-unedited-

Aku Kim Jongin, 21 tahun. Aku cukup populer di kampus, karena aku adalah penari hebat di sana. Banyak orang bilang aku cantik, memiliki badan yang di idam-idamkan semua wanita dan juga uang. Tapi aku rasa tak semua dari pernyataan mereka benar.

Aku memang punya uang, dimana aku bisa berbelanja dan konkow di cafe manapun. Tapi kurasa untuk cantik dan memiliki badan yang di idam-idamkan itu tak benar.

Karena kalau itu benar, seharusnya Oh Sehun, pria yang ku sukai sejak ia menjadi ketua tim disiplin saat aku masuk ke universitas ini, menyukaiku.

.

.

.

"Jongin, berhenti menatap Sehun sunbae seperti itu" Ucap Baekhyun sambil menutup arah pandangku.

"Apa salahnya Baek? Biarkan saja Jongin menatap Sehun sunbae sesukanya" Ucap Kyungsoo yang kemudian menyedot lemon teanya.

"Nanti Sehun sunbae bisa ilfeel dengan Jongin dan itu bisa berakibat fatal untuknya" Kyungsoo mendengus.

"Apa aku perlu ingatkan padamu?" Baekhyun diam.

Aku memilih untuk bangkit dari kursiku dan membiarkan Baekhyun dan Kyungsoo menatap kepergianku.

Sejujurnya kalau mengingat ini membuat suasana hatiku buruk dan juga sakit disaat bersamaan. Yah, mungkin ini terkesan sangat berlebihan tapi itulah kenyataannya.

Sehun sunbae itu gay. Kalau boleh jujur aku tak percaya dengan berita semacam ini. Aku pernah beberapa kali mengikutinya untuk membuktikan apakah Sehun sunbae itu betulan gay atau hanya gosip belaka yang di sebarkan oleh wanita-wanita yang di tolaknya. Tapi aku tak menemukan apapun. Dan aku memilih untuk tak mempercayainya.

Tapi hari itu, dimana aku akan mengunjungi kakakku di apartmentnya, aku menemukan Sehun sunbae sedang bergemul panas dengan kakakku. Dan yah aku tak meragukan itu, karena kakakku adalah seorang gay.

Aku sakit hati sekali saat itu. Bahkan aku sampai tak mau berbicara dengan kakakku selama sebulan penuh dan berusaha melupakan Sehun sunbae.

Tapi sayangnya aku tak bisa.

Okay ini terdengar chessy, tapi aku menyukai Sehun sunbae pada pandangan pertama. Dan aku tak bisa melupakannya.

Mungkin bagi sebagian orang ini adalah hal biasa dan mudah dilupakan, tapi ini terlalu istimewa untukku untuk dilupakan.

Hari itu aku terlambat pada hari orientasi pertamaku di kampus. Karena aku dari Jepang, aku tak punya banyak kenalan dan juga informasi tentang apa yang harus kubawa dan kupakai di hari orientasi pertamaku. Dan karena hari itu aku terlambat, aku langsung berurusan dengan ketua tim disiplin.

Aku melihat keselilingku dan mendapati semuanya menggunakan pakaian serba hitam dan putih, berbeda denganku yang menggunakan jeans ketat dengan kemeja kotak-kotak kebesaran.

Satu persatu dari mereka mulai dimarahi oleh Sehun sunbae, aku hanya bisa menunduk. Karena saat itu aku belum fasih berbahasa korea.

Saat tiba giliranku, Sehun sunbae mulai memarahiku dan yang sedikit ku mengerti ia bertanya kenapa aku menggunakan pakaiannya yang berbeda. Aku menjawab seadanya dan berkata aku tak tahu dengan menggunakan bahasa Jepang.

Yang membuatku bingung, Sehun sunbae bisa berbahasa Jepang dan bertanya apakah namaku Jongin, dengan cepat aku mengangguk. Kemudian ia menyuruh orang lain mengantikan posisinya dan menyuruhku mengikutinya. Langkah kami berhenti saat kami tiba di sebuah ruangan.

Sehun sunbae menyuruhku duduk sambil menunggu dirinya mencari titipan kakakku. Sembari ia mencari juga, ia mulai memperkenalkan dirinya dan juga ia bilang kalau ia teman kakakku.

Setelah ia menemukannya, ia memberikan satu plastik besar kepadaku dan berkata itu adalah keperluan orientasiku hari ini. Aku mengangguk dan tak lupa mengucapkan terimakasih saat itu.

Tak lama setelah itu, Sehun sunbae pamit padaku dan berkata aku harus cepat-cepat menganti semuanya agar tidak dihukum dan bertemu dengannya lagi. Dan juga ia berkata ia memberikanku dispensasi untuk hari ini. Setelah itu ia tersenyum dan berkata sampai jumpa besok.

Dan tepat saat itu dadaku berdetak cepat dan aku menyukainya. Ya se simple itu caraku menyukai Sehun sunbae. Dan se simple itu juga aku mengetahui fakta menyakitkan tentang Sehun sunbae.

