Seokjin menemukan Yoongi, seekor kitten-hybird yang terlantar di pinggiran kota dengan keadaan tak sadarkan diri. Membuatnya membawa hybird mungil itu kerumahnya.

Baby Steps

Enjoy!

.

.

.

.

.

.

"Yoongi-ya, sudah berapa kali kubilang untuk tidak mencakar meja makan?"

Seokjin tengah membawa pakaian kotornya disaat ia melewati meja makan dan mendapati beberapa goresan cakaran yang tidak lain adalah Yoongi pelakunya. Kitten-hybird itu hanya melenggokkan kepalanya ke arah Seokjin lalu kembali sibuk dengan tontonan televisinya.

Seokjin menghela nafasnya. Ia sudah terbiasa dengan kelakuan Yoongi yang seperti ini. Padahal sudah dua bulan berlalu semenjak Yoongi pindah kerumahnya tapi tetap saja Yoongi masih menganggapnya seperti orang asing.

Seokjin tahu Yoongi mencoba untuk mencakar segalanya yang ia bisa agar Seokjin tidak mau menampungnya lagi. Tapi di sisi lain Seokjin menginginkan Yoongi, ingin Yoongi berubah sedikit demi sedikit. Karena yang ia lihat pertama kali adalah ketakutan dimata Yoongi. Dirinya terlihat rapuh saat Seokjin menemukannya di pinggiran kota dengan keadaan yang kotor dan tidak sadarkan diri.

Maka Seokjin bertekad dengan sungguh-sungguh agar Yoongi dapat menerimanya.

Walaupun itu terasa seperti sebuah langkah bayi pun Seokjin akan terus berusaha.

.

.

.

.

Seokjin mengusapkan telapak tangannya pada telinga Yoongi. Menyukai bagaimana lembutnya bulu-bulu telinga Yoongi di tangannya. Sang hybird masih tertidur di dalam pelukan Seokjin. Tanpa sadar ekornya mengayun kekanan dan kekiri, tanda bahwa ia menyukainya.

Beberapa menit kemudian Yoongi terbangun, menemukan dirinya berada di pelukan Seokjin adalah hal yang terburuk. Karena Yoongi tidak mau mengakui bahwa ia menyukainya.

"lepaskan aku." kepalan tangan kecil Yoongi memukul dada Seokjin tanpa tenaga. Mendorongnya sebisa kekuatannya.

Tapi Seokjin malah mengeratkan pelukannya. Menghirup wangi rambut Yoongi dalam-dalam.

"kau yang memintaku untuk memelukmu semalam."

Pergerakan Yoongi terhenti saat itu juga. Kembali mengingat kejadian semalam yang sempat ia lupakan.

Dan setelahnya pipi Yoongi memanas. Ia ingat bagaimana tubuhnya bergetar ketakutan saat petir terdengar dari luar. Dengan tubuh kecil bergetarnya itu Yoongi menyusup ke kamar Seokjin. Membangunkannya dengan suara terbata hanya untuk meminta Seokjin memeluknya.

Bodoh, Yoongi merasa sangat malu sekarang.

.

.

.

Seokjin tidak bisa untuk menahan senyumnya ketika melihat Yoongi menghampirinya di dapur dengan menggunakan pullover yang kebesaran di tubuhnya. Itu miliknya, Seokjin sangat yakin.

"pagi Yoongi-ya, hari ini aku membuat roti isi ikan salmon kesukaanmu."

Yoongi hanya menganggukkan kepalanya. Seokjin terkekeh lalu berjalan mendekati Yoongi. Mengulurkan tangannya untuk mengangkat tubuh Yoongi dan mendudukkannya di kursi meja makan.

Yoongi hanya terdiam, berusaha untuk terlihat tenang tapi rona merah di pipinya mengkhianatinya.

Seokjin mengusap kepala Yoongi dengan lembut. Yang membuat hybird itu menutup matanya dan menggeram pelan tanda ia menyukainya.

"kau memakai bajuku," Seokjin menarik tangannya dan Yoongi sebisa mungkin tidak terlihat kecewa.

Seokjin mendudukkan dirinya terlebih dahulu di hadapan Yoongi. Tersenyum lembut kearahnya. "sering-seringlah memakai bajuku. Kau terlihat menggemaskan."

