Aghnia alias Miss Uchiha Hinata, happy birthday xD maaf telat banget! Baru sempat ngetik (QoQ) jangan bunuh saya *peluk Minato*

.

Disclaimer: NARUTO © Masashi Kishimoto

Warning: OOC, AU, etc.

Don't like? Don't read, please. RnR!

0o00o0

Desy Cassiotaku presents,

KISS YOUR WISH

A fanfic for SasuHina Days Love and Aghnia's Birthday

0o00o0

Uchiha Sasuke menerjab-nerjabkan matanya belama beberapa saat. Ia menggerakkan badannya sedikit menggeliat di atas ranjangnya yang nyaman. Tangannya meraba-raba meja kecil di samping ranjang tidurnya. Setelah menemukan benda yang telah membangunkan tidurnya, ia menekan tombol merah yang ada di belakang benda itu agar suara dering yang memekakan telinga itu berhenti.

Sasuke lalu duduk di sisi ranjangnya sambil menguap. Ia mengusap-usap wajah tampannya agar rasa kantuk itu segera menjauh darinya dan hilang. Matanya melirik jam weker, jarum panjang masih menunjukkan pukul enam. Pelajaran di sekolah baru akan dimulai dua jam lagi, tapi sama seperti hari-hari sebelumnya, ia harus berangkat lebih awal.

Pemuda itu lalu bangkit dan menyambar handuk kecil yang ia gantungkan di samping lemari pakaiannya. Ia melompat-lompat kecil sebentar di atas lantai kamar tidurnya cukup luas. Setelah merasa tubuhnya cukup lincah kembali, ia masuk ke dalam kamar mandi pribadinya. Sasuke membasuh wajah dan menggosok giginya. Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan kemeja lengan pendek putih, dasi merah marun dengan logo sekolahnya di ujung bawah, dan celana hitam seragam kebanggaan sekolahnya.

Sasuke keluar dari kamarnya yang didominasi warna biru, ungu gelap, dan hitam itu. Di tangan kanan dan kirinya terdapat tas sekolah dan bola sepak yang ia masukkan dalam kantung jaring. Kakinya yang panjang dengan cepat menuruni anak tangga dan berhenti di depan meja makan keluarga.

"Oh, sudah bangun?" Uchiha Mikoto, ibunya yang masih menggunakan kimono tidur, menatap Sasuke heran, "Tumben sekali."

Sasuke tidak menanggap basa-basi ibunya. Ia lalu membuka tudung saji dan hanya mendapati buah-buahan. Ia melihat ibunya yang mengaduk-aduk isi kulkas dan mengambil sekotak susu dingin.

"Maaf, aku tidak sempat memasak sarapan." ujar Mikoto sambil menuangkan susu dingin itu ke dalam sebuah gelas dan memberikannya pada Sasuke.

Sasuke menatap segelas susu di depannya, "Kaa-san… tidak pernah memasak."

"Benarkah?" tanya ibunya tampak terkejut, "Baiklah, ibu akan suruh Orochimaru untuk menyiapkan sarapan untukmu."

"Tidak perlu." sahut Sasuke cepat, "Kenapa harus Orochimaru?"

Mikoto menghela nafas, "Aku akan kembali tidur. Kemarin baru saja mengerjakan tugas kantor sampai jam setengah tiga pagi. Punggung rasanya se—"

"Aku tahu." potong Sasuke sinis. Ia meneguk susu dinginnya cepat dan bangkit dari duduknya.

"Sudah mau berangkat?" tanya ibunya, "Kalau begitu hati-hati. Bilang pada Kabuto agar tidak mengebut di jalan." kata Mikoto tanpa memandang Sasuke dan mulai menjauh pergi menuju kamarnya lagi.

Pandangan Sasuke tiba-tiba mulai sayu. Punggungnya yang tegap menjadi terlihat kecil. Ia berjalan menuju halaman rumahnya dengan lesu. Beberapa hari ini ia hanya sarapan susu dingin sementara ia harus mengikuti kegiatan sekolah yang tidak bisa dibilang ringan.

