Mimpi Buruk
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
.
.
"Tidaaak!"
Kuroko terengah-engah. Napas yang keluar berwujud satu-satu. Dicengkeraminya selimut tebal dengan erat.
Akashi, begitu mendengar seruan dari kekasihnya barusan mendadak juga ikut terbangun dengan segera.
"Ada apa, Tetsuya?" tanya Akashi, khawatir.
Masih berusaha menenangkan diri, Kuroko belum mampu menjawab. Keningnya penuh dengan tetes-tetes keringat dingin.
Mendapati kekasihnya tampak shock, Akashi berkata, "Biar kuambilkan minum dulu, ya?" ucapnya memberi bantuan.
Tubuh Akasi sudah separuh berdiri saat Kuroko menarik lengannya. Mata Kuroko melebar ketakutan. "Jangan pergi dariku, Akashi-kun! Tetaplah di sini bersamaku!" Kuroko nyaris histeris.
Tidak tega, Akashi membatalkan keinginan. Dia duduk kembali di samping Kuroko.
"Hei, jawab aku, Tetsuya." Akashi memegang kedua bahu Kuroko. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanyanya dengan lembut.
Kuroko menarik udara banyak-banyak. "Aku barusan mimpi buruk, Akashi-kun," jawabnya dengan kecemasan yang kentara sekali.
"Memangnya kau tadi mimpi apa, Tetsuya?"
"Aku tidak sanggup mengatakannya, Akashi-kun. Aku bermimpi buruk sekali." Kuroko sampai ingin menangis.
"Tenanglah, Tetsuya." Akashi menarik tubuh kurus kekasihnya tersebut ke dalam dekapannya. "Ceritakan kepadaku pelan-pelan."
Menghentikan isakan, Kuroko mulai bercerita. "Aku bermimpi… kehilanganmu, Akashi-kun."
Akashi mengusap rambut Kuroko, menenangkannya. "Lalu?"
"Aku melihatmu mati karena tertembak," lanjut Kuroko dengan suara bergetar. "Itu menakutkan sekali, Akashi-kun. Tubuhmu penuh dengan darah dan ketika aku memeriksa pergelangan tanganmu, aku tidak merasakan denyut nadimu lagi. Aku takut, Akashi-kun."
Akashi membiarkan Kuroko menangis puas.
"Tidak apa-apa, Tetsuya. Aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dicemaskan."
"Tapi aku takut sekali, Akashi-kun." Kuroko mulai merengek. "Bagaimana jika kemudian mimpi itu berubah menjadi kenyataan? Bagaimana kalau kamu sampai tertembak? Bagaimana bila tiba-tiba di suatu hari kamu kecelaka—"
"Ssst," Akashi menempelkan jari telunjuknya di bibir Kuroko, membuat kata-kata berhamburan itu terpecah.
"Jangan membayangkan hal-hal aneh yang tidak mungkin terjadi, Tetsuya. Aku masih hidup sampai sekarang. Kamu melihatku sendiri, bukan? Aku bukan hantu jadi-jadian. Aku manusia sungguhan yang sampai sekarang tetap mencintaimu, Tetsuya."
"Akashi-kun…"
"Bahkan jika pada akhirnya aku nanti mati, Tetsuya, cintaku padamu akan seperti besi berkarat. Menempel di sudut hatiku dan tidak bisa dikorek walau memakai pisau tajam sekali pun. Meski nyawaku dicabut oleh malaikat maut, perasaanku padamu tentu tidak mau ikut terangkut. Cinta itu abadi di sana. Di hati seorang manusia yang menderita kecanduan manisan gulali bermerek Tetsuya. Akashi Seijuurou-lah namanya."
.
GAME OVER
