...

...

"Ukh...sssshh."

Lagi. Suara erangan meluncur keluar dari bibirnya yang membengkak, dan itu entah yang ke berapa kalinya. Kedua netra yang tadinya tertutup rapat kini terbuka lebar, menampilkan warna hijau yang tampak menyayu menatap ke arah langit-langit kamar. Sejenak mengerling ke arah bawah. Memperhatikan tubuhnya yang polos, hingga tertuju ke arah kepala berhelaian hitam acak-acakkan yang bergerak naik turun. Memanjakan benda miliknya yang mengacung tegak di pangkal pahanya.

Hisap, kulum dan jilat. Ahh...kenapa aktivitas itu begitu membuatnya melayang. Membuatnya ketagihan.

"Sss...l-lebih c-cepat..ahh."

Tubuh tegapnya yang penuh bercak merah hanya bisa menggeliat gelisah di atas ranjang. Begitu terbatas gerakkannya karena kedua tangan dan kakinya yang terikat kuat di keempat tiang ranjang. Sedikit memalukan. Dia yang seorang atlit aikido, bisa pasrah di ikat. Tapi mau bagaimana lagi, sosok manusia yang mengerjainya saat ini begitu kuat.

"C-cukup." ucapnya lemah. Suaranya begitu parau menahan erangan. Pergerakan di bawahnya begitu cepat. Ini harus di hentikan sebelum dia akan menuju ke dunia putih, dan yang pastinya akan membuatnya malu.

Berhenti.

Helaan nafas keluar dari bibirnya yang membengkak. Netra hijaunya kini memincing kesal, bersitatap dengan onyx hitam pekat yang berkilat panas. Wajah tampan dengan rahang tegas yang begitu menggodanya sejak pertama bertemu, seperti saat ini. Rambut hitam kebiruan acak-acakkan, yang ingin sekali di jambaknya.

"Kau sangat menikmatinya, Saki." suara baritone sexy terdengar berbisik lirih. Penuh godaan. Membuat gelenyar aneh melilit di perutnya.

Kedua netranya melotot tajam ke arah sosok yang kini bersimpuh di antara kakinya yang terbuka lebar. Seringai lebar menghiasi wajah tampan itu.

"Apa yang kau... Ukh...l-lepas...ahhh." Erangan nya kembali keluar ,bahkan semakin terdengar kencang. Seiring sebuah benda yang perlahan memasuki lubang belakangnya. Dan juga remasan dan kocokkan di benda kebanggaannya. "K-kuso." umpatnya lirih.

Tubuhnya semakin menegang saat merasakan batangnya yang mulai berkedut. Sebentar lagi...ya...sebentar lagi akan ada yang keluar dari ujung benda kebanggaannya itu. Dan dia tak akan bisa menahannya lagi.

Ya. Sebentar lagi pelepasannya tiba . Tak di pedulikan lagi suara nyaring yang mampir di pendengarannya. Hingga tubuhnya terasa sakit karena terjatuh dari ranjang. Hee...bagaimana bisa? Kan tadi dia di ikat.

"Ukh...shit." umpatnya kesal. Menatap tajam ke arah sosok pemuda (?) yang berdiri di depannya. Surai hitam kebiruannya yang acak-acakkan mulai mengabur , dan berubah warna menjadi silver.

Hah?

...

...

BRAAKK. Suara benturan keras pintu terbuka terdengar nyaring , bersamaan sosok pria dewasa berjalan memasuki ke dalam ruang kamar minim cahaya itu. Meneliti setiap sudut dan tatapannya terfokus ke arah ranjang, di mana sebuah gundukkan panjang terbungkus rapat selimut berwarna merah terlihat nyaman di sana.