Yoongi mengalihkan wajahnya ketika matanya menangkap Seokjin yang tengah tersenyum ke arahnya. Mengabaikan detak jantungnya dan lebih memilih untuk memakan sarapannya.

Seokjin tertawa pelan, mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Yoongi. "good boy~"

Yoongi melirik Seokjin dari helaian poninya.

Mungkin, ia bisa membuka hatinya untuk Seokjin.

.

.

.

.

Yoongi terkejut di saat ia tengah menonton televisi, Seokjin memberikan sebuah pelukan dari belakang yang sangat erat. Seakan ia tidak mau meninggalkan Yoongi.

Tangan Yoongi terangkat untuk mengelus lengan Seokjin, membuat sang empu melepaskan pelukannya dan duduk di samping Yoongi.

Dan ia baru menyadari bahwa Seokjin sudah berpakaian rapi dengan setelan jas yang sangat pas di tubuh indahnya.

"Yoongi-ya, dengarkan aku." Seokjin meraih kedua pipi Yoongi untuk membuatnya menatap matanya.

"aku akan pulang tengah malam. Kau jangan menungguku. Tidurlah dikamarku dan pastikan kau minum segelas susu sebelumnya. Buat dirimu nyaman. Aku akan pulang secepat yang kubisa karena aku tidak mau meninggalkanmu terlalu lama."

Seokjin menghela nafasnya, menyatukan keningnya dengan Yoongi seraya matanya yang tertutup. "jaga dirimu baik-baik, ya?"

Mata Seokjin terbuka dan mendapati Yoongi yang tengah menatapnya khawatir. "ya."

Kedua sudut bibir Seokjin tertarik ke atas. Matanya melirik kearah bibir Yoongi lalu kembali kematanya.

"boleh aku menciummu?"

Yoongi terdiam beberapa saat tapi ia menganggukan kepalanya dengan malu-malu.

Maka Seokjin tidak perlu memerlukan waktu lama untuk merasakan bagaimana lembutnya bibir tipis milik Yoongi.

"aku mencintaimu, jaga dirimu."

.

.

.

.

Yoongi mengadahkan kepalanya di sandaran sofa sambil mengerucutkan bibirnya. Hari sudah malam, diluar sana terlihat sangat gelap. Dan Yoongi sendirian.

"uh, bosaan~"

Dulu, Yoongi akan merasa bebas di saat Seokjin pergi bekerja, meninggalkannya dirumah sendirian. Tapi sekarang entah kenapa Yoongi merasa kesepian, tiba-tiba merindukan pelukan hangat Seokjin di sekujur tubuhnya.

Ekor Yoongi mengayun malas dari samping ke samping. Tangannya tengah memainkan sudut baju kebesaran Seokjin ditubuhnya.

Yoongi merindukan Seokjin. Merindukan pelukannya. Dan kalau boleh jujur ciumannya juga.

.

Yoongi berjengit kaget di saat ia mendengar suara petir menggelegar dari luar sana. Hujan turun rupanya. Tubuhnya seketika bergetar. Kedua telinganya tertutup rata di atas kepalanya.

"ti-tidur.. Aku ha-harus tidur." dengan langkah cepat Yoongi berlari menuju kamar Seokjin.

Tapi belum sempat Yoongi sampai di kamarnya, petir kembali terdengar dari luar dan bahkan semua lampu padam.

.

"Ma-Master.." Yoongi meriuk di lantai. Memeluk dirinya sendiri untuk menenangkan diri.

Tapi tentu itu tidak berhasil. Dengan keadaan yang gelap disertai suara petir yang sangat Yoongi benci benar-benar membuatnya ketakutan.

"Seokjin..." Yoongi bergumam nama Masternya. Pelupuk matanya sudah tergenang air mata. Satu kedipan dan airmatanya lolos begitu saja. Yoongi menangis sambil memegangi kedua telinganya yang tertutup rata. Ekornya melilit di pinggangnya.

"Y-Yoongi takut.."

.

BRAK

"Yoongi!"

Mata Yoongi terbuka mendengar suara Seokjin. Tangannya terangkat diudara, ia pun tidak tahu menggapai apa.

"Yoongi, kau dimana?!" suara Seokjin terdengar sangat khawatir. Ada suara barang yang terjatuh tapi Yoongi tidak terlalu memikirkannya.