"Jongin?" Aku terbangun dari lamunanku saat mendengar kakakku memanggil.

"Hm?" Kakakku menatapku sebentar kemudian kembali fokus pada jalanan di hadapannya.

"Kau sedang memikirkan sesuatu?"

Aku menggeleng, "Aku tidak memikirkan apa-apa" Kris, kakakku hanya mengangguk dan memilih tak bertanya lagi.

.

.

.

"Sampaikan salamku pada papa dan mama" Aku menatap kakakku sebentar, "Kau tak mau mampir sebentar?" Kris tampak berpikir sebentar, sebelum akhirnya ia menggeleng.

"Mungkin lain kali. Sehun sudah menungguku" Ucapnya yang diikuti dengan senyuman. Aku tahu sejujurnya bukan itu alasan Kris menolak ajakanku.

"Baiklah kalau begitu. Terimakasih sudah mengantarkanku pulang, hati-hati dijalan dan selamat malam" Tepat sebelum aku menutup pintu mobilnya, aku mengeluarkan suaraku lagi walaupun pelan "Mama merindukanmu. Kau bisa mengunjunginya saat papa tak ada di rumah" Setelah itu aku menutup pintu mobilnya dan berjalan memasuki pekarang rumah.

Aku sempat menghela nafas sebentar, menghapus air mata yang mengalir di kedua mataku kemudian berusaha tersenyum saat mendorong pintu rumah orangtuaku.

"Tadaima" Teriakku sambil menganti flatshoes yang tadi ku gunakan menjadi sendal rumahan. Setelah itu aku berjalan menuju daerah dapur dan menemukan papa serta mama disana.

"Kau baru pulang?" Tanya mama yang di balas anggukan olehku. Aku menaruh tas kecil yang tadi ku bawa, setelah itu mencuci tanganku dan mulai membantu mama mempersiapkan meja makan.

"Kau dari mana saja? Jam segini baru pulang Jongin?" Tanya papa sambil melipat koran yang sedaritadi ia baca.

"Mengerjakan tugas sebentar tadi bersama Baekhyun dan Kyungsoo"

"Kau pulang dengan siapa?" Aku diam. Karena jujur pasti papa tak akan suka dengan jawabanku.

"Kau punya pacar?" Tanya papa lagi. Aku menggeleng.

"Kalau aku punya, aku pasti sudah memperkenalkannya pada kalian"

"Lalu?" Kali ini mama yang bertanya.

"Kris. Aku pulang bersama kakak"

.

.

.

Setelah aku menyebut nama kakakku, suasana meja makan menjadi canggung. Tak ada perbincangan lagi dan aku benci ini jujur. Aku ingin keluargaku kembali seperti dulu, dimana aku bisa menemukan kakakku duduk di sebelahku dengan tawanya.

"Jongin?" Aku mendongakkan wajahku yang sedari tadi hanya mengaduk makananku tak jelas.

"Papa akan pergi ke New Zealand selama tujuh bulan" Aku hanya mengangguk, karena papaku memang sudah terbiasa melakukan berjalanan bisnis dengan waktu yang sangat lama.

"Tapi kali ini papa harus membawa mamamu" Aku diam. Aku benci sendirian di rumah sebesar ini.

"Jongin?" Suara mama mengintrupsiku.

"Yasudah, tak apa" Setelah itu aku bangkit dari kursiku dan meninggalkan mereka menuju kamarku.

Aku langsung melempar tubuhku ke kasur sesampainya di kamar. Aku melempar tas serta kaos kakiku ke sembarang arah kemudian menatap langit-langit kamarku.

Yang berputar di pikiranku sekarang adalah apa yang harus ku lakukan selama tujuh bulan tanpa mama? Aku sudah terbiasa dimanja dan semua kebutuhkanku di atur oleh mama.

Karena terlalu sibuk dengan pikiranku, aku sampai tak sadar mama ada disini dan duduk di ranjangku.

"Jongin?" Panggilnya sambil mengelus rambut panjangku. Aku tak membalasnya dan tetap menatap langit-langi kamarku.

"Kau marah dengan mama?" Aku masih diam.

"Maaf, tapi papamu benar-benar membutuhkan mama disana"

"Jongin?"

"Mama tahu kau pasti akan senang dengan berita ini" Aku langsung menatap mama, kemudian memindahkan kepalaku menjadi berbantal dipaha mama.

"Kau boleh tinggal di flat kakakmu, kalau kau mau" Senyum itu kini terukir di bibirku.

"Benarkah?" Mama mengangguk. Tapi dalam sekejap senyum itu kembali luntur.

"Papa?" Ucapku pelan. Mama tersenyum, "Papamu memberi izin" Aku langsung bangkit, kemudian memeluk mama.

"Terimakasih ma" Mama mengangguk, kemudian mengelus punggungku.

.

.

.

