MR. ARROGANT (REMAKE)

Author : Ohhunniee

Genre : Romance, Au, Married Life dan a bit comedy

Rating : M

Cast : Oh Sehun, Luhan

.

.

.

.

Chapter 1

"Tidak! Dan aku tidak akan pernah dengan Somi atau dengan siapapun Eomma!" ujar Sehun dingin sambil memasang jas nya dalam satu gerakan dan dengan gerakan ringan melewati wanita paruh baya yang duduk anggun di sofa ungu muda miliknya untuk berdiri didepan cermin. Memperhatikan penampilannya sebelum menapak kluar kamar dan menuju perusahaannya.

Wanita itu berdiri perlahan dan menunjukkan sedikit emosi menatap putra semata wayangnya, "Lalu apa kau akan menunggu aku mati terlebih dahulu baru memberiku seorang menantu dan cucu, Oh Sehun! Eomma sudah cukup tua dan Eomma ingin menimang seorang cucu di akhir usiaku ini Sehun-ah"

Sehun membenarkan dasinya dan berbalik. Keningnya berkerut menandakan dirinya tidak menyukai ucapan Ibunya itu.

"Jangan memulainya lagi, Eomma! Kau paling mengerti aku apalagi ketika emosiku terpancing." ucap Sehun mengatupkan bibir tipisnya. "Dan aku tegaskan lagi Eomma, Eomma tidak perlu mencarikan siapapun dan menjodohkan aku dengan orang-orang yang tidak penting! Aku tidak akan menikah!" bentak Sehun dan berjalan keluar dari kamar sambil membanting pintu.

Lagi-lagi engsel pintu kamar Sehun rusak. Dan ini adalah kali ketiga dalam minggu ini. Semenjak Ibunya datang kerumahnya dan membicarakan omong kosong tentang pernikahan.

Menikah ? Sial!

.

.

.

Oh Sehun, pengusaha muda terkaya dan tampan. Semua yang diinginkan nya dengan mudah didapatkannya, hanya menunjukkan jari telunjuknya dan ting.. dalam sekejab semua terkabulkan.

Tidak perlu untuk mencoba menghitung seberapa banyak aset nya jika tidak ingin membelalakkan mata dan pingsan saking irinya.

Kaya dan tampan, itulah kata yang cocok untuk menggambarkan seorang Oh Sehun. Hanya dengan tatapan tajam matanya, wanita dan para uke akan menggeliat didalam duduknya. Rambut pendek hitam berkilau, mata tajam seperti elang, hidung mancung menantang langit, dan bibir merah tipisnya selalu membuatnya digila-gilai oleh para wanita dan uke diluar sana.

Bahkan dengan tinggi yang begitu profesional, badan kotaknya yang membuat bak model membuat banyak lelaki yang iri padanya. Sempurna, itulah kata yang cocok untuk menggambarkan seolah Oh Sehun.

Namun, dibalik semua kesempurnaannya. Oh Sehun tidak sesempurna itu, siapa yang menyangka bahwa orang akan mulai mengumpat didalam hati apabila berhadapan dengan mulut pedas dan aura dingin yang dikeluarkan oleh seorang Oh Sehun.

Miris, disaat dia tidak ingin berdekatan secara seksual dengan wanita dan uke membuatnya diterpa rumor tidak sedap. Terlebih ketika hanya sahabatnya Park Chanyeol, yang sering mengunjunginya walau hanya sekedar mengajaknya untuk makan siang. Sehun mengetahui rumor tentangnya yang menyebutnya uke dari seorang Park Chanyeol. Hah! Lucu sekali.

Dirinya dan Park Chanyeol bahkan telah bersahabat dari masih sekolah menengah dulu, dan kedatangan Park Chanyeol bukan lain hanya untuk diskusikan hubungan kerjasama mereka diselingi oleh curhatan Park Chanyeol tentang kekasih mungil nya, Byun Baekhyun.