"Yoonã…¡"

"Master!"

Yoongi berteriak, matanya menatap kesegala arah untuk menemukan Seokjin. Tapi yang ia lihat hanyalah kegelapan.

"Master," Yoongi kembali bersuara. "a-aku di sini."

Mata Yoongi terpejam lagi ketika petir kembali menyambar. Tubuhnya belum berhenti bergetar.

Dan ia memekik tertahan ketika tubuhnya terangkat kedalam gendong seseorang. Dan sudah pasti itu adalah Seokjin.

Maka Yoongi segera memeluk leher Seokjin dengan erat. Ia dapat merasakan nafas Seokjin yang tidak teratur menerpa leher belakangnya.

"syukurlah," tubuh Yoongi berhenti bergetar ketika tangan Seokjin mengusap punggungnya.

"aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

.

.

.

.

Hujan sudah berhenti. Petir pun tidak lagi menyambar. Tapi listrik dirumah Seokjin masih padam. Jadilah mereka menyalakan lilin untuk menambahkan penerangan.

Yoongi belum lepas dari pelukan Seokjin sedari tadi. Sedangkan Seokjin masih mengusap punggung Yoongi. Ia duduk menyender di atas ranjangnya dengan Yoongi yang berada di pangkuannya.

Yoongi melepaskan pelukannya disaat Seokjin mengecup puncak kepalanya. Menatap Seokjin, rambutnya sudah tidak tertata rapi seperti sebelum ia berangkat bekerja.

Seokjin mengulas senyuman sembari mengusap pipi Yoongi. "kau baik-baik saja?"

Kepala Yoongi mengangguk. Tangannya meraih dasi Seokjin dan ia melonggarkannya.

"maafkan aku telah meninggalkanmu sendiri. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Seokjin mengecup kedua mata Yoongi yang membengkak.

.

"Master?"

Yoongi berucap pelan, kepalanya mengadah untuk menatap Seokjin dengan pandangan sayunya.

Sedangkan Seokjin tersenyum. Baru kali ini Yoongi memanggilnya dengan sebutan itu, setelah hampir tiga bulan. Dan bukankah itu artinya Yoongi menerimanya?

"ya, Yoongi?"

Setelah mendapat senyuman itu Yoongi jadi merasa malu. Kepalanya tertunduk dan ia kembali memainkan dasi Seokjin yang belum terlepas.

"ada apa? Katakan saja padaku?" Seokjin membawa tangannya untuk meraih dagu Yoongi. Membuatnya menatap Seokjin kedalam matanya.

Yoongi menelan ludahnya terlebih dahulu. Lalu menghela nafasnya. "aku ingin meminta izin."

Alis Seokjin mengerut, membenarkan Yoongi di pangkuannya terlebih dahulu. "untuk apa?" lengannya mengerat di pinggang Yoongi.

Yoongi mengigit bibir bawahnya gugup. "izin untuk menciummu?"

.

Seokjin terdiam beberapa detik. Tapi setelahnya ia tersenyum bahagia. Kepala Seokjin tertunduk untuk mengusapkan hidungnya di pipi Yoongi dengan gemas.

"tanpa meminta izin pun kau boleh menciumku, Yoongi-ya."

Maka setelah mendapat izin dari Masternya, Yoongi menarik dasi Seokjin yang masih berada di genggamannya. Membawa pria itu untuk menciumnya.

.

.

.

.

.

.

.

End

.

.

.

.

.

Pertama kali bikin hybird!au. Super awkward

Tadaaa~

Cerita ini dikhususkan untuk yungi dan para semenya #apaan

Dan mungkin aja bukan cuma dari bts, tapi member dari boygroup lain juga #cough

Untuk cerita perdana yoonjin dulu atau jinsuga atau apalah kalian memanggilnya/?

Mungkin disini gabakal dimasukin yoonseok karena mereka udah ada tempat khusus #smirk

UDA GITU TEASERNYA YUNGI MENGGODA IMAN BANGET HM, PAKE BLUSH ON SEGALA HIH

Tunggu ya cerita selanjutnyaaaaaa

I love you all and review please? Kindly check my other stories ;)

With Love,

minyunghei

Muah~