Uwaaa...ini fic saya keluarin karena fic Émeraude VS Bleufoncé tergolong 'berat' dan ga bisa dibuat terburu-buru. Fic ringan ini sebenarnya mau dibuat one shot, tapi kebelet pengen di publish. Hehe.. XD
Me and My OTAKU Girl!
Disclaimer
Naruto © Masashi Kishimoto
Me and My OTAKU Girl! © Dijah-hime
Aku masih saja menghadapkan wajahku keluar jendela, tangan kiriku memangku wajah yang sedikit bertekuk. Aku menarik tanganku dari dalam laci meja dan menatap layar ponsel filp hitam metalik-ku. Empat siku-siku sudah muncul di keningku, kenapa lama sekali dia membalas sms-ku?
"Aargh!" kuremas pelan rambut ravenku. Aku semakin kesal mengingat sms terakhirnya.
'Benar kau mau menemuiku?'
Siapa yang tidak ingin dengan gadis yang kau sukai? Apalagi setelah tiga tahun kau tidak bertemu dengannya! Kuulangi lagi, TIGA TAHUN!
Dengan gampangnya dia pergi ke London dan meninggalkanku di Tokyo! Dia mulai menjauhiku saat kelas dua SMP, awalnya tentu kudiamkan saja. Mana aku mengerti maksudnya, tapi mendadak dia datang ke rumahku dan bilang akan pindah ke London. Katanya dia merasa 'konyol' dengan hubungan kami, dia pergi karena tak tahan dengan sikapku yang terlalu dingin. Kupikir dia bercanda, tapi keesokannya dan hari-hari berikutnya dia tak pernah datang ke sekolah lagi.
Aku kalut, frustasi, dan hilang kendali. Kudatangi rumah lamanya dan berhasil menemui dua pembantu yang masih bekerja di sana. Langsung kuminta alamat juga nomor telepon mereka di London, saat kutanya nomor ponsel pribadinya mereka bilang nona mereka masih mengaktifkan nomor lamanya untuk berkomunikasi dengan ayahnya yang masih menetap di Jepang karena urusan bisnis. Aku langsung menghubungi telepon rumahnya di London karena panggilanku di ponselnya selalu tak diangkat, tapi keburuntunganku benar-benar habis. Para pembantu yang mengangkat teleponku selalu mengatakan nona mereka sedang tidak ada di rumah dan beragam alasan lainnya. Aku benar-benar kesal! Aku tahu karena itu hanya alasan karena gadisku benar-benar membenciku sekarang. Saat bilang pada ayah kalau aku ingin pergi ke London, tentu saja ayah melarangku. Aku yang masih kelas dua SMP masih terlalu kecil untuk mengejarnya ke London yang jaraknya ribuan mil dari kotaku, Adachi.
Oke, kuakui semuanya juga tak lepas dari kesalahanku. Maksudku sikapku padanya, aku tahu dan sangat sadar, kadang sikapku memang terlalu dingin bahkan kepada pacarku sendiri. Yah, apa boleh buat. Klan Uchiha mewariskan sifat dingin yang membuat banyak orang err-kesal padaku. Walau aku yakin sebagian besar malah terpesona karena sifat dinginku! Dia-gadisku-sudah menyukaiku sejak kami masih di sekolah dasar. Oh, tidak. Kurasa sejak pertama kali dia melihatku dia pasti sudah jatuh cinta padaku! Aku narsis? Ya, karena aku seorang Uchiha.
