Suasana disebuah kamar itu sangatlah sibuk, banyak orang berlalu lalang kesana kemari sambil meneriaki satu orang nama, Kim Jongin. Diawal suasana kamar itu sangatlah tenang dan terkesan dipenuhi rasa bahagia, tetapi saat-saat itu langsung berganti dengan kepanikan, saat satu orang itu kabur di hari pernikahannya sendiri.

Ya, hari ini adalah pernikahannya Kim Jongin dengan seorang CEO muda sebuah agensi musik, Park Chanyeol. Jongin adalah seorang model majalah yang sesekali ikut Runaway, pasangan yang sangat cocok, yang satu tampan dan yang satu cantik. Tapi, itu tidak akan pernah terjadi karena nyatanya, kini Kim Jongin pergi dari hari pernikahannya.

"Joon, kau benar tidak tahu Jongin kemana?," Tanya Sang Ibunda dari Kim Jongin, pada kakak lelaki tertua keluarga Kim itu, Joonmyeon pun menggeleng sambil memasang wajah bersalahnya, sang Ibu terlihat semakin kacau, hingga akhirnya sebuah dering telpon miliknya berdering menandakan pesan masuk yang mengatakn bahwa Jongin sudah ditemukan.

Seluruh keluarga itupun mulai berlari menuju tempat Jongin berada, yaitu diatas gedung ini, tidak Jongin tidak berniat bunuh diri kok. Ia hanya ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada Ibunya.

Ya, walaupun tadi yang berjalan menuju atap banyak orang, kini yang hanya bisa berbincang dengan Jongin hanya sang Ibu,

"Jongin, cepat kembalilah, kau ingin membuat Ibu gila?,"

"Ibu, aku tidak mau menikah dengannya, aku masih ingin hidup bebas, nikahkan saja ia dengan yang lain,"

"Siapa? Park Chanyeol akan dinikahkan dengan siapa, Jong?,"

"Siapa saja asal jangan aku, aku tidak mau Bu,"

"Lalu kenapa saat diawal kau menerimanya, dan mau pergi kencan dengannya jika berakhir seperti ini?,"

"Ya karena saat itu ada sesuatu yang membuatku mau berkencan dengannya, pokonya aku tak mau menikahnya dengannya, Bu,"

"Jongin, Ibu Mohon..,"

"Ah! Nikahkan saja Dia dengan Kak Jongdae,"

"Jongin!,"

"Kenapa? Jongdae kan lebih tua dariku, lalu ia seperti manusia yang tidak akan pernah menikah, bahkan ia tidak punya teman pria, Bu,"

"Jongin jaga ucapanmu,"

"Atau jangan-jangan Jongdae seorang Lesbi? Karena setau ku ia tak pernah membawa teman prianya,"

"Kim Jongin!,"

"Ibu, ini adalah kesempatan bagus untuk Jongdae,"

"Ibu tahu, tapi apakah Park Chanyeol bersedia menikah dengan Jongdae?,"

"Dandani Jongdae sepertiku, Bu,"

"Jongin..,"

"Kumohon..,"


"Apa maksudmu mengganti Jongin menjadi Jongdae?!," teriak Sang Kepala keluarga dari keluarga Kim pada istrinya,

"Jongin sangat tidak ingin, dan juga aku pikir umur Jongdae sudah cukup matang untuk menikah..,"

"Tidak dengan cara seperti ini,"

"Lalu dengan cara seperti apa? Apa kau sadar ia tidak pernah membawa teman prianya ke rumah? Aku takut ia-,"

"HEntikan omong kosongmu, Jongdae bukanlah gadis yang seperti itu,"

"Lalu kenapa sampai sekarang ia masih seperti itu?,"

"Kau hanya akan membuat hatinya Sakit..,"

"Aku tidak ada cara lain."

Tanpa disadari semua obrolan itu, terdengar oleh sang pemilik nama Kim Jongdae, ya keluarga Kim memiliki 3 orang anak, Kim Joonmyeon, Kim Jongdae, dan Kim Jongin. Diantara ketiganya Jongdae lah yang paling sederhana, ia hanya seorang pekerja di toko bunga miliknya dan salah satu teman lamanya, dan di malam hari ia akan menjadi seorang cashier di sebuah mini market dekat rumahnya, ia memang seorang Sarjana Desain Interior, tapi Bukankah seorang sarjana desain adalah seorang Freelancer? Ya, begitulah Kim Jongdae.

Jika kau melihat kesempurnaan didiri Kim Jongin kau akan melihat sebaliknya di diri Kim Jongdae, dan ia mengakuinya sendiri. Saat itu mereka berdua sedang berjalan bersama membeli es krim, semua orang menatap keduanya, lebih tepatnya Jongin, sedangkan Jongdae, ia berjalan layaknya bayangan dari Kim Jongin, saat ditempat es krim, sang pemilikpun berkata ia akan menggratiskan es krim milik Jongin tapi tidak dengan Jongdae.

