Bertemu Kembali

Oleh: Jogag Busang

Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini

.

.

Akashi bukan lelaki amnesia. Dia jelas ingat hari ini hari apa. Perpisahannya dengan Kuroko Tetsuya setahun yang lalu di stasiun itu membuatnya sering menangis diam-diam ketika malam menjelang, sebab tak kuat menahan rindu yang terus membuncah.

Namun, di suatu pagi yang cerah, datang pesan yang berpendar di ponselnya. Pengirimnya adalah orang yang Akashi kangeni, sementara isinya adalah sebuah janji yang ditepati.

Tetsuya Imuetz: Akashi-kun, jemput aku di tempat terakhir kita bertemu.

Tidak dapat dilukiskan bagaimana naik turunnya perasaan Akashi selama Kuroko tiada di sisinya. Lebih mirip seperti grafik tak bernyawa. Roller coaster yang macet ketika sudah sampai pada titik tertinggi.

Tapi Akashi adalah lelaki yang sabar. Dia jelas menyadari masalah yang dulu pernah menimpa hubungan mereka berdua sehingga akhirnya harus berpisah untuk sementara waktu.

Tiba di tempat yang diminta, Akashi memandang ke sekeliling. Stasiun kini ramai di kejauhan sana. Dia mencoba mencari. Namun, sosok pujaannya tidak tampak. Setengah khawatir, setengah takut kalau seandainya pesan tadi hanya bualan semata, Akashi memutuskan untuk menelepon.

"Halo? Tetsuya? Kamu sudah sampai di stasiun?"

"Aku sudah sampai, Akashi-kun."

Suara Kuroko yang terdengar jernih membuat Akashi merasa gemas sekaligus cemas.

"Kamu ada di sebelah mana?" Akashi bertanya tidak sabar.

"Aku ada di—"

Jaringan terputus-putus.

"—sebelah penjual—"

"—dekat kereta berhen—"

"Halo? Tetsuya? kamu masih bisa mendengarku?"

Sayangnya, sinyal ponsel sedang tidak mendukung. Keparatlah sang petugas jaringan.

Akashi berjalan mondar-mandir di depan kursi tunggu. Sambil terus mengutak-atik ponselnya, dia mengambil langkah maju, hendak menerobos kerumunan orang yang turun dari stasiun.

"Tetsuya, sebenarnya kamu ada di mana?" Akashi bermonolog. Suaranya diliputi kecemasan. Kaki dia tekan dengan gusar.

"Aku ada di sini."

Punggung Akashi dibekap, berhasil menghentikan kakinya yang akan berderap. Dua tangan melingkar di pinggang. Dada Akashi mendadak terasa hangat tidak wajar.

"Tetsuya…" Akashi tidak mampu lagi untuk mengata. Tangannya berusaha memegang balik sosok yang memeluknya dari belakang.

"Aku merindukanmu, Akashi-kun."

Kata-kata itu mengudara, menyiram batin Akashi yang semula kering kerontang.

"Kamu pikir hanya dirimu saja yang merasa demikian, Tetsuya?"

"Maafkan aku jika terlalu lama meninggalkanmu, Akashi-kun."

Saat ini juga, Akashi hampir saja menangis terharu, kalau dia tidak mengingat bahwa mereka berada di tempat umum. Bodohnya Akashi, dia adalah seorang lelaki. Citranya jelas akan turun pangkat jika dia sampai mengucurkan air mata barang setetes hanya karena terlampau bahagia.

"Aku yang seharusnya meminta maaf kepadamu, Tetsuya. Karena ayahku, kamu harus pergi waktu itu," ucap Akashi dengan berat.

Kuroko melepas pelukannya, lantas memutar tubuh menghadap Akashi.

"Tidak ada yang salah di sini, Akashi-kun. Aku sekarang mengerti benar bagaimana sesungguhnya perasaan ayahmu kepadaku waktu itu."

"Tetsuya, ayo kita ke rumahku sekarang," Akashi mengajak dengan mantap. Dia sudah sepenuhnya menyudahi acara melodrama tadi.

"Memangnya ada apa, Akashi-kun?"

"Ayahku ingin secara khusus meminta maaf padamu."

"Tanpa harus ayahmu berkata kepadaku, aku sudah memaafkannya sejak lama."

Akashi menatap Kuroko penuh penghargaan sambil tersenyum. "Dan ada satu hal lagi yang harus kamu tahu saat ke rumahku nanti."

"Apa yang harus kutahu, Akashi-kun?"

"Ayahku telah merestui hubungan kita berdua, Tetsuya. Dan dia ingin menjadikanmu sebagai menantunya dengan segera."

.

GAME OVER