Mulanya memang aku kesal padanya yang selalu mengendap-endap mengikutiku, tiba-tiba berjalan di sebelahku, atau saat dia mulai gugup bicara denganku. Semua gadis itu sama saja! Aku benci mereka, juga dia. Saat kami kelas dua sekolah dasar dia menyatakan perasaannya padaku sepulang sekolah di dekat Sungai Arakawa yang tidak terlalu jauh jaraknya dari sekolah kami. Aku? Tentu saja menolaknya dengan wajah sedatar yang kubisa. Dia tidak menangis, hanya menundukkan wajahnya. Aneh, kupikir dia pasti sudah berlari dan menangis terisak-isak seperti anak perempuan lainnya karena mendengar penolakanku. Wajahnya terangkat, mataku membulat begitu mendapati wajahnya yang memerah akibat senyuman lebarnya, matanya menyipit,
'Terima kasih karena sudah mau mendengarkan pernyataanku'
Aku benar-benar tidak percaya, Dia malah mengucapkan kalimat itu. Setelah ber-ojigi padaku dia berjalan pulang sambil melambaikan tangannya ke arahku-masih dengan wajah memerahnya. Aku tersenyum melihatnya, saat itu aku belum sadar kalau suatu saat nanti malah aku yang akan tergila-gila padanya. Dan di hari-hari selanjutnya, kami tak terpisahkan. Selalu terlihat berdua di manapun, walau tampaknya hanya gadis itu yang tertawa dan tersenyum gembira karena aku hanya menampilkan wajah stoic-ku bukan berarti aku tak menyukai saat-saat itu. Aku malah sangat menikmatinya dan gadis itu tampaknya mulai mengerti dengan sifat dinginku. Sampai pada akhirnya kami mulai menjalani hubungan yang lebih serius semenjak SMP.
Drrrrrtt...
Kurasakan tangan kananku bergetar, cepat kulihat layarnya yang menyala terang,
'Temui aku di Narita Airp. 15 mnt lagi'
"Oi, Teme. Kau ini kenapa, sih? Sejak tadi diam saja. Sudah makan? Jam istirahat sebentar lagi selesai, hei Kau. Aku bicara padamu, Teme!"
Ah, dia teman sebangkuku yang entah sejak kapan sudah ada di sebelahku. Kenapa aku tidak menyadarinya? Sepertinya aku terlalu lama kembali ke masa lalu. Kuambil ransel hitam yang ada di sangkutan mejaku, kulihat sebentar wajah bingung teman sebangkuku.
FLIP
Sengaja kupukulkan kuat layar ponselku yang masih terbuka ke kepalanya sehingga terdengar bunyinya yang menandakan ponselku sudah tertutup. Dia meringis, memegangi kepalanya. Sebelum dia sempat berteriak marah sudah kupotong ucapannya,
"Aku harus ke bandara. Sampaikan pada sensei, oke?"
Aku bangkit dari kursiku dan mulai melangkah menuju pintu kelas, tapi seseorang menahan tanganku. Dia lagi, pasti minta imbalan!
"Traktir ramen, ya?" ucapnya sambil menunjukkan cengiran khasnya itu.
Apa kubilang, dasar maniak ramen!
"Iya, Dobe. Kau tenang saja."
Aku membalikkan tubuhku dan langsung berlari ke belakang sekolah, dari sana Aku bisa melewati tembok pembatas dan langsung keluar dari sekolah ini. Meminta izin untuk keluar dari sekolah secara 'legal' bisa menghabiskan waktu berjam-jam di Kohoku High School-ku ini. Dan saat kesempatan untuk bertemu dengan gadisku hari ini tidak akan kugunakan berlama-lama di tempat bernama ruang akademis! Aku langsung menyetop taksi begitu sampai di jalan yang cukup ramai.
~Me and My OTAKU Girl!~
Kulirik jam tanganku, sudah sepuluh menit aku di taksi ini, tapi belum juga sampai di Narita.
"Pak, tolong cepat. Aku sedang terburu-buru."
Hanya anggukan kecil yang kudapati dari orang tua di balik kemudi itu. Aargh! Kenapa orang-orang di sini tak berani mengebut! Aku tiba-tiba merasa kesal dengan seluruh peraturan lalu lintas yang terlalu ketat di kotaku. Kuhantamkan kepalaku ke belakang jok penumpang, tangan kananku mengacak rambut ravenku kuat. Tubuhku agak terlonjak ke belakang saat taksi yang kutumpangi tiba-tiba menambah laju kendaraannya. Eh, apa dia melihatku seperti orang frustasi tingkat parah? Dia mengasihaniku, ya. Haha, kulanjutkan saja akting hebatku ini!
