Disclaimer: I do not own Kingdom Hearts

Riikun: Hi semua, ini fic pertama Rii di fandom ini. Jadi, jika terlalu OOC mohon di maklumin aja. Pairing yang akan diceritakan itu… NAMIXAS ( XD ). O.K. nggak usah basa-basi lagi, mari kita langsung mulai saja ficnya….

White Cinderella

Chapter 01: The Begins of All

Suatu hari tinggallah seorang anak gadis berambut pirang emas bersama Ayah, Ibu tiri, dan kedua soudara tiri. Nama gadis itu adalah Namine, sedangkan kedua saudara tirinya bernama Aqua dan Olette. Setelah Ibu kandungnya meninggal hidup Namine menjadi berantakan, apalagi sejak ayahnya menikah lagi dan kemudian dinas hidupnya semakin menjadi-jadi.

"Nami!" panggil Larxene, Ibu tiri Namine.

Nami terbangun dari tidur lelapnya di kasur jerami. Cepat-cepat ia bangun mendengar teriakan Ibu tirinya berlari secepat mungkin sambil merapihkan rambut pirang emasnya.

"Nami! Lama sekali dikau," komentar Larxene.

"Maaf Ibu," ucap Namine menundukkan kepalanya.

"Sudah, cepat siapkan sarapan setelah itu cuci baju baru cari kayu bakar," Larxene memerintah diiringi anggukan paham dari Namine.

Kemudian Namine dengan segera beranjak dari tempatnya ke dapur. Ia menyiapkan roti gandum, 3 telor, dan daging asap. Namine memasukan roti ke dalam mesin pemanggang roti, lalu menggoreng telor-telor. Ketika mendengar suara TING, Namine mengalihkan pandangannya dari telur-telur yang sudah tertata rapi di piring. Namine mengangkat roti tersebut dan meletakkannya di piring.

"Nami, cepetan donk aku sudah lapar nih," omel Olette.

"Aku juga nih," Aqua ikut ngomel.

"I-iya, tunggu sebentar akan segera ku bawakan," Namine gelagapan membawa piring-piring sarapan itu.

Setelah sampai di meja makan. Namine meletakkan piring dengan sangat-sangat hati-hati di depan saudara-saudara tirinya. Lalu ia berkata,

"Silahkan disantap sarapannya,".

Sesudah mengatakan hal itu, Namine mengundurkan diri. Ia berlari pelan menuju halamn belakang. Namine mengeluarkan ember berisi pakaian kotor, diisinya ember itu dengan air dari sungai. Keringat bercucuran dengan perlahan-lahan diwajah Namine, perutnya terasa sakit karena belum ia isi dari malam.

'Capeknya, apa lagi perutku belum diisi lagi! Tapi apa dayaku meminta makan sama Ibu tiri?' ucap Namine dalam hati seraya mengangkat cucian dan mulai menjemurnya.

Namine berkata,

"Selanjutnya ini mencari kayu bakar ya, lebih baik aku cepat deh.".

Cepat-cepat Namine pergi kekamarnya, ia merapihkan pakaiannya, menyisir rambutnya. Namine mengambil keranjang kayu, setelah semua siap Namine bergegas pergi dari rumah menuju hutan didekat rumahnya.

Namine berjalan dengan perlahan, sesekali ia membungkukkan badannya mengambil ranting-ranting pohon yang berjatuha.

'Huft, benar-benar capek. Kayaknya aku harus istirahat sebentar deh,' ucap hati Namine sembari menurunkan badannya agar ia bisa duduk untuk istirahat. Angin sepoi-sepoi yang melintas di sana dan keteduhan membuat Namine yang malang ini mulai mengantuk. Tanpa disadarinya ia terlelap damal tidur.

Roxas's prov

"Huah~ bosen sekali di dalam istanah," ucapku. "Ayahanda hanya bolak-balik bertanya pertanyaan yang sama,".

Benar akulah pangeran dari Kingdom Hearts. Ayahku, Raja Sora, yang telah mengekangku dalam istanah, ia selalu dan selalu saja bertanya kapan aku akan menikah. Dan aku selalu menjawab, 'Gimana mau nikah, punya pacar aja belum tuh', Ayah selalu marah dan akan ceramah sepanjang hari jika aku berkata seperti itu. Maka dari itulah sekarang aku berada disini, berjalan-jalan di sekitar hutan dengan kuda putih.

"Cuaca sedang bagus, mungk—" perkataanku terhenti ketika kulihat seorang gadis mungil.

Aku turun dari kudaku, lalu berjalan menuju gadis mungis tersebut. Kulihat wajahnya baik-baik, kulitnya putih, ia memiliki rambut pirang emas. Aku mengangkat tanganku, mencoba membelai wajah gadis yang tertidur lelap.

'Lembut,' kataku dalam hati.

