He's a Girl

Author : Si HwangJae Tyaz

Genre : Romantic, Brother/Sistership

Cast :

Katara

Lee Junho

Kintaro

Hwang Chansung

Lee Eun Ji

2PM's Member

Disclaimer : Semua member 2PM di FF ini hanya milik Tuhannya masing-masing. Yang punyaku cuman ide FF ini. Happy reading. Don't forget your review, guys. Gamsahamnida.. :D


TARA

Tiiin…!

"Iyha sebentar. Astagaaaa..!"

Tiiin…!

"Annyeonghaseyo. Hai guys. Aku Tara. Katara Putri Sinaga. Arggghh." Aku mengacak-acak rambutku yang sudah tersisir rapi di depan cermin kamar. Untungnya, rambutku kupotong sebahu, ini pun karena paksaan Eommaku. Jadi, tidak susah untuk mengembalikannya ke bentuk semula.

Tiiin…Tiiiiiiinnnnnn…! Tiiiiiiiiiiiin…!

"Taraaa. Ayolaah. Lama amat sih." Itu suara Oppaku (atau lebih tepatnya saudara kembarku), Taro. Kintaro Putra Sinaga. Haha. Kalian pasti merasa ada yang aneh dari nama kami khan? Yaaaahh inilah resiko punya Appa yang sukaaaa banget sama sehala sesuatu yang berbau Jepang. Memang sih, Appa puya keturunan Jepang di darahnya (yang tentu saja mengalir ke kita berdua) dari nenek buyutku. Jadi, kalau kalian penasaran dengan rupa kami, bayangkan saja a boy and a girl with narrow eyes, a rather pale skin and black hair. Kalau kalian menemui 2 orang anak kembar macam itu, sudah pasti itu kita. Kami berbeda hanya pada potongan rambut serta jenis kelamin saja.

Tiiin…Tiiiiiiinnnnnn…! Tiiiiiiiiiiiin…!

"Eonn?" sebuah kepala muncul di pintu kamarku.

"Mwo?" tanyaku sambil menoleh. Itu yeodongsaengku, my little sister, Tari. Hitari Putri Sinaga. Lagi-lagi nama Jepang bukan? Haha.

"Oppa udah marah-marah tuh di atas sepeda. Cepetan gih. Sebelum Eomma ikutan marah. Ayo ayo." Katanya sambil menarikku keluar kamar.

"Iyha iyha. Let's GO..!" kataku sambil berjalan keluar.


-He's a Girl-


"Lama bener sih dandan kayak gini ajja." semprot Taro. Aku cuma bisa manyun. "Liat ga sekarang udah jam berapa? Kita audisi jam berapa? Inget donk Tar. Okelah kalo kamu ga mau ikut. Tapi buat aku,ini antara hidup dan mati tau ga." Taro masih melanjutkan omelannya. Aku hanya bisa diam. 'Emang bener sih.', batinku.

"Mian Oppa. Aku nervous lho." ujarku setelah sekian lama terdiam. "Udah ah, ayo berangkat. Katanya takut telat. Let's GO..!" aku berpegangan jaket Taro dan motor Taro mulai melaju. Taro memang suka sekali memakai jaket walaupun saat itu keadaannya sangat panas. Tapi ku akui kalau Taro sangat cocok denga jaket yang ia pakai. Entah mengapa.

Ahhh. My heart started beating faster. Aku grogi. Ini audisi danceku yang pertama. Kalau untuk Taro, ini mungkin sudah keseratus kalinya. Jadi dia sudah terbiasa. Audisi dance kali ini diadakan oleh JYPE yang notabene tempat 2PM, boyband favoritku bernaung. Niat awalku mengikuti audisi dance ini memang untuk coba-coba sekaligus berharap agar bisa bertemu idolaku yang terdiri dari 6 cowok-cowok ganteng dan berbadan bagus serta jago ngedance ini.

Daaaann kamipun sampai di tempat. Lebih terlihat seperti tempat latihan senam daripada tempat audisi. Saat kami dating, tempat itu sudah penuh dengan peserta audisi yang sebagian besar lelaki itu. Aku tak tahu alasan JYPE menggelar audisi dance macam ini. Di Indonesia pula. Kata Taro, JYPE mungkin ingin punya dancer dari seluruh belahan dunia. 'Lebih eksotik' tambahnya. Aku pun berpikir demikian. Lalu kami berjalan menuju meja registrasi di depan pintu masuk tempat tersebut dan melakukan registrasi ulang.

Tak lama kami menunggu antrian. Mungkin hanya sekitar setengah jam. Lalu nama kami dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan. Ada 3 juri-selalu 3 orang-duduk di hadapan sebuah dinding yang terpasang sebuah cermin besar. Ciri khas dari studio dance. 2 juri berwajah asian-mata sipit kulit putih- dan yang satu terlihat sekali bahwa orang Indonesia.

"Wow kembar. Katara?" kata juri yang berwajah Indonesia itu.

"Ne'." kataku sambil tersenyum.

"Kintaro?"

"I'm here." Jawab Taro mantap.

"Oke silahkan tunjukkan kemampuan kalian. Apa kalian akan menjadi pasangan?"

"Ne'." Taro menoleh tajam ke arahku, "Let's do our best, Sis." ujarnya penuh keyakinan.

"Let's go..!" kuarahkan tatapan tajamku kepada juri itu lalu kepada Taro.


