COMA

.

Park Jimin x Min Yoongi

.

.

Apa yang terjadi saat aku koma? Apa yang telah kulupakan saat aku tidak sadarkan diri? Apa yang telah kulalui saat itu? Mengapa, aku merasa hampa ketika bangun? Seseorang bantu aku mengingatnya!-Min Yoongi

*Yoongi POV

Aku membereskan beberapa pakaian dan barang-barang yang entah siapa yang membawakannya kesini, baru pagi tadi aku melihat ruang mewah nan bersih ini. Ada yang membuatku kagum disisi meja nakasku, ada bunga yang kelihatan baru. Aku yakin seseorang menggantinyaa setiap hari, mana kala kulihat bak sampah kecil disampingnya bertumpuk beberapa bunga serupa jumlahnya bahkan tujuh dan delapan dengan yang ada divas kecil itu. Tidak ada yang memperlakukanku seperti itu sebelumnya jadi aku membawanya dengan senang ditasku. Entah itu baru atau sudah hampir kering aku tetap membawanya.

Mereka bilang ini hari kedelapan aku ada disini, namun perasaanku mengatakan baru hari ini. Padahal aku tidur cukup lama. Ya, aku koma. Saat membuka mata tadi pagi, pikiranku masih kosong, sama dengan ruang yang ku tempati tampak kosong. Tubuhku cukup lelah, aku masih belum ingat apa pun. Sampai seorang berpakaian putih mendatangiku. Ia tampak kaget dan berlari, apa aku menakutkan gumamku dalam diam. Ia datang lagi membawa seorang yang mungkin jabatannya lebih tinggi darinya. Memeriksaku dengan lembut, lalu tersenyum dan melepas beberapa peralatan medis yang tertempel ditubuhku. Aku berhasil mengumpulkan nyawaku, kepalaku berdenyut lalu sakit menimpanya. Sejenak kisah berputar dikepalaku, bagaikan film documenter sangat rinci tayang didalamnya. Seketika aku ingat, air mataku mengalir tanpa seizinku, aku mengingat kecelakaan yang menimpaku dan seseorang yang menyetir. Ya, orang itu lumayan dekat denganku, ia supir dirumah besarku. Aku tiba-tiba gelisah, aku ingin melihatnya, bagaimana keadaannya. Aku bertanya dengan orang tadi, ia dengan mudah mengatakan bahwa supirku meninggal saat kejadian itu. Aku berharap itu candaan, namun hei bangunlah kau melihatnya dia belumuran akan darah. Tidak lama setelah itu eomma dan appa datang. Eomma tampak mengeluarkan air mata seraya bersyukur. Lain halnya dengan appa, ia tampak bahagia dalam wajah khawatirnya.

Mereka menyuruhku untuk tetap disini beberapa hari kedepan, namun aku bersikeras untuk pulang hari ini. Kutatap lagi ruangan bernuansa putih ini, entah kenapa perasaanku mengatakan ada yang kurang. Kucek lagi barang-barang bawaanku, astaga seharusnya aku berpikir aku saja tidak tahu apa barang milikku yang telah ada disini. Aku ingat pintu ruangan ini terbuka sangat lebar, aku merasa ada seseorang menatapku dari luar saat kucoba mengarahkan pandanganku kesana, tidak ada seorangpun hadir didepan situ. Seketika aku berbidik ngeri dan langsung beranjak pulang sambil membawa tasku.

Eomma dan appa telah menunggu diparkiran, mereka tampak tersenyum menyambutku. Aku duduk dikursi belakang, lalu pikiranku beralih pada ajusshi. Dengan rasa gugup aku mengajak eomma dan appa untuk menemaniku kemakamnya, appa tampak melarang mengikat kondisiku yang belum stabil. Tapi, eomma mengangguk kearah appa seraya memegangi tangannya halus. Aku tersenyum kecut, aku ingin menangis lalu berseru dalam hatiku untuk menahannya dan keluarkan saat sudah dirumah.