Aku melanjutkan kegiatan membelaiku. Tiba-tiba insting sexualku terbangun, tanganku menjulur menurun dari pipi hingga kebawahnya. Tanganku sudah mulai meraba-raba tangannya. Ketika sedang asyik (kali ya), kudengar desissan. Aku mengangkat wajahku menatap wajah gadis itu. Bola matanya yang bewarna biru muda iru menangkap pandanganku. Aku terperanga, sehingga aku sempat kehilangan kesadaranku untunya disadari suara dia.

"A-anu,… ta-tangan anda..," katanya memalingkan wajah blushingnya.

Aku yang menyadari hal, langsung melepaskan tangannya dan berkata,

"Wakh, maaf…,".

Dia tersenyum lembut, menggelengkan kepalanya. "Tak apa-apa," katanya.

Perkataannya membuatku tersipu malu. Aku menundukan wajahku, ketika suasana sedang membingungkan untuk memulai percakapan kudengar sesuatu yang mungkin suara perut. Aku mengangkat wajahku sekali lagi. Wajahnya merah tangannya memegangi perutnya.

"Maaf," katanya.

Menyadari bahwa ternyata ia lapar, aku berdiri berjalan ke kudaku mengambil sebuah taperwer yang terikat di kuda. Aku kembali dengan taperwer ditanganku, aku duduk di depannya membuka benda itu lalu memberikan satu dari dua sea salt ice cream yang kubawa dari istanah.

"Makanlah," tawarku memberikan sea salt ice cream itu ke gadis.

"Bolehkah aku?" tanyanya bingung.

"Tentu saja," kataku lalu gadis iru mengambil ice cream itu dari tanganku.

"Terima kasih,".

Aku tersenyum melihat wajahnya yang sungkan. Kemudian aku mengambil satu sea salt ice cream yang tersisa. Kusantap dengan perasaan gembira. "Jadi siapa namamu?" tanyaku berani juga.

"A..ku?" tanyanya meyakinkan dengan tangan berada didepan dadanya, aku mengangguk pasti.

"A-ku Namine…".

"Namine, nama yang bagus untuk gadis secantik dirimu," ucapku gombal, dia blushing. "Aku Roxas, seang berkenalan denganmu," aku melanjutkan.

"Aku juga," jawab Namine menundukkan wajahnya.

Setelah itu, kami sedikit bercanda-canda hingga tidak terasa sudah sore. Namine berdiri, ia terlihat panik. Aku mencoba menenangkannya. "Baiklah Nami, tenang aku akan mengantarmu pulang kok," kataku.

"Ta-tapi aku tak mau merepotkan pangeran Roxas!" elaknya.

"Namine dengarkan aku, pertama jangan panggil aku pangeran ok?" kataku mengeluh ia mengangguk. "Kedua, ini tidak merepotkanku dan aku dengan senang hati dapat mengantarmu pulang," lanjutku.

"Ba-baiklah jika memang itu maumu, R-roxas," Namine menurut, aku pun membantunya berdiri dan kami berjalan mendekati kuda.

Aku menaiki kudaku, asalnya Namine ragu-ragu tapi aku meyakinkannya agar dia tetap menaiki kudaku ini. Alhasil dia menaiki kudaku, sebelum kuda berjalan Namine meletakkan tangannya di pinggangku membuat jantungku berdetak kencang.

'Apa ini? aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya, ah biarkan sajalah perasaan ini.'

Aku melanjutkan perjalananku, mengantar Namine pulang. Kurasakan waktu berjalan sangaaaat lama, dan kurasa aku menikmati waktu ini. Sesampainya di halaman belakang rumah Namine, aku merasa sedikit sedih. Namine turun dari kuda, akupun ikut turun setelah Namine turun.

"Terima kasih atas antarannya, Roxas," ucap Namine.

"Sama-sama," balasku sembari ingin menaiki kudaku tapi terhenti ketika Namine menggenggam tanganku. "Ada apa, Namine?".

"Aku.. hanya ingin berterima kasih," kata Namine. "Bisa dekatkan wajahmu sebentar nggak, Roxas?"

Aku mendekattinya dengan perasaan heran dan bingung. Namine juga mendekat, dengan cepat dia mengecup pipiku. Lalu dia menjauh dan berkata,

"Hati-hati dijalan Roxas"

Setelah berkata begitu Namine lari kedalam rumahnya meninggalkan aku yang mematung. Menyadari Namine telah pergi, aku mengepal tanganku erat-erat. Dan aku berteriak,

"YEEEEEEAAAAAAH!".

Entah kenapa aku begitu bahagia, tapi ya begitulah mungkin ini cinta. Aku akan bertanya pada penasehat, atau mungkin aku akan diam saja ya. Ah~ lebih baik aku cepat pulang entar Ayahanda dan Ibunda cemas.

To Be Countinues

Riikun: Ya~ gimana? Rame nggak? Aku berharap iya, mohon maklumkan atas segala kesalahan yang ada karena aku belum terbiasa membuat fic KH nih~ Tapi demi my lovely pair NAMIXAS akan kulakukan apa saja, walau itu akan membunuhku. (PuP) kata terakhir sebagai penutup RnR pliss ( XD )