Tuhan, se-rasis itukan manusia dengan wanita cantik dan tidak?

Saat itu, Jongdae secara perlahan mengakui bahwa ia hanyalah Asap Bus kota sedangkan Jongin, sebuah berlian. Dan kini di hari penting Jonginpun, Jongdae hanya mengenakan dress seadanya, dengan rambut panjangnya yang selalu ia cepol. Terkadang diri Jongdae bagai tak terlihat diantar keluarganya, seperti tadi, apakah ada yang menemukan Jongdae saat mereka semua sibuk dengan Jongin, tidak, tidak ada sama sekali. Tapi, Jongdae mendengar setiap kata yang terucap dari sang adik, Ibu, dan juga Ayahnya.


Aku tahu aku jelek, tapi bisakah mereka tidak memandang sebelah mata padaku?

Kini walau terpaksa, aku duduk didepan cermin rias, dua orang wanita mendadaniku dengan teliti, mereka memoles wajahku dengan sangat rapih, agar sedikit mirip Jongin, hingga akhirnya mau setebal apapun make-up ini tidak akan ada satupun angle wajahku yang mirip dengan Jongin. Hingga sebuah tangan hinggap dipundakku,

"Paman,"

"Dae, kenapa kau cantik sekali hari ini?,"

"Benarkah? Ah terima kasih Paman, apakah Paman ingin terus melihatku berdandan seperti ini?,"

"Tidak, Paman lebih suka dengan wajah sehari-harimu, kau terlihat lebih indah saat itu,"

"Aku tahu, makanya aku jarang sekali memakai hal seperti ini,"

"Maafkan paman..,"

"Bukan salah Paman,"

"Jika Paman memiliki keberanian, mungkin kau tidak akan seperti ini,"

"Apa maksud Paman? Sudahlah, dengan adanya Paman disisiku selamanyapun aku sangat bahagia, walaupun aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,"

"Paman berjanji untuk selalu berada disisimu, Dae,"

"terima kasih, Paman."

Ya, walaupun kedua orang tuaku masih hidup, aku terlalu dekat dengan Pamanku sejak aku kecil, bahkan aku sempat ingin menjadi anaknya Paman Jungmoo saja, tapi Paman bilang itu tidak bisa terjadi, ia bilang itu akan membuat hati Ayah sakit.

Masih memandang cermin didepanku, akupun mengerjapkan mataku, hingga segalanya berjalan dengan cepat, saat tanganku digenggam oleh Ayah menuju wajah terkejut Chanyeol, dan diakhir dengan tepuk tangan meriah dari para penonton, untung pendeta tidak meminta kami berdua berciuman, jika iya, aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku yakin, Chanyeol sangat membenciku saat ini, sudahlah aku juga kelak tidak akan sering-sering bertemu dengannya, tujuan dari pernikahan ini hanya untuk urusan bisnis saja, tidak lebih.

Kini, dihadapanku sudah duduk Sang Suamiku, ia tidak memperlihatkan sedikitpun ekspresi wajahnya, ia berwajah datar, berbeda dengan saat dia di altar.

"Chanyeol-sii,"

"…,"

"Izinkan aku bercerita, kejadian hari ini murni bukan kemauanku. Aku tahu kau ingin menikah dengan Jongin bukan Jongdae, tapi Jongin bilang ia tidak mau menikah denganmu, ia bilang ia masih ingin merasakan bebasnya hidup. Lalu, kedua orang tuaku menganggapku seorang Lesbi, tapi nyatanya tidak, aku tidak mencintai wanita aku sangat menyukai lelaki, tetapi lelaki itu sudah pergi jauh. Chanyeol-ssi, aku tidak tahu apakah kau sudi tinggal serumah denganku, tapi yang pasti aku akan tetap tinggal di rumah kecilku, karena itu sangat dekat dengan tempat kerjaku. Aku berharap tidak ada surat cerai diantara kita,"

"Kau tidak ingin bercerai denganku? Kenapa?,"

"Karena aku hanya ingin menikah sekali saja,"

"Kau menyukaiku kan?,"

"Terserahlah, tapi jika kau sudah menemukan cinta sejatimu kelak, nikahi saja ia, tapi jangan ceraikan aku,"

"Kau gila?,"

"Ya, AKu gila. Menjadi puteri dari keluarga ini saja sudah membuatku Gila,"

"baiklah, jika ada sesuatu hal pastikan berbicara padaku dahulu,"

"Ya, Pasti,"

"Dan, Jongdae?,"

"Ya?,"

"apapun yang terjadi, ingatlah, aku kini suamimu."