Pria berhelaian perak menantang gravitasi itu berjalan mendekati ranjang. Menyibak bagian atas selimut, dan menampilkan sosok kepala berhelaian pink dengan kelopak mata tertutup rapat. Sepasang manik berbeda warnanya memincing tajam. Dengan penuh kesengajaan mengangkat kaki kanannya dan mendorong tubuh berselimut merah yang tergolek nyaman di atas ranjang hingga jatuh ke atas lantai. Tak ingin peduli jika perlakuannya akan membuat sosok terbungkus selimut itu kesakitan.

"CEPAT BANGUN BOCAH PEMALAS!" bentaknya kasar.

BRUUK.

"Ukh."

Sosok itu terguling di atas lantai, sampai terdengar bunyi gedebuk kecil. Dan setelahnya terdengan rintihan kesakitan, bersamaan sosok berhelaian merah muda acak-acakkan itu terduduk dengan kedua maniknya mengerjap bingung. Masih mengumpulkan kesadaran.

"Shit." Manik hijaunya kesal ke arah sosok paruh baya yang berdiri di depannya, dengan kedua tangan menyilang di dada. "Ini sakit, Paman."ucapnya malas.

"Hn."

"Ada apa?"

"Kau tau ini jam berapa?"

Menolehkan kepala ke arah jam menempel di dinding. Lalu mendesah malas.

"Tidurmu nyenyak, eh?"

"Mungkin."

Kedua alis sang paman menukik tajam. Memperhatikan dengan teliti raut malas sedikit kesal sang keponakan. "Mungkin? "

"Jika tadi Paman memberikan waktu tidurku sedikit lebih lama. Pasti akan lebih baik.''

"Hm." gumaman lirih terdengar. Manik berbeda warnanya menatap aneh bocah merah muda di depannya. Sedikit lebih lama? Terasa ada maksud tertentu. Masih memperhatikan si bocah yang masih duduk bersila, dengan wajah yang meringis.

Mencurigakan. Lebih meneliti penampilan si bocah, kaos putih longgarnya dan boxer hitamnya yang tampak compang camping. Mungkin yang sedikit aneh, hanya bagian atas boxer hitam yang sedikit mengembung.

T-tunggu, mengembung tepat di tengah paha. Ah...itu ternyata yang jadi masalahnya itu. Seringai kecil mulai tercipta di wajah tertutup maskernya.

"Mimpi basah,eh?"

"Ck." Decakkan tak suka keluar dari sang keponakan. Mengikuti tatapan manik berbeda warna itu, yang kini menuju ke arah pangkal pahanya yang mengembung. Dan itu membuatnya kesal, yang langsung membuatnya meraih selimut. 'Kuso' batinnya kesal.

Suara kekehan terdengar. Membuatnya merengut dengan pipi memerah.

"Ha..ha.. Tak perlu di tutupi. Aku juga merasakannya setiap pagi." Sosok sang paman berbalik menuju pintu. "Jadi wanita mana yang jadi lawanmu, eh? Ah...dan jangan lupa air dingin setelah ini, Saki." dan pintu kamarnya tertutup rapat.

Wanita, eh? Mendengar satu kata itu membuatnya meringis. Andai saja pamannya itu tahu siapa yang jadi lawannya tadi.

Masih terduduk di lantai kamarnya. Sebelah tangannya tergerak mengacak surai merah muda pendeknya. Mengerling malas ke arah rajangnya yang berantakan kemudian ke arah tubuh bagian bawahnya yang tertutup selimut. Menyibaknya jauh selimut merahnya, dan seketika fokusnya kini ke arah bagian tengah celananya yang tampak mengembung besar.

Sejenak terdiam. Mengingat apa yang membuat benda berharganya itu menegang. Dan otaknya kembali mengingatnya, mimpi yang tak terselesaikan.

"Mimpi sialan." umpatnya kesal. Bangkit berdiri lalu melempar asal selimutnya ke atas ranjang. Lalu berjalan ke arah kamar mandi di sudut kamarnya. Menuntaskan gairah paginya yang tadi tak terselesaikan di dalam mimpi.


