Pada hari itu, Kouen menekuk kedua lututnya, dia mengambil sikap hormat dengan kedua tangan terkepal tegas dan kuat di depan kepalanya yang tertunduk.

"Aku berjanji akan melindungimu," katanya mantap. Lebih kepada berjanji untuk dua kakak yang sangat dia kagumi. Namun, ketika Kouen mengangkat kepalanya untuk memandang barisan anak-anak Hakutoku, tanpa sengaja dia memandang sosok putri kerajaan yang baru kali ini dilihatnya dalam dandanan lengkap khas kerajaannya. Kouen yakin janji ini bukan sekedar janji seorang ksatria.

Ini adalah janji dari seorang pria kepada wanita.

Hakuei telah Kouen ijinkan menduduki singgasana hatinya pada saat itu juga. Bahkan ketika riuh orang-orang kerajaan di sekitarnya ramai ikut menyambut pengucapan sumpah janjinya untuk keluarga Hakutoku, Kouen hanya bisa mendengar suara tawa kecil Hakuei yang tersembunyi di balik lengannya.

Ah, Kouen ingin bertanya apa yang membuat gadis itu tertawa.

.

"Yang mulia, istana keluarga Hakutoku terbakar."

Kouen dengan segera menaiki kudanya. Bergegas dari dungeon terakhirnya menuju Kou. Perjalanan secepat kedipan mata, Kouen tahu itu. Bagaimana keadaan Hakuyuu, Hakuren, Hakuryuu-

...Bagaimana dengan Hakuei? Apakah gadis itu selamat?

Oh, tidak.

Kouen ingat dia belum menanyakan apa alasan Hakuei tertawa malam itu. Apakah gadis itu menertawakannya yang dengan percaya diri berjanji untuk melindunginya? Apakah gadis itu tertawa karena tahu Kouen tidak akan sekuat Hakuyuu dan Hakuren?

Kouen berdecak kesal. Mungkin Hakuei benar, mengingat selambat apa sekarang Kouen datang kepada Hakuei ketika gadis itu membutuhkannya.

Hakuei tahu Kouen tidak akan menepati janjinya.

Kau melanggar janjimu, En.