"Hahh..hahh..," kuatur napasku membuatnya kembali senormal mungkin setelah berlari masuk ke dalam bandara. Melelahkan, Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling pintu masuk bandara, dapat! Sungguh beruntung, bandara kali ini terlihat agak sepi. Dan gadis itu sekarang sedang menyenderkan punggungnya di dekat salah satu pintu masuk bandara. Dia memakai terusan selutut berwarna putih dan berwarna merah pucat di bagian roknya, blazer putih modern yang bagian tangannya digulung rapi hingga siku, dan juga sneaker putih (?) di kakinya. Tangan kirinya membawa sebuah tas belanja ukuran sedang berwarna merah, ponsel flip yang sewarna dengan rambutnya sekarang berada di genggaman kanannya. Barang-barang lainnya sepertinya sudah dibawa ke rumahnya. Dia sengaja menungguku rupanya, dia memalingkan kepalanya memandang jalanan tempat banyak taksi yang sudah sibuk mencari penumpangnya. Kurasakan wajahku agak memanas, itu benar-benar dia! Gadisku, kali ini tidak akan kulepaskan lagi. Aku janji. Langsung aku berlari menghampirinya.
Emerald gadis itu membulat sedikit, tangan kanannya terangkat saat aku sudah berdiri tepat di hadapannya. Sepertinya dia mengukur tinggiku dengan tangannya yang masih menggenggam ponsel.
"Kau makin tinggi, Sasuke!" serunya senang, dia tersenyum. Ada sesuatu yang hilang dari raut wajahnya, entah kenapa aku merasa agak sedih.
Cukup. Aku ingin dia tahu segalanya kalau aku menyukainya, akan selalu menyukainya. Langsung kutarik gadis itu dalam dekapanku. Tidak kupedulikan tatapan heran para petugas bandara di sekitar Kami.
"Sakura..," gumamku pelan.
"Aku menyukaimu,"
Aku agak terkejut merasakan dua tangan putih miliknya mendorong bahuku pelan, melepaskan pelukanku. Dia menatap wajahku heran.
"Kau kenapa, sih?" tanyanya.
"Apa? Kau meninggalkanku selama tiga tahun! Kau tahu betapa Aku mencemaskanmu, Sakura!" Aku benar-benar tidak mampu lagi menahan emosiku. Sakura, kenapa dia bersikap seolah ingin menjauhiku seperti ini?
"Hahaha... ya, ampun. Kau tidak perlu mengatakan hal itu, Sasuke." Onyx-ku terbelalak ke arahnya. Apa maksud gadis ini sebenarnya, tidak tahu kah dia kalau aku sejak dulu juga menyukainya?
"Oke, Aku tahu ini salahku. Aku minta maaf karena selalu bersikap dingin padamu, Sakura," kulembutkan nada suaraku dan memandang emeraldnya. Sakura membulatkan mulutnya, dia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian ditahannya.
"Kau tidak pernah mengangkat teleponku. Kau tahu Aku begitu kehilanganmu gadis nakal. Seenaknya Kau meninggalkan kekasihmu yang baru kelas dua SMP. Dasar, mana mungkin Aku menyusulmu ke sana `kan?" Aku semakin senang begitu melihat mulutnya semakin ber-O lebar, kuelus pucuk kepalanya. Membuat bibir gadis itu tertutup rapat karena kaget.
"Sasuke, tidak perlu menghiburku. Aku tahu Kau tidak menyukaiku, tenang saja. Aku sudah berubah sekarang."
