Senin pagi yang cerah, tenang dan tentram menyelimuti atmosfer di Sakuragaoka Senior High School.
Iya, toh lagi jam pelajaran. Coba kalau bukan, pasti berisiknya sudah seperti di kebun binatang.
Lagian, seelit-elitnya sekolah itu, penghuninya juga masih manusia biasa. Remaja biasa.
Kring! Kring!
"YEEE!"
Oke, author tahu, mereka nggak senorak pelajar di Indonesia kalau mendengar bunyi bel istirahat.
"KUJYOO! PASTI TADI KAMU KAN YANG NYIMPEN CICAK DI KURSI AKU HAH?!"
Dan di kelas 11 IPA-2 inilah, sumber keributan terjadi.
"Loh? Sejak kapan ada cicak di kursi? Di mana-mana tuh, cicak adanya ya di dinding." seorang siswa berambut pirang menjawab. Dengan sebelah alis terangkat dan senyum miring yang tersungging di wajah tampannya. Dia lagi dalam mode songong.
Karin yang sedang mencengkram kaleng bekas minuman sodanya pun tak sadar kalau tangannya sudah meremas kaleng minumannya itu. Bahkan mereka tak sadar anak-anak kelas satu per satu sudah keluar. Bosan dengan pertengkaran rutin mereka, mungkin?
"Kujyo ..."
Kamichama Karin Chu © Koge Donbo
Trap in Love © anaracchi
Chapter 1
Karin memakan makanannya dengan lahap. Jam makan siang. Dan Karin langsung ngacir ke kantin karena jam istirahat pertama, Karin sama sekali tidak makan.
Tentunya karena ulah seorang Kujyo Kazune.
Karin tak habis pikir. Padahal, Kazune saat SMP tidak setenar ini. Lagian, apa bagusnya sih dia? Cuma pintar saja.
"Karin, kenapa?" Miyon duduk di hadapan Karin, tak lupa dengan makan siangnya. Gadis berambut hijau toska itu memandang Karin geli. Pasti habis bertengkar lagi.
Jangan berpikir kalau pertengkaran Karin dan Kazune, hanya dikenal wajar oleh satu kelas dan sahabat-sahabat Karin seperti Miyon. Satu sekolah, baik junior mau pun senior, bahkan guru-guru pun sudah biasa akan kelakuan dua manusia itu. Setiap hari, ada saja yang menjadi korban akan ulah mereka. Entah itu jendela, lampu, atau meja sekali pun. Ditambah, Karin dan Kazune adalah dua orang yang paling menonjol akan prestasi. Kazune dengan otak jeniusnya, dan Karin dengan otak udangnya. Baik, itu terlalu kejam.
"Tadi dia udah mulai mengibarkan bendera perang, dong."
"Kamu udah terlalu sering bicara seperti itu." Miyon menimpali dengan ekspresi dan intonasi datarnya.
BRAK!
Karin menggebrak mejanya sambil berdiri. Refleks, Miyon dan orang-orang di kantin itu menoleh ke arah Karin yang kini sudah dibakar semangat.
"Tapi tadi dia udah main binatang. Ini gak bisa dibiarkan!"
Semangat balas dendam, tepatnya.
"Siapa yang bilang tidak bisa dibiarkan?"
Suara merdu Kazune terdengar di indra pendengaran Karin. Membuat gadis imut itu menoleh dengan gerakan pelan—dan ekspresi sinis.
"Siapa yang meminta kau untuk ikut menyahut?" tanya Karin sarkastik.
"Tidak. Aku tidak menyahut, hanya bertanya." jawabnya dan sukses membuat Karin hampir mencekik lehernya.
"Sekarang, apa maumu?"
"Hmmm apa, ya? Oh, ya. Sebagai teman yang baik. Aku ingin mengingatkanmu kalau nanti ada ulangan biologi. Aku harap guru tidak menggambar telur ayam lagi." ucap Kazune memberi penuh penekanan pada kata teman.
"Tidak akan. Kali ini aku pasti dapat nilai seratus."
XoX
Karin memandangi hasil ulangannya dengan tatapan nanar. Sudah berkali-kali ia usaha keras, kenapa hanya telur ayam saja yang digambar guru? Kenapa gak telur gajah aja sekalian? Eh, salah. Gajah gak bertelur.