Ngomong-ngomong tentang keseharian seorang Oh Sehun, dirinya merupakan sosok dingin tertangan besi dalam mengatur perusahannya. Dia bukan lah bos yang akan beramah tamah dengan karyawannya. Satu kesalahan saja akan berakibat fatal, dan tidak akan kesempatan kedua untuk menebusnya.

Dan itulah Oh Sehun, pria tampan, kaya, arogan dan dingin.

Otaknya penuh emosi namun wajah datarnya menyamarkan nya dengan baik, percakapan pagi nya dengan Sang Ibu memang selalu berakhir membuatnya emosi apalagi tentang pernikahan yang bahkan tidak pernah terpikir olehnya seumur hidup.

Memang nya ada apa dengan pernikahan? Apakah seseorang akan mati kalau dirinya tidak menikah? Ibu nya memang selalu melebih-lebihkan segala ucapannya. Dengan kasar dihempaskan tas kerjanya dimeja, dirinya memijat kening nya pusing. Dia butuh kopi. Sudah menjadi kebiasaannya menghabiskan beberapa gelas kafein untuk menenangkan emosinya.

Sehun menekan dua digit ditelepon. Terdengar suara beep satu kali sebelum tersambung dengan seseorang. "Aku membutuhkan kopi hitam. Segera!" tanpa menunggu jawaban dari seberang, Sehun mematikan sambungan dan memghempaskan badannya dikursi kerjanya.

Sehun merenggangkan otot kepalanya, menyandarkan kepalanya kebelakang dan memejamkan matanya beberapa menit sambil menunggu kopi pesannnya diantarkan.

.

.

.

Luhan terus menerus mengutuk dirinya ketika jam weker yang seharusnya mengeluarkan suara ayam dipagi hari tiba-tiba tidak berfungsi dengan baik. Sial! Terlambat dihari pertama bekerja bukan lah ide yang bagus. Semalam dirinya tidur larut karena harus meneraktir kedua sahabatnya dengan beberapa botol soju dan cemilan ringan merayakan dirinya yang diterima perusahaan besar Oh Cooperation.

Luhan tak ingin mengingat bagaimana dirinya berlari mengejar bis, membuat sepatunya tertinggal sebelah dihalte dan menabrak pintu kaca kantor yang belum terbuka sepenuhnya.

Uh, sungguh memalukan!

Luhan masih mengingat bagaimana gembiranya dia ketika diterima menjadi salah satu karyawan di Oh Cooperation. Sebuah perusahaan ternama di Seoul yang memiliki karyawan dengan potensi luar biasa. Tidak sembarangan orang diterima untuk bekerja diperusahaan itu. Ada beberapa kriteria khusus, misalnya diharuskan memakai pakaian rapi untuk semua karyawan baik itu pria maupun wanita. Dan bahkan pakaian kantor mereka seperti model-model kuno serba tertutup yang Luhan yakin tidak ada satupun toko baju yang menjualnya lagi.

Luhan beruntung ketika dia baru saja sampai pada mejanya dan telepon sambungannya berbunyi. Dia menekan tombol putih dan suara bass pria yang terdengar dingin keluar dari sana. "Aku membutuhkan kopi hitam. Segera!" lalu sambungan itu terputus dengan cepat.

Melongo. Luhan terdiam sejenak dikursinya untuk mencerna ucapan yang diterimanya barusan. Apa-apaan itu? Apa dia barus saja disuruh membuat kopi? Seingatnya, dia diterima dibagian karyawan, bukan nya sebagai office girl.

"Heii-" sebuah suara dari samping mengejutkannya.

Luhan menggerakan badannya kesamping dan membalas, "Heii~," pada seorang wanita yang bersebelahan dengan mejanya.

Wanita itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Lee Sung Kyung, aku yang akan menjadi teman seruanganmu."

Luhan membalas tersenyum dan membalas jabatan tangan Sungkyung. "Luhan, semoga kita bisa bekerja sama."

"Apa kau terlambat?" dia bertanya sambil tersenyum. Mungkin sekedar basa-basi.

