Annyeong ^^ . Hallo Minna-san. Salam kenal. Saya author yang baru. Masih fresh, newbie nya :D. Saya Sifa kepanjangan dari Siti Fatimah \ ._.)

Bleach itu punyanya ahjussi © Tite Kubo. Saya Cuma meminjam tokohnya saja #Semoga ga dilempar piring sabun :3

Pairing : IchiRuki

Genre : Romance ( setia sama ini mah saya XD)

Rate : T (saya engga berani ngasih rate lebih dari ini)

Warning : Typo, OOC (banget -_-") cerita kacau, abal (yakin deh), alur –ga jelas

Cerita ini fiksi asli dari hasil imajinatif saya sendiri.

Soul Exchange © _SheWonGirl_

Mohon maaf jika ada kata kasar dan kata yang tidak berkenan ya C: #Diseplak


Chapter I

Jam beker menunjukkan angka 07.07 pagi waktu Jepang.

"Kya…." pekik seorang gadis dari salah satu kamar di kediaman Kuchiki Mansion.

"Sayang, ada teriakan dari kamar Rukia, dia kenapa?" tanya Hisana, ia mencoba membangunkan suaminya dengan menggoyang-goyangkan tubuh kekar itu, Byakuya-yang masih terlelap di ranjang empuk king sizenya itu.

"Hn…. Ia, aku juga mendengar, tidak biasanya dia berteriak keras seperti itu," ucap Byakuya, ia bangun dari tidurnya.

"Oyaji baka …. aku akan menggantungmu nanti," teriak Rukia lagi.

Hisana menarik Byakuya untuk mengikutinya, menuju kamar tidur Rukia yang berjarak dua kamar dari kamar tidurnya sendiri.

"Sayang, sepertinya Rukia aneh sekali, kenapa dia menyebut kata Oyaji." T

Tentu saja itu menjadi hal yang aneh bagi Hisana. Adik kandung perempuannya itu dan dia tentu saja, sudah tidak mempunyai orang tua lagi semenjak Hisana di bangku kelas 1 SMA dan Rukia di bangku kelas 4 SD. Hisanalah yang membesarkan Rukia-sendirian- hingga ia menikah dengan si bangsawan keluarga Kuchiki, Byakuya.

"Entahlah, mungkin dia mimpi buruk," jawab Byakuya cepat.

Hisana mengetuk-ngetuk pintu kamar Rukia tidak sabar, takut terjadi sesuatu pada adik satu-satunya itu. "Rukia, ini kakak. Apa yang terjadi?" tanyanya.

Hening. Tak ada jawaban.

"Rukia, kami akan masuk," ujar Byakuya cepat. Ia menarik ganggang pintu dan dibukanya dengan cepat.

Yang mereka lihat adalah Rukia yang sedang berdiri didepan cermin segiempat panjang yang menampakkan pantulan Rukia dari ujung kaki sampai kepala. Rukia melihat kearah mereka lalu tersenyum garing "Hehehe, aku tidak ada apa-apa nee-san dan juga … nii-san," ucap Rukia canggung. "Apa teriakanku tadi mengganggu kalian?" kali ini senyumannya terlihat tulus.

"Bukan menggangu Rukia, tapi kakak takut terjadi sesuatu," ucap Hisana, ia melangkah lalu merengkuh Rukia kedalam pelukannya. "Jangan membuatku hawatir," Hisana berucap sendu.

"Nee-san, aku tadi teriak karena ada kecoa. Nee-san salah dengar mungkin," ucap Rukia dalam pelukan Hisana.

Hisana melepaskan pelukan itu, sedang Rukia membalas dengan senyuman lebar, yang Nampak aneh.

" Nii-san, gomen ne," ucap Rukia menatap Byakuya.

"Sudahlah, tak apa, bersikan dirimu setelah itu ayo sarapan," ucap Byakuya.

"Ayo, kita keluar sayang, biarkan dulu Rukia membersihkan diri," ucap Byakuya pada Hisana.

"Nanti kita tunggu dibawah," ucap Hisana. Ia mengelus lembut kepala Rukia. Kemudian kedua orang itu pergi dari kamar Rukia. Menutup pintunya pelan.

"Jadi gadis ini bernama Rukia?"ucap Rukia mengelus pipinya. "Tapi kenapa aku bisa bertukar tubuh dengannya? Jangan tanyakan lagi, ini pasti perbuatan oyaji bodoh dan kaa-san anehku," runtuk Rukia.

_SheWonGirl_

"Ittekimasu," ucap Rukia sebelum ia pergi. Ia sudah berpakaian lengkap seragam sekolah dan dia sudah menyelesaikan sarapannya dengan cepat bersama nee-san dan nii-san yang bahkan tidak dikenalnya itu

Hingga beberapa menit kemudian Hisana menyadari sesuatu. "Sayang, bukankah hari ini hari sabtu? " tanya Hisana.

"Dan bukankah mulai hari ini sudah masuk liburan musim panas?"