...

...

MENYIMPANG

NARUTO © MASASHI KISHIMOTO

Warning : Ooc. AU. Yaoi. Dll

...

...

Tidak suka jangan di baca.

...


Sakura pov

Hm. Hari ini benar-benar menyebalkan. Ah...tidak. Bahkan setiap hari terasa menyebalkan untukku. Apalagi setiap pagi harinya. Tahulah...anak cowok penuh hormon. Tapi itu sedikit membuatku kerepotan jika setiap pagi aku harus mandi air dingin terus. Apalagi saat ini akhir musim panas yang mulai berhembus angin musim gugur. Dingin.

Terkadang aku kepikiran, apa teman-temanku yang lain juga merasakannya juga setiap pagi? Maksudku, bermimpi sesuatu yang mengakibatkan berdirinya batangmu. Ah...ngomong-ngomong ini pembicaraan anak laki-laki dan sangat di larang untuk anak perempuan.

Dan aku ini anak laki-laki. Meski nama dan fisik tubuhku ini, tak seperti anak laki-laki.

"Sakura."

Haruno Sakura. Entah kenapa orang tuaku dulu menamaiku seperti itu. Padahal kakak kembarku punya nama yang keren. Apa karena warna rambut merah mudaku ini atau tentang fisikku yang pendek dengan sedikit otot ini. Wajahku juga manis. Sangat mirip dengan anak perempuan.

Tapi semua ada padaku ini, sangat asli anak cowok. Dan aku tidak suka di panggil selengkap itu.

"Jelek."

Apalagi di panggil seperti itu.

Lupakan saja.

Oh..ya. Mengingat kembali masalahku. Kenapa aku jadi sering memimpikan orang itu? Apalagi mimpiku selalu melakukan hal panas di atas ranjang dengan orang itu?

Ku akui, orang itu benar-benar sempurna. Tubuh atletis dengan wajah tampan maskulin, serta otak jenius yang memukau. Bakhkan kehadirannya sangat menarik atensi seluruh anak perempuan penghuni sekolah tempatku belajar, yang berteriak gila memanggil namanya. Dan aku sangat tertarik dengan orang itu.

Aku masih waras dan normal. Tapi entah kenapa kernomalanku ini, akan menghilang jika sudah berhadapan dengan orang itu. Aku tidak gila. Hanya mungkin sedikit menyimpang. Ini tentang ketidaknormalnya perasaanku.

"Haruno."

DEG. Benarkan. Jantungku saja langsung bereaksi saat mendengar suaranya.

Menyebalkan.

Aku menatap sosok yang berdiri di depanku. Onyx hitam yang melihatku dalam, membuatku mengingat mimpiku semalam. Ukh...pipiku mulai terasa panas.

"S-sasuke." ucapku pelan.

Sakura end pov

...

...

Sakura menengadahkan kepalanya ke atas, setelah sebelumnya menelungkup di atas meja. Manik hijaunya terbuka lebar, menatap empat pemuda yang berdiri di samping dan depan mejanya. Melihat sekelilingnya kelasnya yang sudah penuh penghuni. He..sejak kapan? Sepertinya tadi dia terlalu banyak melamun, sampai-sampai tidak sadar sekitarnya.

Menegakkan tubuhnya. Sakura menatap satu persatu teman sekelasnya itu. "Ada apa?"

"Melamun, eh?" Sakura mendengus pelan mendengar sindiran dari pemuda berhelaian eboni yang duduk di sebelah kanannya. Shimura Sai. Dia tak begitu cocok dengan pemuda penuh senyum itu.

"Bukan urusanmu." desisnya lirih.

"Jangan melamun pagi-pagi.''. Ucap pemuda pirang yang berdiri di depan Sakura. Pemuda tampan berkulit tan yang penuh semangat. Uzumaki Naruto. Sakura cukup menyukai pemuda itu, hanya sebagai teman.