Dia tersenyum tipis ke arahku, emerald-nya berbinar kuat. Tidak kutemui kebohongan di sana. Lidahku kelu, hatiku serasa remuk mendengar ucapannya. Mataku memanas, tidak akan! Aku tidak mau kehilangannya. Wajahku menunduk,
"Aku menyukaimu. Dengan caraku."
"Eh, apa? "
"Sejak dulu..,"
Sakura diam, Aku tidak bisa melihat wajahnya sekarang karena aku masih saja menundukkan wajahku ke bawah.
"Aku kesepian..,"
"Sasuke, jangan bercanda."
"Aku mau menjadi pacarmu karena hanya Kau yang kusukai! Kenapa seenaknya pergi meninggalkanku?"
Kutatap wajah putihnya yang kini tampak sangat terkejut. Ah, sial! Kenapa mataku tambah panas.
"Sasuke... aku, maafkan Aku Sasuke...kun," ucapnya terputus-putus.
Oh, betapa Aku sangat merindukan suffix kun darinya.
"Kau hampir menangis. Tidak Uchiha sekali," Sakura memeletkan lidahnya ke arahku.
Aargh! Maaf ya, klan-ku. Mulai hari ini kuputuskan untuk membiarkan gadis yang kusukai setidaknya mampu melihat emosiku.
Sakura menjulurkan jemari kanannya ke wajahku-setelah memasukkan ponselnya ke tas belanja- diusapnya air mataku yang bahkan belum sempat mengalir. Aku bingung saat dia mengerling nakal ke arahku.
"Sasuke-kun~"
Ah, wajah itu menggemaskan sekali-walau aku rasa masih ada suatu hal yang hilang di sana.
"Ya, hime-chan. Ada apa?"
"Hmm, ano.. Kau menyukaiku apa adanya `kan?"
Kulihat emeraldnya berbinar menantangku. Pertanyaannya itu tentu saja kujawab dengan tegas,
"Iya, Tuan Putri-ku."
Dia mengangguk-anggukkan kepalanya senang. Kulihat tangan kanannya bergerak masuk ke dalam tas belanjanya, sibuk mencari-cari sesuatu. Saat tangannya diangkat ke atas, disodorkannya kotak yang baru diambilnya ke arahku. Aku mengambilnya, ini action figure.
"Ini kan..,"
"Kamen Raidā Burakku Āru Ekkusu!"
Onyx-ku membulat kaget saat Dia berucap keras ke arahku. Wajahnya terlihat sangat err-bersemangat (?)
Kupandangi lagi kotak yang didominasi warna hitam-merah itu, plastik bening yang menutupi di bagian depan memudahkanku untuk melihat wajah salah satu tokoh tokusatsu di dalamnya.
"Aku tahu Sasuke-kun suka Kamen Rider waktu kecil `kan, makanya Aku membelikannya untukmu. Itu limited edition, lho." Sakura menutup mulutnya saat mengucapkan 'limited edition' .
"Ah, ya. Terima kasih, Sakura." Memang dulu waktu Sekolah Dasar aku sangat menyukai Kamen Rider, terutama karakter yang ada di genggamanku sekarang ini, Kamen Rider Black RX. Ah, tapi Aku bingung kenapa Sakura menghadiahiku figurine ini. Sudahlah, itu tak penting. Kuberikan senyum terbaikku padanya, Sakura semakin melebarkan cengirannya.
"APA YANG KAU LAKUKAN?" Kupejamkan mataku sedikit begitu mendengar teriakannya.
Yang kulakukan? Aku hanya menekan-nekan sedikit jariku berusaha menyentuh figurine itu di box-nya.
"Aku, ingin menyentuh kepalanya Sakura. Hehe.."
Dengan gerakan cepat Sakura merampas box figurine itu dari tanganku, memasukkannya kembali ke dalam tas belanjanya dengan sangat per-la-han. Aku hanya bisa menatap heran kelakuan 'unik'-nya.
"Akan ku berikan saat mau pulang nanti," ucapnya agak ketus padaku.