"Sasuke-kun." panggil seorang pria paruh baya.

"Hn?" Sasuke menatap pelayan keluarga Uchiha yang hobi menyemir rambutnya yang mulai beruban dengan tatapan heran.

Orochimaru memberikan kantung kertas kepada Sasuke, "Tadi saya beli di restoran cepat saji. Saya takut kalau nanti Sasuke-kun jatuh sakit."

Sasuke sedikit menarik bibirnya membentuk senyuman singakat, "Hn." ia lalu mengambil kantung kertas itu. Ia bisa mencium aroma roti berwijen dan daging burger yang dipanggang, masih terasa hangat pula.

Kabuto, sopir pribadi keluarganya, sudah menanti Sasuke di dalam mobil sedan Ford hitam yang telah terparkir rapi di halaman depan. Sasuke masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku belakang.

"Selamat pagi, Sasuke-kun." sapa Kabuto sambil mulai melajukan kendaraannnya.

"Pagi." jawab Sasuke singkat.

"Sepertinya saya mencium aroma burger sapi yang masih hangat." ujarnya sambil terkekeh.

Sasuke tidak menjawab. Ia sibuk mengunyah burgernya dengan lahap. Ia tidak peduli anggapan bahwa makan terlalu cepat tidak akan membuat cukup kenyang. Lidahnya merasakan rasa renyah nan gurih daging burger yang diimbangi oleh rasa asam tomat, favoritnya.

Selesai memakan burgernya, Sasuke membuang sisa bungkusnya ke tempat sampah mini yang disediakan di dalam mobil. Ia menepuk-nepuk perutnya pelan. Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai ke sekolah jika tidak macet. Dan untungnya pagi ini arus cukup lancar.

Mobilnya bergerak perlahan ketika sebuah bus menyalakan tanda akan berbelok dan menepi ke sebuah halte. Sasuke melihat banyak anak sekolah yang menaiki bus sambil bercanda dengan temannya. Sasuke iri. Ia tidak pernah seperti mereka.

Bus mulai bergerak dan Kabuto perlahan juga menginjak pedal gas. Sasuke menoleh ke sebelah kiri ketika matanya mendapati sekelebat bayangan perempuan berambut panjang berlari sambil melambaikan tangannya. Dari dalam mobil memang tidak terdengar apa yang ia katakan, namun sepertinya dia sedang mengejar bus tadi.

"Kabuto, berhenti sebentar." pinta Sasuke saat melihat seragam yang dikenakan perempuan itu sama dengan miliknya. Kabuto-pun kembali menepi.

Sasuke keluar dari mobilnya dan menghampiri perempuan yang—sepertinya—terlihat familiar baginya. "Heh? Kau…" benar saja, perempuan itu adalah Hyuuga Hinata. Dia cukup kenal karena Hinata aktif dalam sebuah kegiatan klub.

"Sasuke-kun?" Hinata ikut kaget melihat siapa yang ada di hadapannya.

"Mengejar bus, kan?" tanya Sasuke. Tanpa menungggu Hinata menjawab, ia menarik lengan Hinata dan agak menyeret perempuan itu masuk ke dalam mobilnya.

"Loh?" Hinata kembali memasang tampang bodoh saat melihat seseorang yang mengemudikan mobil sedan yang sedang ia tummpangi sekarang.

"Dia sopirku." ujar Sasuke.

Hinata menerjab-nerjabkan matanya. Ia menyandarkan punggungnya di sofa mobil dan mencoba supaya tidak terlalu tegang. "T-terima kasih sudah memberiku tumpangan." ujar Hinata agak canggung.

"Biasa saja." jawab Sasuke dan kembali memfokuskan pandangannya ke arah jalanan.