" Memangnya kenapa? "

"Haah...kau bisa aneh seperti si Teme. " Dan setelahnya teriakan Naruto terdengar nyaring di penjuru kelas. Dan pelakunya pemuda tampan di sebelahnya. "Brengsek. Apa masalahmu, Teme?"

"Hn. Aku tidak aneh, Baka-dobe!"

Sosok pemuda berhelaian hitam kebiruan itu menatap sinis ke arah Naruto. Tubuh tegapnya yang terbungkus seragam sekolah yang tak begitu rapi begitu menarik perhatian Sakura. Oh..tidak hanya Sakura. Hampir seluruh anak perempuan di kelas menatap penuh kekaguman ke arah pemuda itu.

Uchiha Sasuke. Sosok yang begitu mempesona di mata Sakura.

"Haah. Merepotkan."

Melirik ke arah belakangnya. Sosok pemuda berkuncir nanas itu menguap lebar, kemudian menelukupkan tubuhnya di atas meja. Shikamaru Nara. Pria paling jenius di kelas. "Kau bermimpi buruk, eh Saki?"

"Mimpi buruk? Rasanya tidak." elak Sakura.

"Kau bohong. Raut wajahmu sama sekali terlihat tak puas." ucapnya pelan, namun terdengar di telinga Sakura.

"Aku tidak-."

"Kau mimpi jorok semalam. Tapi sayangnya terpotong. Benarkan." Sai tersenyum tipis setelah mengucap kalimat panjangnya.

Sakura melotot tajam. "Aku tidak-."

"Oh...oh..aku tahu!" teriakan Naruto memotong kata-kata Sakura." Aku paham. Barangmu pasti masih berdiri tadi pagi kan ,Saki?"

Sakura menepuk jidat lebarnya kesal. Bagaimana bisa si Naruto itu berteriak sekencang itu? Apalagi sampai menyinggung barangnya? Benar-benar brengsek. Ingin sekali tinju Sakura merontokkan gigi pemuda penyuka ramen itu.

"Naruto, k-kau -."

"Tenang saja, Saki. Aku mengeri keadaanmu. Aku juga sering seperti itu, bahkan aku sudah mengocok milikku berjam -jam di kamar mandi tak membuatnya lemas. Sepertinya memang hanya lubang wanita yang bisa memuaskan milikku." ucapan frontal Naruto membuat keadaan kelas langsung hening. Entah sadar atau tidak suaranya tadi begitu kencang. " Apa tadi pagi kau tak mandi air dingin?"

"Baka."

"Apa?" Naruto mengernyit bingung menatap ke arah tiga temannya yang menatapnya. Apa ada yang salah?

"Tunggu sampai Hyuuga mendengar ini?"

"Memang ada masalah?" Naruto masih tak mengerti.

"Sudahlah. Lupakan saja, Naruto."

...

...

Sakura kembali menelungkupkan tubuhnya di atas meja. Dan ketiga temannya sudah kembali ke bangkunya masing-masing. Satu bangku untuk satu orang. Naruto yang duduk di depan Sai. Sedang Sasuk duduk tepat di depannya- salah satu keberuntungannya- yang mulai berkutat dengan buku tulisnya.

Senyum kecil terulas di bibir Sakura. Menatap punggung lebar pemuda di depannya membuatnya gembira. Ukh...lagi, Sakura menggeram dalam hati. Sikap tak normalnya kembali muncul.

"Aku masih penasaran?" Naruto kembali bicara, dan kini tatapannya terarah ke Sakura."Dengan siapa kau main semalam?"

Dan kata-kata Naruto membuat tubuh Sakura menegang kaku. Haruskah dia bilang.

"Aku juga penasaran. Siapa wanita yang menjadi fantasi jorok cowok paling manis di sekolah? Ucap Sai dengan tersenyum, yang langsung membuat mental Sakura menciut.