Yang lebih mirisnya lagi, guru-guru udah pada taluk untuk menyimpan harapan untuk Karin. Bahkan Karin saja bingung, kenapa nilainya bisa jatuh, padahal, tahun kemarin nilainya bagus-bagus saja.
Pas KKM, sih.
Kembali ke topik utama. Karena hal itu, setiap pulang sekolah, satu jam ia harus belajar bersama tutornya.
"Jangan ngelamun!" wajah cowok itu tiba-tiba berubah menjadi horor. "Jangan-jangan kau mengagumiku."
PLETAK!
"Jangan harap aku mau mengagumi orang sepertimu, Kujyo. Cepatlah. Tak tahan aku satu jam bersamamu." balas Karin setelah menjitak kepala Kazune. "Coba ada Miyon atau Yuki …"
Kalau turornya orang lain sih Karin gak masalah. Tapi ini tutornya Kazune masa?! Satu jam. Berdua. Dengan. Kazune.
"DUNIA HAMPIR KIAMAATT!"
PLETAK!
"Berisik." balas Kazune setelah menjitak Karin. "Cepat buka bukumu. Memangnya aku tahan satu jam bersamamu?"
Karin hanya menurut. Untuk perihal ini saja ia sudi akur dengan cowok itu!
XoX
Miyon menatap Karin yang berjalan lemas di sebelahnya dengan prihatin.
Harusnya Karin ingat kalau kata-kata Kazune itu pedes banget, jadi ia sudah tahan banting duluan.
Untung Miyon dan Yuki mau nungguin Karin. Kalau tidak, pasti ia harus pulang sendirian. Dan itu membosankan.
"Miyon, Yuki, kalian mau membantuku, tidak?" tanya Karin tiba-tiba, dan membuat keduanya menoleh.
"Kalau untukmu, kita akan berusaha." jawab Yuki, lalu dibalas anggukan Miyon. Membuat Karin menyeringai lebar.
"Bantu aku ngerjain Kujyo."
Jawaban Karin sukses bikin keduanya speechless.
"KARIN!"
DEG!
Suara itu. Jantungnya selalu berdebar keras ketika mendengarnya. Sekarang gantian, Karin yang speecless. Dilihatnya Miyon dan Yuki yang sudah menoleh, Yuki dengan kerutan di dahinya, dan Miyon dengan wajahnya yang berseri.
"Karin, sepertinya aku dan Yuki harus duluan deh. Ada tugas kelompok. Duluan ya, mata ashita!" Miyon langsung menyeret Yuki menjauh.
Sialan.
Saat Karin mendengar langkah kaki yang berlari mendekatinya, saat itu juga kakinya ingin berlari menjauh, tapi tidak bisa.
"Hei." sebuah tepukan di bahunya membuat Karin memekik kecil dan terpaksa menoleh. Wajahnya memanas saat mata zamrudnya bertemu dengan mata onyx pemuda itu.
"H-Hei, Jin. Apa kabar?" tanya Karin berusaha tenang. Sedangkan yang ditanya malah nyengir.
"Baik. Kau pulang sendiri ya? Aku antar mau?" dan sebelum Karin menjawab, Jin sudah menyeret Karin ke motornya, dan memakaikan helm kepada Karin yang masih diam.
Kalian tahu? Rasanya dibonceng oleh cinta pertama? Malu? Banget! Lama-lama Karin pengen loncat ke sungai amazon saking bahagianya.
Jin Kuga. Teman satu SMP-nya dengan Karin. Mempunyai banyak penggemar, dan salah satunya ya Karin. Miyon tahu Karin menyukai Jin, dan dia mendukungnya karena Miyon dan Karin juga satu SMP. Beda lagi untuk Yuki.
Karin tersadar dari lamunannya dan melihat sekitar. "Jin, kau mau ke mana? Ini bukan jalan ke rumahku." tanya Karin panik.
"Calm down, Karin. Percayalah, aku tidak akan macam-macam." ucapan Jin membuat Karin bungkam. Tapi tetap saja takut, suasananya saja sudah sepi dan hari sudah gelap seperti ini.
"Yo, kita sampai!" seruan Jin membuat Karin langsung turun dan menyerahkan helmnya pada Jin. Ia memandangi bangunan tua bertingkat, tinggi pula.