Sebenarnya keluargaku dulu termasuk salah satu keluarga yang harmonis. Dimana kami jarang bertengkar satu sama lain. Tapi semenjak papa tahu kakakku gay, semuanya berubah.

Papa selalu menyalahkan Kris karena ketidak normalannya. Papa selalu bilang, Kris hanya pembawa sial. Kris anak tak berguna. Kris pembawa aib keluarga. Dan banyak lagi yang mengakibatkan Kris meninggalkan rumah kami.

Dulu Kris adalah anak kebanggaan papa. Dimana Kris tak pernah mengecewakan papa dengan prestasinya. Bahkan papa sudah menyiapkan tempat terbaik di perusahaannya. Tapi itu sekarang adalah wacana belaka.

Papa juga melarangku serta mama untuk bertemu dan membantu Kris. Tapi aku terlalu keras kepala untuk menuruti itu. Sampai pada akhirnya aku menemukan Sehun sunbae di flatnya.

"Jadi apa yang akan kau lakukan?" Tanya Kyungsoo. Aku menggeleng pelan. Aku memang sudah menceritakan tentang tawaran mama pada Kyungsoo dan Baekhyun.

"Ambil saja. Bukan kah itu bagus jadi kau bisa dekat dengan Sehun sunbae?"

"Tentu saja aku mau. Tapi... ntah lah"

"Kau takut mendengar desahan mereka di malam hari?" Aku langsung menatap tajam kearah Kyungsoo, sementara Baekhyun sudah ber high-five ria dengan Kyungsoo.

"Kalian tak membantu sama sekali" Kyungsoo dan Baekhyun langsung diam, kemudian berpura-pura ikut berpikir sepertiku. Sampai pada akhirnya suara Baekhyun menghentikan kegiatan berpikir kami.

"Aku punya ide"

.

.

.

Mobil papa berhenti di depan flat Kris. Papa sempat bertanya sekali lagi apa aku bisa tinggal di flat itu? Aku mengangguk mantap, mengingat aku juga ingin mencoba ide dari seorang Byun Baekhyun.

"Bagaimana kalau kau membuat Sehun sunbae menyukaimu?" Aku dan Kyungsoo tertawa keras.

"Baek, itu tidak mungkin" Ucap Kyungsoo sambil terus tertawa.

"Ku dengar seseorang sembuh dari gaynya" Kami langsung diam. "Bagaimana caranya?" Tanyaku penasaran.

"Aku juga tak tahu" Ucapan Baekhyun itu dihadiahi pukulan olehku dan Kyungsoo.

"Jangan memberi ide kalau kau tak tahu caranya" Ucap Kyungsoo sedikit sewot.

"Tapi kenapa Jongin tak mencobanya saja? Dengan caranya sendiri? Bukankah tujuh bulan itu waktu yang lama?" Aku dan Kyungsoo diam sebentar.

"Kali ini aku setuju denganmu Byun" Ucapan Kyungsoo itu dihadiahi cibiran oleh Baekhyun.

"Apa aku bisa?" Kyungsoo dan Baekhyun mengangguk kompak.

"Kami akan membantumu nanti. Iyakan Kyungie?" Kyungsoo mengangguk.

Dan disinilah aku dengan satu koper besar berdiri di depan flat Kris dengan ide gila milik Baekhyun.

.

.

.

"Jongin, kau tak apa tidur dikamarku?" Tanya Sehun sunbae padaku. Aku mengangguk.

"Kamar Sehun yang terbesar disini" Tambah Kris sambil merangkul Sehun.

Uke on top ternyata.

"Aku harus membereskan barang-barangku" Pamitku pada mereka.

"Kalau perlu apa-apa, jangan sungkan padaku" Aku mengangguk untuk membalas ucapan Sehun sunbae, sebelum akhirnya aku menutup pintu yang berada di antara kami.

Aku menaruh koper besarku di samping lemari yang berada disana. Aku mulai mengitari kamar itu. Kamar ini penuh dengan komik dan beberapa figur anime yang tersusun rapi. Sampai pada akhirnya langkahku terhenti pada meja belajar Sehun sunbae. Disana banyak tertempel post-it, namun belum sempat aku membaca post-it tersebut, mataku menangkap tiga bingkai foto disana.

Ada Sehun sunbae dan Kris tentu saja. Kemudian ada Sehun sunbae yang kuyakini dengan keluarganya, karena wanita tua dan pria yang mungkin seumuran dengan Kris terlihat mirip dengan Sehun sunbae. Dan yang terakhir Sehun sunbae bersama-tunggu siapa wanita ini? Ia tak terlihat seperti wanita tua di foto sebelumnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc/End?

Two heart mungkin akan aku update nanti malam atau paling lama besok pagi. Buat yang kemarin nge-dm maaf ya aku gabisa bls, karena kemaren ffn aku agak error. Two heart pasti aku lanjutin sampe selesai kok tenang aja okay:)

Thankyou!!

-Amanda.