0o00o0

SMU swasta tempat Sasuke bersekolah ini sebenarnya bisa dibilang cukup eksklusif. Fasilitas yang lengkap dan terawat, serta kegiatan-kegiatan klub yang bermacam-macam adalah salah satu keunggulannya. Sekolah ini memiliki tiga gedung utama yang dibatasi oleh taman yang mengelilingi sisi kiri dan belakang gedung. Di penghujung musim panas seperti ini, pohon-pohon menjulang di taman biasanya akan menjadi tempat favorit untuk makan saat istirahat daripada kantin. Hitung-hitung untuk menikmati angin semilir dan daun-daun yang mulai menguning tanda musim gugur akan tiba.

"Terima kasih atas tumpangannya." ujar Hinata lagi pada Sasuke.

Sasuke dan Hinata turun di depan pintu gerbang utama sekolah. Masih sedikit murid yang sudah datang. Mereka berjalan beriringan dan berpisah di depan gedung dua, tempat dimana terdapat kelas tiga. Sasuke berjalan terus ke arah lapangan sepak bola dan Hinata masuk ke dalam gedung.

Hinata tersenyum, "Sampai jumpa Sasuke-kun."

Sasuke terdiam sejenak saat melihat senyum Hinata tadi. Sejujurnya sudah sering Hinata tersenyum padanya. Entah itu pada saat kebetutan berpapasan atau jika klubnya dan klub Hinata sedang bekerja sama. Namun lamunannya segera buyar ketika seseorang—ah tidak, dua orang, menepuk pundaknya.

"Jadi gossip Hinata dan kau pacaran itu memang benar, ya, Sasuke?"

Sasuke membalikkan badannya dan menatap heran pada orang yang menghancurkan lamunannya, "Gossip apa?" tanyanya sungguh-sungguh.

"Yaaa seperti biasanya, lah." jawab Kiba.

"Tidak tahu." kata Sasuke acuh, "Latihannya sudah dimulai belum?"

Gaara menunjuk ke arah lapangan sepak bola, "Kau tidak lihat Naruto, Lee dan yang lainnya di sana?"

"Mana ia lihat!" sambar Kiba, "Hinata memang cukup manis, sih, sampai dia tidak melihat kita."

Sasuke menyeringai pada kedua temannya itu. "Kau yang bilang kalau Hinata itu manis!" tegasnya. Ia lalu berjalan melewati Gaara dan Kiba sambil menenteng tasnya menuju lapangan.

0o00o0

"Hinata, klub sepak bola minta kita menyuplai snack lagi." ujar Konan saat melihat Hinata masuk ke dalam ruang klub memasak.

Yakumo mengangguk, "Mereka akan bertanding dengan tim sepak bola SMU Ramuboushi tiga hari lagi."

"Wah, jadi pertandingan melawan SMU Onoki minggu kemarin, tim kita menang?" tanya Hinata dengan mata berbinar.

Semua yang ada di ruang klub terdiam dan saling berpandangan. Yang tadinya sedang membersihkan wajan, menyikut-nyikut temannya. Hinata jadi bingung melihat sembilan rekan klubnya itu.

"Kenapa?" tanya Hinata lagi.

Amaru mengangkat spatula yang ia pegang, "Senpai," panggilnya, "bukannya senpai pacaran dengan Uchiha-senpai, ya? Kok bisa sampai tidak tahu?"

"Hsssh!" Sara menyikut lengan Amaru, "Kenapa kau tanya yang seperti itu?"

Hinata tertegun. Kenapa akhir-akhir ini banyak orang yang mengira ia pacaran dengan Sasuke? Seingatnya, sering ngobrol dengan Sasuke-pun baru-baru ini saja saat tim sepak bola minta tolong dibuatkan snack selama pertandingan persahabatan melawan SMU Yagura dan SMU Onoki. Biasanya cuma sekedar menyapa saja karena sejak SMP mereka satu sekolah.

"Jadi Hinata kita mau bikin apa?" tanya Konan memecah lamunan Hinata.

"Ah, iya…" Hinata mengeluarkan sesuatu dari saku roknya, "Aku ada resep masakan baru. Kemarin aku coba bikin di rumah, hasilnya enak."