Bagus, ini tidak menyenangkan.
Karin berjalan mengikuti Jin yang masuk ke dalam. Decitan pintu terdengar, menjadi bukti kalau bangunan ini sudah lama tidak ditinggali.
"Jin, ngapain ke sini? Dan ini bangunan siapa? Kenapa kuncinya ada padamu?" tanya Karin berturut-turut.
"Kalau kita ke sini untuk apa, rahasia. Tapi aku yakin kau suka." jawab Jin. Ambigu. "Ini bangunan pamanku, makanya aku pinjam kuncinya."
Mereka pun mulai menaiki satu per satu anak tangga.
XoX
"Jin! Kakiku pegaall!" seru Karin saat mereka sudah sampai di atap bangunan. Sialan, anak tangganya banyak banget!
Jin hanya nyengir. "Maaf. Tapi mau gimana lagi. Ayo ke sini!"
"Jin, kamu mau dorong aku ke bawah ya?" tanya Karin polos saat mereka berdua berdiri di ujung atap bangunan. Jin pun sweatdrop. Karin benar-benar tidak berubah, pikirnya.
Karin menatap ke bawah, tidak ada penerangan sama sekali. Sehingga ia tidak bisa melihat apa pun di bawah sana.
"Karin tutup matamu." ujar Jin tiba-tiba. Pemuda itu langsung melanjutkan kalimatnya sebelum Karin bersuara. "Sudah, tutup saja."
Untung pada dasarnya, Karin bersifat penurut. Hal ini tentu memudahkan Jin pada rencananya.
"Jangan buka matamu ya!"
"Jin, kau mau ke mana?!" seru Karin saat merasakan Jin berlari menjauh. Tapi masih dengan mata yang tertutup.
"Tenang saja! Tapi jangan bergerak!" suara Jin mengecil. Tangan Karin pun bergetar, hampir nangis malah. Wajar, ditinggal sendiri di tempat yang kau sendiri tidak tahu di mana, dan juga jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Cukup menegangkan, bukan?
"Karin! Dalam hitungan ke-tiga, buka matamu ya!" suara Jin terdengar jauh sekali, dari bawah sana.
"Satu …"
"Dua …"
"Tiga!"
CTEK!
Karin diam. Karin shock. Karin speechless. Karin gak tahu harus kayak gimana. Air matanya yang sedari tadi ditahannya meluncur begitu saja.
Di bawah sana, dengan beberapa lampu kecil yang diletakan membentuk hati lumayan besar menjadi penerangannya. Bunga-bunga mawar yang sudah ditata dengan rapi membentuk tulisan 'LOVE YOU, KARIN' dengan ukuran sangat besar. Dan Jin berdiri di atas nama Karin dengan beberapa bunga mawar merah di tangannya.
"Karin! Kamu mau, kan! Jadi pacar aku?!" teriak Jin dengan napas yang masih memburu. Mungkin kelelahan karena naik-turun tangga tadi?
Karin tersenyum lebar. Mengangguk mengiyakan.
"Tentu saja!"
.
.
Yeay! Happy ending!
.
.
Eh salah! Belum ending woy!
.
.
To Be Continue
.
.
Selamat hari Minggu semuanya! Cie besok ada yang UAS. Siapa hayo? Aku loh! /plak. Mungkin readers juga ada yang besok UAS kan? Nemenin Audrey :3
Eh eh. Masih ada yang inget gak sama Audrey? Atau Anara? Pasti pada lupa... *narik ingus*
Okey, sebagai tanda permohonan maaf setelah menghilang. Aku bikin ff baru /plak. DITAMBAH! Aku mau edit ulang ff Cappuccino-ku jadi kemungkinan mau dihapus. Hehe.
Aku juga gak bisa update cepet karena bentar lagi mau UN. Tapi semoga readers gak ada yang benci sama aku yah?
Ide ff ini pasaran? Emang. Tapi yah gapapa sih. Kalian mau baca atau gak. Tapi kalau udah terlanjur baca, tolong reviewnya ya! Hehe :3
Dan, kalau kalian ada yang punya BBM dan berminat buat chat sama Audrey, invite aja ya! PIN: 52000641 (promosi :p)
Oke. Segitu aja dari Audrey. See you latte! Ditunggu reviewnya ya!
