PASTEL COLOR
Standard Disclaimer Applied
Warna pastel adalah awal dari semuanya. Warna gelap membuat tragedi dalam kehidupan mereka dan pastel color menjadi sebuah pilihan juga jalan hidup kedepannya.
Rosemary, Mint dan Vanilla
Udara sejuk, langit yang masih berkabut tipis, wangi embun dan suara keheningan. Derap langkah teratur sayup terdengar dari jalan setapak. Seseorang sedang berlari, lelaki berambut coklat sebahu yang terikat seadanya, tiap hembusan nafas kepulan uap keluar dari hidungnya. Jalan setapak itu jalur utama menuju bukit dimana pohon besar menutupi sebagian besar pemandangannya ketika hanya dilihat dengan mata telanjang dari kejauhan.
Larinya terhenti, dia membenarkan ikatan rambutnya kemudian mengusap peluh yang terakumulasi di beberapa bagian pada wajahnya. Nafasnya lebih terburu dari pada sebelumnya. Sekitar 100 meter dihadapannya ada sebuah rumah dengan kebun kecil di tepi kanannya. Atap coklat, dinding berwarna mint, terdapat tumbuhan merambat teratur membentuk sebuah gerbang di depan pintu utamanya, pintu dan rangka jendela berwarna coklat kayu alami, dan jejeran bunga aster berwarna putih menjadi pagar membatasi area rumah tersebut dengan jalanan beraspal
Melangkah lagi, lelaki tadi tidak lagi berlari melainkah hanya berjalan sembari merenggangkan tubuhnya sesekali. Rumah kecil itu sepertinya menjadi tujuannya. Ketika lebih dekat kaca besar ternyata mengisi sebagian besar dinding yang menghadap kebun.
Sampai di depan pintu masuk, langkahnya terhenti lagi. Dia menarik nafas beberapa kali sembari memejamkan matanya. Pandangannya menatap lurus warna coklat dihadapannya. Dengan sekali raih, pintu itu terbuka dengan mudah.
"Tadaimaaaaa" suara berat bariton, gemanya mengisi bagian dalam rumah itu.
Tak seperti bagian luar yang berwarna mint, bagian dalam rumah berbeda warna pada tiap dinding yang berbatasan, variasi baby blue, peach dan pink pastel. Aroma vanilla ringan menyeruak dari setiap penjuru ruangan.
"Okaeri" tone yang terdengar sekarang lebih lembut dibanding suara sebelumnya. Seragam sekolah, poni rata untuk rambut hitam sepunggung terurai begitu saja, wajah pucat yang sendu. Sosok bersuara lembut itu seorang perempuan yang sedang berdiri di hadapan cermin besar sembari menata penampilannya.
"Hinata. Jangan lagi" lelaki berambut panjang tadi menghampiri perempuan itu kemudian duduk di atas sebuah kursi minimalis tak jauh dari cermin. Secangkir teh hangat dengan uap yang mengepul tersedia di atas meja, harum rosemary dan mint akan tercium dari uap itu.
"Ini sudah hampir 6.30 Itachi-san" ketika berbalik penampilan perempuan bernama Hinata sudah sempurna, gradasi merah terpulas dengan baik pada bibir mungilnya, bb cream berwarna cream muda nampak sempurna melapisi kulit wajahnya yang pucat. Dia tersenyum menatap lelaki yang dipanggilnya Itachi-san sebelumnya.
Menyeruput teh yang mulai mendingin, Itachi balik memandang sosok dihadapannya.
"Aku kan sudah bilang kita akan berangkat bersama" hinata terseyum lagi, kemudian duduk tepat di samping Itachi. Dia mengendus udara sekitarnya
"Kau bau. Mandi sana. Dan pakaiannya sudah kusiapkan" rambut panjang sebahu yang awalnya terikat kini terurai begitu saja. Hinata melepas ikatannya.
'TUK' terdengar ketika Itachi meletakan cangkir yang sudah kosong ke atas meja
"Baiklah. Tapi nanti kita pulang bersama. Tunggu aku di tempat biasa" senyuman tersungging begitu saja dari wajah itachi. Dia menggusap ujung kepala hinata beberapa saat sebelum berdiri kemudian melangkah menuju kamar mandi.
"Itachiii-saaan" sembari meninggikan suaranya, berharap terdengar oleh seseorang yang sekarang berada di kamar mandi hinata mengambil ransel di dalam lemari hitam yang berada di dalam kamar berwarna putih.
"Ittekimasu" suara guyuran air sayup terdengar dari dalam rumah ketika hinata berteriak. Kemudian pergi meninggalkan rumah.
Beberapa menit, hening kembali mengisi suasana. Itachi yang keluar dari kamar mandi dengan selembar handuk hitam yang terikat di pinggangnya menjuntai sampai lutut, selembar handuk lebih kecil menggantung di atas kepalanya. Bulir air berjatuhan setiap kali itachi melangkah.
"Dasar" ketika menyadari kepergian Hinata, seringai itachi muncul kemudian dalam beberapa detik berubah menjadi senyuman.
Sebuah kemeja berwarna putih, blaze biru donker dan celana berwarna sama sudahtergantung dengan baik di atas gagang pintu kamar berwarna putih
"Terima kasih istriku" itachi masuk kemudian menutup pintunya.
Setelah sejuknya pagi berganti wangi keringat secangkir teh rosemary mint menjadi awalan yang baik hari-hari mereka. Dan aroma vanilla menjadi haru khas dimana manis terkadang terasa pahit dan disinilah kisah mereka dimulai,
.
.
TBC? XD
Author Note
Tenang ini baru awalan kok, ceritanya pengenalan dulu aja. Belum jadi chapter. Sorry nih sebelumnya karena fict lain belum ada kemajuan. Gw stuck idea setelah 24 jam bergelut sama jurnal akhir, mata yang berkangtung tapi imajinasi gw tetep aja on. Dan karena teringat salah seorang couple tercinta di kehidupan gw (read: kerabat gw) dan teenlit story lagi menggelitik maka jadilah ini.
Semoga berkenan.
RnR ya XD