Karena sudah jelas Luhan terlambat. Hahaha

"Ya, aku terlambat." Luhan menjawab bertentangan dengan batinnya, walau bagaimanapun dia orang baru dan harus menjaga kesopanan kepada sesama karyawan.

Sungkyung mengangguk, "Kau sangat beruntung karena si dingin itu tidak melakukan pemeriksaan pegawai pagi ini," katanya menghela napas lega.

Alis Luhan bertaut bingung, "Si dingin?"

"Ya, Bos super dingin yang saat ini sepertinya sedang emosi karena mukanya yang begitu datar yang bahkan bisa membekukan semua orang dikantor ini." cecarnya.

"Dia bahkan akan membuatmu bergidik merinding terpojok hanya dengan pandangan matanya."

Luhan menahan dirinya untuk tidak tertawa atau membuka mulut. Jika melihat mimik Sungkyung menceritakan tentang bos mereka yang seperti seorang monster yang begitu menakutkan.

Luhan masih melayang-layang dengan pikirannya ketika lamunan itu buyar oleh suara ingatan .

Astaga, kopi hitam?

"Dimana aku bisa mendapatkan kopi?" Luhan bertanya panik.

Sungkyung menunjuk kearah lift. "Pergi kelantai bawah dan belok lah ke arah kiri dan kau akan melihat sebuah lorong, jalan sedikit kau akan melihat dapur dan kau.. hei, aku belum selesai berbicara." Protes Sungkyung ketika Luhan melesat menuju lift dan menekan tombolnya berulang-ulang agar pintu itu terbuka segera.

.

.

.

Sehun membuka matanya dan membuang napas kasar ketika suara pintu yang diketuk menganggunya. "Masuk," Sehun berkata sambil membenarkan posisi duduknya jauh lebih tegak.

Pintu terbuka perlahan dengan kepala pria mungil yang terlihat terlebih dulu dibalik pintu, membawa kopi dengan hati-hati sembari mengawasi Sehun dengan tatapan tidak bersahabat duduk dikursi kerjanya.

Sehun menatap datar Luhan yang meletakkan kopi dimeja kerjany tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya peduli dengan kopi itu dan mengangkatnya untuk menyesapnya perlahan. Namun dengan segera dimuntahkannya kopi itu sebisa mungkin dan memaki ketika rasa manis itu tertinggal dilidahnya.

Dengan emosi, Sehun menatap tajam, "Apa kau tidak pernah diajarkan untuk membuat kopi?" ucap Sehun rendah yang terdengar sangat dingin.

Luhan meringis ciut mendengar suara rendah Sehun. Sialan, ia harus membenarkan ucapan Sungkyung tadi soal pria ini.

"Sa-saya belajar selama tiga tahun untuk mengolah data keuangan dengan baik, bukannya membuat kopi. Itulah yang saya pelajar selama kuliah, Tuan Oh," cicit Luhan pelan.

"Kau membantahku?" alis Sehun bertaut.

Luhan mengangkat wajahnya siap menjawab. Dia tidak takut dengan pria ini hanya karena jabatan. Namun dia sedang membutuhkan pekerjaan, untuk itu Luhan kembali menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang juga memerah.

"Tidak," jawabnya menggeleng kalah.

Sehun meletakkan cangkir itu diatas mejanya dan kembali bersandar pada kursi. Kedua tangannya menyilang didepan dadanya. Dia sedang mengamati karyawan yang tidak sopan dengannya saat ini. Well, semua orang tahu Oh Sehun bukanlah orang yang memiliki tingkat kesabaran yang tinggi untuk dibantah, mereka yang membantahnya bahkan tidak memiliki kesempatan lain untuk mengucapkan kata-kata lain selain menerima surat pemecatan tidak hormat dari perusahaan. Dan karena itu pula, tidak ada lagi karyawan yang berani melawan ataupun mengungkapkan satu kata yang bertentangan dengannya. Tapi pria didepannya ini sedikit berbeda. Dia memang tidak membantah, tapi raut wajahnya seolah menantang Sehun untuk melakukan apa yang dia bisa.