-He's a Girl-


Singkatnya, kami berdua berhasil masuk ke 100 besar lalu 50 besar, 20 besar, 10 besar, hingga ke 3 besar. Lawan kami kali ini benar-benar berat. 2 peserta penantang kita sama-sama lulusan Sekolah Seni Tari. Sedangkan kami? Kami hanya 2 mahasiswa yang sedag mencoba keberuntungan kami. Sejenak, terselip rasa minder di hati kami (atau hatiku lebih tepatnya). Berkali-kali kucoba untuk meyakinkan pikiranku akan sesuatu yang terbaik, tetap saja aku minder.

"Ini waktunya kalian menunjukkan semua yang kalian punya. Dan lakukan tarian-tarian kalian sebaik mungkin sehingga kami memiliki alasan untuk membawa kalian ke podium Juara 1." kata-kata juri itu masih terngiang-ngiang di telingaku. Kami berdua mendapat urutan penampilan ke dua. Selama menunggu, kami berlatih. Tak pernah lepas dari mulutku untuk menyebut namaNya supaya hati ini ditenangkan.

"Dan selanjutnya penampilan kedua. Twins from Hell, Taro dan Tara. Give them a thunderous applause..!"

Plok. . . Plok. . .Plok. . .

Ini saatnya kami bertaruh. Taro berdiri dari tempatnya dan mengulurkan tangannya padaku.

"Kita pasti bisa, Saeng. Kalopun akhirnya kita gagal, kita masih puya pengalaman yang sama berharganya kayak kemenangan." Taro lalu tersenyum. Ahh. Dia selalu bisa menenangkanku. Aku membalas senyumannya dan meraih tangannya. Aku tahu diapun gugup. Namun dia mampu menyembunyikannya dengan sempurna.

"Ingat tarian kesukaan kita berdua? Kita lakukan itu dengan cepat terus kita pulang. Aku tadi udah tanya ke juri kapan pengumumannya keluar. Katanya 3 hari lagi. 3 hari lagi kita kesini dan itulah takdir kita. Oke?" lalu dia memelukku sejenak dan tersenyum sambil menggandengku menuju panggung.


-He's a Girl-


Hari itu hari Selasa saat Taro meneleponku. Saat itu akupun sedang berada di kampus bersama sobat-sobatku, David, Ubed, Sheila dan Danti.

"Sis, we made it..! Hahahahahahaha." Begitu kata Taro sesaat setelah kuangkat panggilannya.

"Made what?"tanyaku polos.

"Kita menang audisi. Hahahahahaha." Aku terdiam. 'Kita juara satu?' hatiku bertanya-tanya. "Sis? Hey… Halooooo…!" Taro berteriak dari seberang sana. Aku tersadar dari lamunanku.

"Kamu ga bohong khan?"

"Apa suaraku kedengaran lagi bohong?" Taro kesal. Terdengar dari nada bicaranya yang berubah. "Kalo kamu ga percaya, ayo ntar sore liat bareng-bareng. Soalnya ntar sore ita disuruh dateng ke tempat promotornya audisi kemarin."

"Jam berapa Oppa?"

"Jam 3an lah." Aku mengingat-ingat schedule kuliahku. 'Untung jam 1 udah out from here.' Batinku. "Lagi apa sis?"

"Ha?" aku kaget.

"Lagi ngapain kamu sekarang? Ga ada kelas?"

"Ohh. Barusan keluar habis praktikum. Mau ke kantin neh. Terus pulang. Ehh ga ding. Mau ke perpus dulu pinjem buku buat bikin laporan praktikum. Kamu ga kuliah?"

"Ini mau masuk. Eh Sis, ntar aku pulang jam 2an. Jadi ntar kamu siap-siap ajja dulu biar ga kayak waktu mau berangkat audisi. Key? Eh dosenku dah masuk. Tak tutup yha. Assalamualaikum."

"Oke. Waalaikumsalam."

Ku akhiri panggilan Taro dan ponselku kumasukkan ke dalam tas. Mungkin aku sudah ngobrol dengan Taro agak lama karena makanan yang dipesan sobat-sobatku sudah datang semua. Tinggal aku yang belum memesan apa-apa.

Tepat pukul 1 siang, aku berjalan melenggang keluar dari perpustakaan. Buku yang kuinginkan sudah di tangan. Kini saatnya pulang. Sesaat sebelum aku keluar pagar perpustakaan, ponselku bergetar tanda ada panggilan masuk.

"Assalamualaikum. Yeoboseyo?"

"Waalaikumsalam. Sis, dimana kamu?" ternyata dari Taro.

"Kampus. Tapi mau pulang. Wae?"

"Tak jemput yha? Aku udah pulang ini."

"Lho? Katanya… Halo…Halo…? Ah ini anak kebiasaan. Belom selese ngomong udah main tutup ajja. Hassshh…"

Tak lama…

Tiiin…!

"Come on Sis." Motor Taro mulai berjalan meninggalkan kampus.

"Kok udah pulang sih kamu? Jangan-jangan kamu bolos yha?"

"Yha enggak lah. Gila ajja."

"Terus? Katanya tadi pulang jam 2. Kok sekarang…?"

"Dosennya itu ga dateng. Kita cuma dikasih tugas." sela Taro.

"Ohh. Kirain." Aku manggut-manggut.

Sesampainya di rumah, aku dan Taro langsung bersiap. Appa belum pulang kerja. Jadi di rumah hanya ada Eomma dan Tari.

Pukul 3 kurang 15 menit, kami berangkat.

"Eomma. Aku sama Tara berangkat dulu yha." Taro berpamitan.

"Mau kemana lagi?"

"Ketemu sama promotornya audisi dance kemarin Ma. Yang kita kemarin menang itu lho. Kita berangkat. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Ati-ati."

"Neeee'."


TBC

PS : Gomawo udah mau baca ii FF. Mian kalo banyak typo atau apapun. Saya siap menerima kritik dan saran apapun. Tapi yang membangun yha. :D