Menjalani keseharianku seperti biasanya, dengan rambut acak-acakan dan kaos kebesaran miliknya, aku selalu membiasakan bangun pagi, karena ada yang pernah mengatakan bahwa jika kau bangun pagi berarti hidupmu akan bahagia. Sambil menyeduh kopi, aku memandang sebuah lukisan dua orang berpelukan dari arah belakang, aku selalu mengingatnya, ya bahkan aku merasakan sosoknya disebelahku, selalu berjalan bersamaku.

Tapi, apa daya ia telah pergi, ke tempat yang jauh lebih nyaman disbanding di sisiku. Pagi ini aku tidak memiliki jadwal, hanya pergi ke toko bungaku menanyakan apakah ada barang yang kurang jika tidak sudah aku tidak melakukan apapun lagi. Dan juga, entah kenapa pagi ini terasa lebih membosankan dari pagi biasanya.

Dering ponsel membuatku mendesah kesal dan mulai berjalan menuju ponsel sialan itu, aku memang bodoh, semalam aku menaruh begitu saja ponsel itu di samping televise. Itu adalah pesan masuk dari Ibu, isinya klise, menanyakan kabarku dan juga Chanyeol, heol, aku bersumpah, ini pasti saran dari Pamanku, aku tidak membenci Ibuku, tapi terkadang ia terlalu sering membela Jongin, adik sempurnaku.

Tak lama, terdengar suara bel didepan sana, aku pikir itu pasti Jiyoung, ah Jiyoung bodoh, padahal ia tahu kunci apartemen ini, tapi tetap saja menekan bel.

"Jiy-,"

"Kim Jongdae?,"

Bukanlah Jiyoung yang ada didepanku saat ini tetapi, seorang wanita cantik berambut panjang, aku tidak tahu siapa wanita itu tapi, ia begitu cantik.

"Ya?," jawabku kikuk sambil menatap wanita itu, Wanita itupun tersenyum manis, dan mulai menjulurkan lengan kanannya,

"Aku Byun Baekhyun, asisten pribadi dari Tuan Park, dan maksud kedatanganku kemari adalah untuk meminta Nyonya Kim datang ke kantor kami siang nanti," jelas wanita itu, Baekhyun, dengan sangat sopan, ahh ternyata ada wanita yang sama sempurnanya dengan Jongin.

"Untuk apa?," tanyaku lalu mulai menatap bingung Baekhyun,

"Siang nanti akan ada acara makan siang dengan salah satu investor asing, dan beliau ingin bertemu dengan istri baru Tuan Park,"

"Ah begitu, baiklah nanti siang aku akan kesana, jika boleh tau tepatnya jam berapa?,"

"jam 11 siang ku mohon anda sudah di kantor kami, Nyonya,"

"Baiklah, sampai berjumpa disana byun-ssi,"

"Ya, kalau begitu Saya pamit dulu,"

"Iya, Semoga harimu menyenangkan, Byun-ssi~!,"

"Kau juga."

Sebuah acara makan siang, gaun seperti apa yang cocok? Aku sangat buruk dalam urusan fashion, apakah aku harus menghubungi Jiyoung, tapi aku tidak yakin ia aka nada waktu siang nanti, tapi apa salahnya mencoba, dengan segera akupun kembali akan mengambil ponselku, hingga seseorang telah masuk ke apartemenku, panjang umur sekali Jiyoung ini, kini lelaki tampan yang berusia cukup lebih tua dariku itupun sudah berdiri dengan cengiran bodohnya itu.

"Ji, bisakah kau membantuku?," tanyaku lalu berjalan menghampirinya, iapun mengerutkan keningnya, seperti aneh mendengar aku meminta bantuan darinya, karena memang aku jarang sekali meminta bantuan pada Jiyoung, "Tentu, membantu apa?," jawab Jiyoung lalu mulai berjalan ke arah kulkas, "Bantu aku memilih pakaian yang tepat untuk acara makan siang yang formal," tuturku hingga membuatnya terbentur atap kulkas, seburuk itukah permohonanku Ji? Haha.

"Huh? Pakaian? Kenapa bertanya padaku?,", Tanya Jiyoung lalu membalik badannya kearahku, kini di tangannya sudah ada satu es rasa buah yang panjang, secara gampang Jiyoungpun memotong dua bagian e situ, dan memberikan bagian yang bawahnya kepadaku,

"Ini masih terlalu pagi untuk es, Ji," marahku lalu memukul kepala Jiyoung dengan es ini, walaupun tidak bereaksi yang berlebihan tetap saja, terlihat kesal di wajahnya, "Aku tidak perduli, jadi kembali ke awal kenapa kau memintaku untuk memilih pakaian untuk acara seperti itu?," Tanya Jiyoung lalu menatap tepat kepadaku, aku pun hanya menghela nafas, sambil tersenyum pahit padanya, aku terlalu sakit untuk mengatakn ini, tapi aku harus, karena aku seduah berjanji untuk menjadi gadis yang lebih kuat dari sebelumnya,

"Karena Seunghyun bilang, kau memiliki selera Fashionyang lebih baik dari siapapun."