Sesuatu yang jarang sekali terjadi dan membuat Sehun merasa senang ?

Tidak, jangan berpikir Sehun tertarik karena jawabannya sia-sia. Sehun bahkan tidak tertarik dengan model-model cantik yang selalu mencoba merayunya, apalagi hanya yang seperti Luhan…?

Sehun menatap Luhan dengan tatapan intens yang sangat tajam, membuat Luhan bahkan tidak berani bergerak seolah-olah bergerak sedikit saja maka dia akan mati ditempat. Berlebihan memang tapi itulah yang dirasakan oleh Luhan

Sehun mengingat perintah yang diberikannya ke bagian personalia untuk menerima karyawan dengan persyaratan berpakaian rapi sesuai persyaratan kantornya, tapi rasanya sia-sia saja ketika Luhan memakai kemeja berwarna biru laut dan celana kain hitam tanpa jasnya. Tapi Luhan benar-benar cocok dengan warna itu, membuatnya terlihat manis..

Sehun berdeham pelan dan memiringkn wajahnya kesamping, "Kau si karyawan baru?"

Luhan menarik napas panjang dan mengangguk. "Ya Tuan Oh." ucapnya.

"Bagian apa yang personalia berikan padamu?"

"Mengelola data investor dan memantau harga saham."

Sehun terdiam sejenak, dia berpikir untuk mengisi sejumlah kekosongan dibagian pekerjaan dan membuka lowongan untuk itu. Menurut data dari bagian personalia, ada lebih dari 300 orang yang mendaftar untuk mengisi kekosongan kursi pegawai di Oh Cooperation. Angka yang cukup tinggi untuk bersaing satu kursi kosong diperusahaannya. Dan sepertinya Sehun akan memberi kabar gembira untuk para pencari pekerjaan diluar sana, karena dia akan membuka lowongan lagi.

Sehun berdiri dari kursinya dan berjalan kearah jendela diruangannya itu. Tatapannya mengarah kearah kota Seoul dan melipat kedua tangannya ke bagian belakang tubuhnya.

"Apa kau bisa mengakses data?"

"Hah?.. Bi-bisa Tuan" ucap Luhan terkejut.

"Menggunakan komputer?"

"Tentu saja bisa."

Sehun kembali terdiam dan berjalan kearah mejanya dan menyandarkan badan dimejanya. Ditatapnya Luhan yang masih menunduk dihadapannya, "Pindahkan barang-barangmu dari sana dan segera tempati meja yang berada tepat didepan ruanganku." ucap Sehun.

"Jangan khawatir dengan gaji yang akan kuberikan. Aku akan menjamin kau pasti puas dengan uang yang mengalir pada rekeningmu apabila kinerja kerjamu sesuai yang ku harapkan."

Luhan berharap dirinya tidak terlihat bodoh dengan mulut menganga dan mata yang membelalak. Apa yang baru saja pria gila didepannya ucapkan?

Luhan meremas kedua tangannya pelan, kecemasanan melandanya. Tiba-tiba ia menjadi gugup. "Maaf, Tuan Oh, sepertinya ada kekeliruan disini. Bagian personalia meminta saya untuk mengisi kursi…"

"Kau bekerja denganku…Persetan dengan mereka dan akulah yang menggajimu. Jadi sekarang aku perintahkan kau untuk segera pindah kemeja depan dalam waktu sepuluh menit. Atau silahkan angkat kaki dari perusahaanku, karena aku tidak menerima penolakan." geram Sehun.

Luhan memejamkan matanya menahan emosi karena dirinya takut akan lepas kendali dan melemparkan cangkir berisi kopi itu ke wajah Sehun dihadapannya. "Baiklah, Tuan Oh. Saya permisi," pamit Luhan dan dengan cepat dirinya meninggalkan ruangan itu sebelum dia benar-benar ikutan gila.

-To be continue-