Sara mendekati Hinata, "Cake apa, senpai?"

"Bukan cake, tapi pudding. Choco-cheese pudding." jawab Hinata, "Kalau bermain sepak bola pasti menguras banyak energi, lebih baik makan makanan yang manis."

"Benar juga, sih. Pantas saja dari kemarin kita selalu membuat makanan yang manis-manis." kata Yakumo.

"Iya. Saat melawan SMU Yagura, kita membuat cake buah. Kemarin kita juga membuat pie strawberry. Sekarang kita buat yang tidak ada buahnya, biar mereka tidak bosan." jelas Hinata.

Melihat semuanya mengangguk setuju, Hinata melanjutkan, "Nanti dananya kita urunan dari dana khas klub ini, klub sepak bola dan kalau tidak cukup kita bilang ke Anko-sensei."

Hinata lalu mengintruksikan rekan-rekannya untuk mulai mencatat bahan dari resep yang ia bawa dan mulai menyiapkan bahan siap pakai yang masih ada.

Remaja yang akan menginjak usia delapan belas tahun akhir Desember nanti itu lalu membuka laci tempat penyimpanan nota. Ia sibuk mencari nota bahan masakan yang ia beli untuk snack tim sepak bola kemarin. Dari tumpukan teraras sampai yang paling bawah, ia belum menemukan kertas bukti transaksi itu.

"Ano, ada yang tahu nota pie strawberry kemarin dimana?" tanya Hinata pada yang lainnya.

"Masih ada di Sakura. Katanya masih harus ia pinjam dulu." jawab Konan.

"Oh…" gumam Hinata.

Ia juga ingat klub sepak bola belum memberikan uang ganti pada klub memasak yang ia ketuai sekarang ini. Ia putuskan untuk memintanya nanti sepulang sekolah saja. Bukannya malas, hanya saja Hinata kurang suka dengan manager klub sepak bola berambut merah muda itu.

0o00o0

"Ambil bolanya, Sasuke!"

Sasuke menangkap bola operan Naruto dengan dadanya. Ia lalu menggiring benda putih bulat bertotol hitam itu menuju ke arah gawang. Keringat yang membanjiri tubuhnya membuat dirinya makin mempesona. Kulitnya yang putih mulai memerah karena terik matahari jam dua siang.

"Tendang bolanya!"

Sasuke bersiap menendang si bola. Gaara memicingkan matanya dan mengambil kuda-kuda agar bola tendangan Sasuke tidak masuk ke dalam gawang yang ia jaga. Kaki Sasuke menggiring bolanya ke samping kanan gawang. Penuh konsentrasi, ia menendang bola itu secepat kilat.

"Goool!" teriak Naruto antusias.

"Aaaargh!" Gaara berteriak sambil memukul-mukulkan tangannya ke tiang gawang, "Akhir-akhir ini arah tendanganmu makin susah ditebak saja, Sasuke! Kita pasti akan menang di pertandingan besok." ujarnya.

Sasuke tersenyum bangga. Ia lalu mendekati pemuda berambut merah itu dan membantu Gaara berdiri. Tepat pada saat ia menarik tubuh Gaara, kepalanya terasa sangat pening.

"Hei," Gaara memegang pundak Sasuke. Ia bingung dengan temannya yang tiba-tiba terhuyung.

"Aku tidak apa-apa." ujar Sasuke sambil menepis tangan Gaara dari pundaknya.

Naruto yang baru saja kembali dari pinggir lapangan untuk mengambil botol air mineral segera menghampiri Gaara dan Sasuke, "Ada apa?" tanyanya.

Gaara mengangkat bahunya, "Mungkin kepalanya pening." jawab Gaara sambil menunjuk Sasuke.

"Hmm," Naruto tampak berpikir, "Hei, Sasuke, tadi pagi dan sewaktu istirahat kau tidak makan sama sekali, ya?"

"Aku sarapan." ujar Sasuke cepat. Pandangannya sedikit memburam.