Hanya kubalas dengan anggukan mantap dariku.
Dia lalu mulai memperhatikanku, menatapku dari atas ke bawah. Eh, apa ada yang salah dengan tampilanku?
"Kau bolos, Sasuke-kun?"
"Hehehe, tentu saja. Aku `kan mau menjemput pacarku yang menghilang selama tiga tahun ini," kujitak pelan keningnya. Dia balas mengerucutkan bibirnya,
"Ugh, baiklah kalau begitu temani Aku ke Akiba, ya."
Sakura langsung menarik tanganku tanpa mempedulikan jawabanku. Dengan cepat menuruni undakan di bandara, Sakura langsung menyetop salah satu taksi dan menyeretku masuk ke dalam.
"Stasiun Kita-Senju, Pak."
Di dalam taksi aku mulai berpikir untuk apa Sakura ingin ke Akiba, lebih tepatnya Akihabara-Kami memang lebih sering menyebutnya 'Akiba'-bukannya di sana tempat berkumpulnya para otaku. Ah, mungkin Sakura hanya mau membeli ponsel baru. Atau membeli barang elektronik terbaru lainnya. Ya, pasti seperti itu. Jarak dari Adachi-ku ke Chiyoda-ku (Distrik tempat Akihabara) kira-kira 9 km, tidak terlalu jauh.
Kulirik wajah Sakura sekilas yang sibuk memandang keluar jendela, dia kelihatan senang sekali. Kugenggam tangannya pelan, ini pasti akan jadi hari yang menyenangkan!
Sakura memutuskan Kami pergi dengan Tsukuba Express untuk menghemat waktu, katanya. Setelah sampai di Chiyoda Kami langsung naik JR (Japan Railways) dari Stasiun Shinjuku menuju Stasiun Ochanomizu lalu berganti kereta lagi menuju Akihabara.
Ada yang aneh! Hmm, kulirik Sakura yang masih bersemangat menaiki tangga keluar dari stasiun bawah tanah,
"SAKURA!"
"Eh, ada apa Sasuke?" dia memamerkan wajah polosnya padaku.
"Kau membuang-buang waktu kita karena berganti tiga kereta! Kenapa tadi tidak naik taksi saja?" aku berteriak kesal padanya. Dan aku, yang begitu bodohnya mengikuti rute yang diinginkannya. Kami menghabiskan waktu hapir setengah jam karena berganti-ganti kereta.
"Aa, kalau naik taksi mahal. Kita harus hemat, Sasuke-kun." Sakura terkekeh pelan mendengar ucapannya sendiri.
Oh, dasar orang kaya pelit!
~Me and My OTAKU Girl!~
Aku langsung meregangkan punggungku begitu keluar dari stasiun, tapi Sakura langsung menyeretku berlari. Aku hampir kehabisan napas dibuatnya.
"Sampai! Akhirnya Aku bisa ke Akiba. Yeiy!"
Aku hanya bisa mengerjapkan mataku heran melihat pemandangan aneh di depanku. Sakura melompat-lompat girang, memandang gedung-gedung bertingkat yang mayoritas berwarna mencolok itu dengan pandangan kagum tingkat tinggi. Aku memandang malas ke kerumunan para cosplayer yang sedang berkumpul di dekat salah satu toko. Sepertinya akan ada lomba cosplay.
"Hei, Sakura. Kau sebenarnya mau beli apa di Akiba?" tanyaku yang masih belum melepaskan tatapan bosan ke arah kerumunan cosplayer.
Tidak ada jawaban,
Kupalingkan wajahku ke kanan.
Tak ada siapa pun.
Hhe? Di mana dia?
~Me and My OTAKU Girl!~
Asli! Gaya penulisannya beda jauh ama fic pertama saya,, he?
Osh! Keep or delete?
*Buat yang nunggu kelanjutan Émeraude VS Bleufoncé,, sabar yaaa~
(gada yang nungguin jugak)
#pundung di pojokan