Choi Seunghyun, seorang lelaki tampan yang berhasil mencairkan hati beku Kim Jongdae, lelaki jangkung yang kini sudah bahagia di alam lain, yang orang lain bilang pasti lebih indah dan damai disbanding di bumi. Lelaki itu adalah satu-satunya lelaki yang berhasil membuat Jongdae merasa bahwa Jongdae adalah perempuan yang cantik dan juga sempurna, tidak tidak, jongdae tidak sempurna, dan akan menjadi sempurna jika ada Seunghyun disisinya, karena Seunghyun lah yang membuat diri Jongdae Sempurna.

Jika menurut Jiyoung ada satu lirik lagu yang mendukung pasangan itu, lirik itu berbunyi,

"Kuingin Dia yang sempurna, untuk diriku yang biasa."

Ya itulah kata Jiyoung, sambil terus menggoda Jongdae yang sudah berwajah merah. Jongdae tidak marah, ia hanya malu, ayolah kapan semua teman-teman kekasih tampannya itu berhenti menggoda Jongdae?

Tapi, Jongdae senang, karena setiap ia berkumpul dengan teman-teman Seunghyun, Jongdae merasa memiliki teman yang begitu setia ada di sisinya, ah Jongdae sangat bahagia. Seperti saat keempat teman Seunghyun ikut kencan piknik Jongdae dengan Seunghyun, mereka merecok dan juga merusak acara kencan romantis yang sudah Seunghyun susun sedemikian rupa, tapi taka pa karena kehadiran empat orang itu, menambah memori manis dan indah untuk Jongdae.

Mereka ada Jiyoung, Youngbae, Seungri, dan juga Daesung, ah versi lelakinya Minzy 2NE1, mereka semua memang memiliki wajah yang garang tapi tidak dengan kelakukan bodohnya, jika dihadapan Jongdae mereka akan bertransformasi menjadi lelaki-lelaki bodoh yang sudah tidak punya urat malu, dan mereka bilang urat malu mereka putus saat Senghyun berani berkata bahwa Seunghyun menyukai seseorang dan berencana untuk menjadikannya kekasih. Jongdae sempat bingung dengan penuturan itu, hingga akhirnya Daesung bilang, bahwa dari kelima sahabat itu, Seunghyun adalah yang paling tidak bisa menyukai wanita, dan mereka semua kaget saat dengan lantang Seunghyun mengatakan bahwa mencintai Jongdae dan ingin menjadikan Jongdae sebagai kekasihnya, dan ya begitulah mereka membantu Seunghyun dengan berbagai cara agar bisa mendapatkan hati Kim Jongdae, dengan berbagai cara.

Tapi, takdir berkata lain, saat itu hari senin kelam itu, kota Seoul terus diguyur Hujan, tapi tidak membuat niat Seunghyun untuk datang menemui keluarga Jongdae, ia ingin membawa Hubungannya dengan Jongdae ke jenjang yang lebih serius. Tapi sudah dikatakan takdir begitu jahat pada Jongdae dan Seunghyun, sore itu secara cepat ada mobil yang melaju dengan cepat di depan mobil Seunghyun, yang otomatis membuat mobil seunghyun berhenti secara mendadak, dengan tak sadar dari arah kiri terdapat sebuah truk yang sedang melaju dengan kencang menuju mobil Seunghyun, jalan yang licin dan juga awan gelap, membuat tabrakan itu terjadi begitu tragis, cinta sejati milik dua insan hilang dan mati bersamaan dengan hembusan nafas terakhir miliki salah satu insannya.

Tak dapat berbuat apa-apa lagi, begitulah tragisnya cinta pertama dari seroang Kim Jongdae, dan setelah kejadian itu, Kim Jongdae tidak pernah mengenal cinta lagi, ia membirkan cintanya pergi bersama Seunghyun, pergi ke tempat yang sangat jauh, hingga rasanya dengan segala kendaraan pun tidak bisa menuju tempat itu.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

Cerita ini terinspirasi dari bukunya Dinda Yana yang judulnya itu, When Miss Ugly Married Mr. Perfect, sebenernya setengah ceritanya udah dibuat sebelum buku ka Dinda terbit, waktu masih bisa dibaca free di wattpad, tapi baru keberesin sekarang. Hope you enjoy this story~!

xoxo