"Sarapan tidak akan membatu jika kau menggunakan dua kali kesempatan istirahat tidak untuk makan." Lee ikut bergabung dalam pembicaraan, "Aku sarankan untuk pergi ke klub memasak dan meminta pengganjal perut."

Sasuke mendengus, "Ke kantin kan juga bisa."

"Kalau kau mau mengantri dengan anak-anak klub Kendo dan Karate." lanjut Lee.

"Hhh, baiklah." Sasuke menyerah. Ia menuju ke pinggir lapangan untuk mengambil handuk dan air botol mineral. Pemuda berambut biru gelap itu berjalan ke dalam gedung sekolah. Di ujung tangga koridor ruang klub, ia melihat seorang siswi melambai kepadanya.

"Sasuke-kun? Mau kemana?" tanya Sakura. Jari lentiknya menyisipkan helaian rambut merah mudanya ke belakang telinganya.

"Hn." Sasuke melihat Hinata disamping Sakura, "Aku mau ke klubnya."

"Eh?" kedua siswi itu terlonjak kaget.

"Boleh aku minta hasil kreasi dari klub masak?"

Hinata tersenyum, "Lapar, ya?"

Sakura buru-buru mengeluarkan sebungkus permen dari sakunya. Ia lalu memberikan permen itu pada Sasuke, "Makan saja ini dulu, Sasuke-kun. Akan aku belikan di kantin." kata Sakura cepat, "Mungkin Hinata tidak memasak hari ini." lanjutnya setengah berdesis.

"Kami masak, kok, Sakura-san." ujar Hinata, "A-ano, itu permen lemon? Lebih baik jangan di makan, perut kosong tidak baik jika diisi dengan sesuatu yang asam."

"A-a-aku tahu itu. Hanya aku tidak melihat kalau yang kuberikan adalah permen lemon." sahut Sakura dengan nada jengkel.

"Ayo, cepat." ujar Sasuke sambil menggandeng tangan Hinata.

"E-eh!" Sakura buru-buru menyelip diantara Sasuke dan Hinata, "Aku ikut, kita lanjutkan pembicaraan kita di klub masak, ya, Hinata?"

"I-iya."

0o00o0

Hinata menghampiri Sasuke yang sibuk mengamati papan jadwal klub masak dengan sebuah piring plastik di tangannya. Ia menepuk pundak Sasuke pelan. Wajahnya sedikit merona ketika matanya beradu dengan mata hitam Sasuke.

Siswi yang kalem namun tegas itu buru-buru mengalihkan pandangannya, "A-ano, hari ini kami membuat steak. Kau mau makan dengan kentang atau nasi? Saranku, kalau memang sangat lapar lebih baik—"

"Kentang saja!" sahut Sakura, "Sasuke-kun suka makan steak dengan kentang, kan?" tanyanya pada Sasuke sambil merebut pelan piring putih dari tangan Hinata.

Sasuke menghela nafas, "Nasi saja." ujarnya.

Sakura tersenyum dan segera menyiapkan makanan untuk Sasuke. Dengan cekatan ia mengambil daging, nasi, dan perlahan menuangkan saus barbeque yang aromanya begitu gurih dan menggoda. Setelah selesai, ia lalu memberikannya pada Sasuke.

"Terima kasih." kata Sasuke pada Sakura.

Hinata tersenyum, "Sakura-san tahu semua tentang Sasuke-kun, ya?" tanyanya.

"Tentu saja!" jawab Sakura bangga.

Sasuke yang mendengar percakapan dua siswi di depannya hanya bisa memutar bola matanya, 'Tentu saja dia tahu semua tentangku. Sampai-sampai mengurus klub saja sampai tidak becus.' gerutunya dalam hati.

"Omong-omong, ini biaya untuk snack kemarin." Sakura menyerahkan sebuah amplop berisi uang pada Hinata.

"Iya." jawab Hinata, "Snack untuk pertandingan besok pudding, ya, Sakura-san."

Sakura mengangguk, "Terserah... terserah..."