Kedua orang itu menatap kearah Rukia pergi dengan pandangan tak mengerti.

Rukia berjalan cepat menuju rumahnya-tepatnya sekarang tidak. dengan tidak sabar ia menggedor-gedor pintu rumahnya. "Hey, cepat buka pintunya. Kau, yang bernama Rukia, cepat buka pintunya!" ucapnya tidak sabar.

Pintu rumah itu belum juga terbuka, bahkan Rukia hampir saja menendangnya, tapi sebelum itu terjadi pintu rumah itu sudah terbuka setengah. Dari dalam rumah muncul sosok pria jangkung berambut cepak yang berwarna seperti matahari senja yang hampir tenggelam. Dan tunggu dulu, dia …. menangis?

"Oi, kau yang bernama Rukia, apa yang kau lakukan pada wajahku? Jangan menangis seperti itu, tubuhku itu tidak cengeng!" bentak Rukia.

"Huhuhuhuhuhuhu ….. " laki-laki itu menambah volume tangisannya. Ya ampun, gadis ini benar-benar menyebalkan.

"Sudahlah, ikut aku!" Gadis mungil berambut raven sepinggang itu menarik tangan pemuda berambut senja menuju dapur. Ditariknya sebuah kursi dan membimbing si pemuda untuk duduk. Si gadis mungil mengambilkan air minum dari dalam kulkas, lalu disodorkan kepada si pemuda."Minumlah!"

Si pemuda dengan tangan bergetar mengambil gelas itu dari tangan gadis itu. Diminumnya perlahan. Setelah selesai, pemuda itu meletakkan gelasnya diatas meja. Si gadis duduk dihadapan si rambut orange.

"Sudah lebih baik?" Tanya si gadis.

Pemuda itu mengangguk lemah. "Jadi, kau pemilik tubuh ini?" tanya si pemuda.

"Tentu saja, lagipula kalau bukan aku lalu siapa lagi, bahkan tubuhmu ini sudah ada didepan mata kepalamu sendirikan?" tanya si gadis mungil.

"Namamu siapa?" tanya si pemuda takut.

"Kurosaki Ichigo,"jawab si gadis mungil itu.

"Kurosaki-kun,…"

"Jangan panggil aku Kurosaki dengan tubuhku, itu terasa aneh, panggil saja Ichigo," potong gadis itu.

"Kenapa kita bisa bertukar tubuh?" tanya si pemuda itu. Dia hampir menangis lagi.

Gadis itu menghela napas panjang. Disandarkan bahunya pada pangkuan kursi. "Bisakah kau tidak menangis, Rukia? Namamu kan?" tanyanya.

Pemuda itu menunduk lemah. Ya ampun, ternyata gadis ini sama lembutnya dengan kakak perempuannya-seingat Ichigo- karena mereka mempunyai wajah yang hampir sama.

"Aku menangis bukan karena itu tapi …. bolehkah aku menggunakan kamar mandi? Aku … mau pipis,"tanya pemuda itu. Ia sudah memegangi ujung kemeja tidurnya.

"Kenapa kau harus bertanya padaku? Kalau mau ke kamar mandi silahkan saja," ucap si gadis. Ia meminum minumannya sendiri.

"Bukan begitu, tapi … aku tidak tahu bagaimana cara pipisnya seorang laki-laki,"ucap pemuda itu polos.

Gadis itu menepuk keningnya, ia lupa. Dia dan gadis itu bertukar tubuh, dan kalau sampai pemuda didepannya pipis, maka harga dirinya sebagai seorang laki-laki bisa turun derajatnya. 'Ya ampun, kenapa urusan pipis seperti ini aku harus repot,'. Gadis itu mengetuk-ngetuk meja. Bingung.

"Ichigo-kun, aku sudah tidak bisa menahannya lagi," ucap pemuda itu, ia menggigit bibir bawahnya. Sungguh menggemaskan melihat pemuda itu menggigit bibirnya. Rasanya gadis itu ingin mencubit kedua pipinya.

"Kita lakukan dikamar mandi sama-sama!" jawab si gadis.

Si pemuda melongo tak percaya. "Ti…tidak mau aku malu," pekik pemuda suara baritone itu.

"Itu tubuhku, kenapa harus malu? Kau belum pernah melihat yang seperti itu ya?" seringai gadis mungil itu.

Si pemuda melempar gelas plastik itu kearah si gadis. " Dasar pervert,"pekiknya. "Ah …. Apa yang kulakukan pada tubuhku?" jerit pemuda itu menjadi-jadi.

Gadis itu mengelus-elus kepalanya dan berkata "Arrggg… sakit sekali."

Si pemuda mendekat, menarik lalu meniup-niup kepala si gadis, "Gomen ne."


kya ... kya cerita baru lagi, alhamdulillah dapet trinnngggg ... alias ide XDDD

Terima kasih sudah mau baca, mohon reviewnya ya X3