" Akan ku tebak. Karin?"

Gelengan pertama.

"Tenten."

Gelengan kedua.

"Tayuya."

Gelengan ketiga.

"Sasame."

Sakura masih menggelengkan kepala.

"Anko-sensei."

"Bukan, bodoh."

"Ino." Dan satu nama terucap dari Naruto membuat pemuda di belakangnya melotot tajam.

"Hinata Hyuuga." Naruto menoleh cepat ke belakang. Menatap kesal ke arah Sai yang tersenyum sinis ke arahnya.

"Bukan Hinata kan, Saki?" ucap Naruto meyakinkan Sakura. Rasanya tak terima jika pujaan hatinya itu menjadi obyek fantasi liar sahabatnya.

"Tenang saja, Naruto. Aku tidak tertarik dengan Hinata." Kata-kata Sakura membuat Naruto menghembuskan nafas lega.

"Kalau begitu siapa?"

Sakura meneguk ludahnya gugup. Tatapan dari tiga pasang manik berbeda warna itu membuatnya gelisah. Apalagi di tatap oleh manik hitam yang menjadi fantasi liarnya semalam. Ini buruk.

"..."

"Saki?"

"..."

"Jelek?"

"..."

"Hoaah...Sasuke."

DEG. Keempatnya langsungl menoleh ke belakang. Ke arah Shikamaru Nara yang memperlihatkan wajah mengantuknya.

"Apa maksudmu, Shika?

" Hanya menebak."

Apalagi itu. Hanya menebak? Aneh.

"Itu mungkin saja. Sasuke begitu di gilai oleh para perempuan di sini. Mungkin saja si jelek ini jadi menyimpang dan tertarik dengan Sasuke."

"K-kau -."

"Tidak mungkin. Sakura itu laki-laki. Si teme juga laki-laki. Jadi tidak mungkin."

"Banyak hal yang tidak mungkin jadi mungkin."

"Kau ini sudah sinting, ya Sai."

"A-aku t-tidak -" Sakura menutup mulutnya rapat. Lidahnya terasa kelu. Ingin sekali dia menyangkal omongan pemuda pucat itu. "T-teman -teman."

Sakura bingung mau berkata apa. Naruto dan Sai masih berdebat. Dan dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Hn. Aku tidak keberatan."

Hah?

Empat kepala berbeda warna itu langsung serempak menoleh ke asal suara. Uchiha Sasuke yang menampilkan wajah datarnya, yang perlahan menampilkan seringai sexy nya.

"Apa maksudmu, Teme? Kau masih waraskan?"

Onyx hitam itu memutar bosan. Dan kemudian terfokus ke arah Emerald hijau yang menatap bingung ke arahnya. "Jika cowok manis seperti Sakura mau jadu UKE-ku. Aku sama sekali tak keberatan." ucapnya sambil mengelus pipi putih pemuda berhelaian pink di depannya.

Dan setelahnya terdengar teriakan nyaring, tak terima dengan kalimat bungsu Uchiha itu. Sepertinya keempatnya tak sadar sudah jadi bahan tontonan di kelas.

Oh...dan jangan lupakan sosok merah muda yang kini menunduk dengan wajah sepenuhnya merah padam.

...

...

...

TBC or FIN ?

...

...


A\n :

Cerita yang ku buat karena tak bisa tidur. Mohon maaf jika ada banyak typo dan kesannya memaksa. Sedikit ulasan tentang isi cerita... Paling atas tulisan italic..itu mimpi Sakura. Dan ga tau kenapa ingin ngebuat chara Sakura jadi cowok. Yang artinya fict ini ada unsur Yaoi nya.

He..he..kalau ga suka . silahkan keluar, jangan di baca. Ok.

Untuk cerita yang lain mohon bersabar. Masih menunggu pencerahan.

Oh...jika berkenan silahkan di repiuw.

...

...

KDR

21'4'16

...

...