0o00o0

Lee menepuk pundak Sasuke, "Sampai jumpa, Uchiha muda! Jaga kesehatanmu untuk tiga hari kedepan." pesannya.

Sasuke mengangguk. Ia membilas wajahnya dengan air dan menyekanya dengan handuk. Kaus olahraganya yang telah banjir oleh keringat ia lepas dan menggantinya dengan kemeja seragam sekolah.

Benar juga, pertandingan akan berlangsung tiga hari lagi. Di beberapa pertandingan lalu, ia tidak melihat Hinata untuk menyemangati klub sepak bola sekolahnya. Bahkan snack biasa diantar oleh anggota kub masak yang lain. Tidak ada salahnya kalau ia mengajak Hinata, kan?

"Sekarang jam berapa?" tanyanya pada anggota klub sepak bola yang belum pulang.

"Mungkin jam empat." jawab Naruto.

Mata Sasuke membulat. Ia cepat-cepat mengancingkan kemejanya dan mengemasi barang-barangnya. Tanpa menjawab pertanyaan dari Naruto, ia segera melesat meninggalkan ruang ganti.

Sasuke berlari menuju ruang klub masak dan berharap Hinata belum pulang. Dari dalam gedung, ia melihat sosok Hinata didepan gerbang utama. Sasuke segera memutar arah tujuannya dan pergi menghampiri Hinata.

"Hinata!" panggilnya. Ia menghentikan langkahnya saat melihat seorang siswa yang sedang mengobrol dengan Hinata.

Hinta menoleh kearahnya, "Oh, Sasuke-kun?"

Pemuda yang Sasuke kenal sebagai mantan teman spesial Hinata mengacak rambut panjang siswi manis itu, "Sampai jumpa, Hinata." ujarnya lalu pergi meninggalkan sekolah.

"Sampai jumpa, Shikamaru-kun." ujar Hinata balik sambil melambaikan tangan pada Shikamaru.

"Ehem." Sasuke berdehem.

"Ya?" tanya Hinata sambil memiringkan kepalanya, "Ada apa Sasuke-kun?"

"Kau mengimbuhkan -kun pada setiap laki-laki, ya?"

"Eh?"

"Kalian jadian lagi?"

Muka Hinata langsung memerah, "Ke-kenapa bertenya seperti itu? Kami hanya berteman, kok." ujarnya agak kaget dengan dua pertanyaan Sasuke barusan.

Sasuke buru-buru sadar dengan apa yang ia lontarkan dari mulutnya. "Lupakan." katanya.

"Tidak apa-apa." ujar Hinata sambil tersenyum.

"Tanggal dua puluh dua nanti, kau akan datang ke pertandingan?"

"Benar juga, pertandingan melawan SMU Ramuboushi tepat pada hari pertama musim gugur."

"Jadi?"

"I-itu..." Hinata menggeleng, "Aku tidak tahu. Tanggal dua puluh dua nanti Shikamaru juga berulang tahun."

Badan Sasuke terasa kaku seketika. Entah kenapa rasanya ia tidak suka dengan kalimat terakhir Hinata. Ia membuang muka. Ada perasaan yang tidak enak mulai meluap di hatinya.

"Ada apa, Sasuke-kun?"

Sasuke memegang pundak Hinata, "Kalau bisa datang ke pertandingan kali ini, ya?" pinta Sasuke penuh harap, "Sekali saja!" tegasnya.

Hinata agak kaget dengan perlakuan Sasuke mundur satu langkah, "Ke-kenapa?" tanyanya takut-takut.

"Karena...!"

0o00o0

ToBeContinued

xD

0o00o0

Selamat merayakan SHDL! Ini fanfic pertama saya buat SHDL lho xD sekalian fanfic buat ultahnya Aghnia (Miss Uchiha Hinata) :D maaf telat, nak, mbok lagi UTS ',' *berasa tua* Fanfic ini cuma dua chapter, kok, jadi gabakal ngaret updatenya *dusta, ih, dusta!*

Mind to review? :3