dan Kankuro masih terlalu sibuk mengurusi daftar hal yang membuatnya iri pada adiknya yang tampan, pintar, dan punya suara bagus.
Meja makan mulai basah dan airnya merembes jatuh ke lantai.
Tangan besar itu tetap menggantung sambil memegang botol yang kosong.
Dan cewek manis itu muncul lagi. Kali ini, duduk tepat di depan Gaara. Suasananya langsung berubah. Mood Gaara juga.
Si rambut merah merebahkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan tersilang yang jadi tumpuannya. Matanya melirik ke atas, ke arah cewek yang selalu ada di manapun dia berada. Rambut panjang yang indah itu terjuntai indah saat ia menumpukan wajah pada tangan kanan yang terlihat begitu mungil dan lembut.
Mereka cuma diam dan saling bertukar pandang.
Romatisnya…
"Kenapa kau mengikutiku?"
"Mengikutimu?"
Gaara terkesiap, jadi dia gak bisu. Dia punya suara, dan suaranya… lumayan.
Bohong!
Manis.
Iya, suaranya manis. Merdu, lembut, dan cocok banget buat telinga Gaara yang kebanyakan dengerin lagu rock yang terdengar mirip suara orang tawuran di komplek sebelah.
"Siapa yang mengikutimu?"
Suaranya lembut, feminim, tapi anehnya makin lama makin berat dan lama-lama jadi mirip laki.
"Enak aja!"
Nah, yang ini Gaara yakin betul suara laki. Dia kenal banget nih sama suara yang cempreng dan agak kasar ini. Ini kan suara…
"Eh, Gaara! Aku itu kakakmu."
… Kankuro?
Kok, suara Kankuro ada di…
"Yang lebih tua darimu," wajah manis itu terkekuk masam, alisnya menebal dan jadi kombinasi aneh saat dipadukan dengan wajahnya. "Yang duluan lahir dua tahun darimu." Nah, sejak kapan wajah itu pake make up aneh? "Jadi gak mungkin aku niru kamu yang belakangan lahir. Gak mungkin!"
"Kankuro?"
"Iya! Ini gue! Mau apa, lo!" Kankuro yang ngerasa harga dirinya udah terluka jadi lupa soal tata krama yang selalu diajarkan sama mama. Sedikit banyak, dia tersinggung. Oke, mungkin dia sering niru gaya berpakaian Gaara, juga cara berjalannya, shampoo, parfum, dan sikapnya yang selalu cool, tapi dia gak pernah ngikutin Gaara.
Dia… cuma sedikit niru.
.
.
Semua ini berawal dari kejadian senin pagi di peron stasiun Tokyo yang ramai.
Gaara yang rapi dan wangi menaiki kereta yang akan mengantarkannya ke sekolah. Di jam-jam sibuk seperti ini, kereta padat. Kalo aja ini hari yang biasanya, akan ada sedikit udara yang bisa mencegah Gaara merasa sesak meski harus berbagi dengan puluhan penumpang lainnya. Tapi ini jelas bukan hari yang biasanya.
Saat itu, seorang siswi SMA yang punya seragam berbeda dari Gaara tiba-tiba saja terjatuh ke belakang dan menimpa Gaara yang berdiri tanpa kebagian pegangan. Mereka jatuh, dengan Gaara yang jadi bantalannya.
Empuk sih, tapi siswi itu keburu pingsan.
Adegan oh-so-sweet-nya jadi kependekan.
Sabaku junior itu panik. Meski dia jago beladiri dan hobi berkelahi, Gaara tetaplah anak mama yang juga pernah diajarkan selalu membantu orang lain yang kesusahan. Beruntung kereta segera tiba di stasiun tujuan. Begitu pintu gerbong terbuka, Gaara langsung berlari sambil menggendong cewek beruntung itu di lengannya.
Seharusnya perasaan Gaara bisa tenang, paling gak dia udah ditangani sama dokter yang bagus. Tapi yang ada, dia malah gak konsen belajar. Ada guru yang bicara, dia diam sambil menatap jauh lewat jendela. Ada yang nawarin makanan saat istirahat, dia cuma bilang 'Hm," dan bengong lagi. Ada lalat yang terbang di depan wajahnya, dia cuma nepuk tuh lalat sampai gepeng terus melamun lagi.
Temannya bertanya-tanya, "Gaara kenapa? Kok beda banget?" dan pertanyaan-pertanyaan itu menuntun mereka pada spekulasi sesat yang mengarah pada kebenaran.
"Apa Gaara lagi jatuh cinta?"
"Gak mungkin, ah!" bantah yang satu. Yang lainnya mengangguk setuju.
"Iya! Gak mungkin!" kali ini giliran cewek yang jadi fansnya si rambut merah bertato 'Cinta' yang menyahut. "Gaara kan pangeran kami yang keren dan dingin, yang bersikap seperti para ksatria di era Tokugawa. Baginya tugas adalah nomor satu, dan cinta harus dikesampingkan."
"Heh?" yang cowok malah mulai sinis.
"Itu sebabnya kami ada. Gaara-sama butuh sebanyak mungkin cinta untuk bisa mengubah hatinya yang keras."
Mual deh.
Seandainya aja ada yang tahu kalau diinginkan Gaara cuma bisa cepat pulang agar bisa pergi ke rumah sakit di depan stasiun buat jenguk cewek yang udah dia tolong.
Sayangnya, saat tiba di rumah sakit, tokoh utama kita ini cuma dihadiahi perasaan kecewa yang dia sendiri gak tahu penyebabnya. Cewek itu udah pergi, dan gak tahu kemana. Awalnya dia coba untuk gak peduli, tapi rasanya sulit banget karena bayangan cewek itu terus aja ngikutin dia.
Seperti saat ini, cewek itu muncul di kasur yang sama yang ditiduri Gaara. Dan mereka saling berhadapan dan cuma dipisahin sama guling yang kelewat kurus. Gaara diam, dia tersenyum. "Kenapa kau ini?" tanyanya, lalu mulai memejamkan mata, mengabaikan tubuhnya yang tak rileks dengan posisi menyamping sepanjang malam. Kedua pipinya sedikit memerah.
Meski gak yakin dirinya bisa tidur nyenyak, Gaara tetap mencoba.
Selamat malam.
Mimpi indah.
.
.
.
To be continued.
A/n: Semoga berkenan. Saya sudah mengerahkan segenap usaha untuk bisa menulis fic ini. Semoga tak mengecewakan. Harap di review…
Salam…
Marineblau12