Mobil sudah menyampai perkiran area pemakaman, aku melihat seseorang berbaju hitam baru keluar darisana, terlihat kain putih yang nampak kontras menempel pada lengan jas hitamnya, mungkin kerabatnya baru meninggal pikirku. Pikiranku kembali lagi pada ajusshi. Dibandingkan dengan appa ataupun eomma aku lebih dekat dengannya. Sebuah cerita, tidak ini cerita yang banyak berputar lagi dikepalaku, cerita-ceritaku dengan ajusshi membuat kepalaku kembali berdenyut. Aku mengusap kelipisku, appa tampak meraih bahuku dan menanyakan apa aku baik-baik saja, aku hanya mengangguk dan kembali berjalan.

Kami sampai disebuah blog yang didalamnya tertera nama, tanggal lahir dan wafat disebuah guci abu. Mataku memanas, aku tidak ingin menangis namun air mata itu keluar dengan mudahnya lalu menuruni pipi mulusku, kenapa? Sebuah bingkai foto kecil ada disamping guci abunya.

Fotonya yang tersenyum bersama seorang laki-laki, berdiri dan saling merangkul bahu masing-masing. Itu aku, benar-benar aku. Kudengar eomma mengatakan sesuatu, ia bilang ajusshi menyuruh keluarganya, jika ia meninggal dimakamnya harus diletakkan fotonya bersamaku. Aku memakluminya, ku pikir ia sangat menyayangiku. Ajusshi tidak mempunyai istri apalagi anak sedangkan keluarganya jauh dari tempatku tinggal, ia dekat denganku pastilah ia sangat menyayangiku. Tidak lama setelah itu kami beranjak pulang setelah memberi hormat.

Appa kembali menjalankan mobil, aku menggerutu didalam hati. Aku akan sendiri didalam rumah besar yang megah itu, appa maupun eomma passti akan meninggalkanku lagi sendiri. Aku terbiasa karna ada ajusshi tapi ini, ia sudah tidak ada baagaimana aku?.

Dua hari kemudian aku kembali sendiri, appa dan eomma kembali meninggalkanku untuk berbisnis dinegara tetangga. Aku hanya membiarkannya, mengingat sudah sangat sering mereka berperilaku seperti itu. Tapi, ini berbeda. Dulu ada ajusshi yang menemaniku, sekarang hanya beberapa pelayan dan pengurus rumah yang tidak terlalu dekat denganku. Lantas, aku berpikir sesaat, 'bagaimana aku menjalani hidup tanpanya?'.

Selama dua hari ini aku hanya bersembunyi dibalik selimut nyamanku. Aku ingin melakukan hal-hal menyenangkan, namun tubuhku enggan untuk bangun. Ponselku bergetar disisi meja nakasku. Sangat malas rasanya untuk mengangkat panggilan itu, tapi harus kuangkat bisa saja itu panggilan penting bukan?. Ternyata suara wanita paruh baya nan cantik menggema ditelingaku, ia menyuruhku mengecek balutan kain kasa yang melekat dikepalaku. Seketika kuusap kain itu, aku sedikit meringis 'wahh lumayan sakit ketika kusentuh' gumamku singkat.

Tidak banyak berpikir, kuturuti perintahnya. Dengan cepat membersihkan diri dan pergi kerumah sakit terakhir kukunjungi itu. Seseorang menungguku diluar, dengan jas hitam melekat ditubuhnya, ia menunduk lalu membukakan pintu mobil. Pasti dia supir baru yang diperintah eomma untuk mengantar jemputku menggantikan ajusshi.

Aku menggeleng kuserukan bahwa aku ingin pergi sendiri. Awalnya ia mencari alasan agar aku mau, namun nihil aku tetap pada pendirian, aku ingin sendiri. Seakan sudah tau bahwa aku mempunyai sifat keras kepala, ia tersenyum dan menunduk, membiarkanku untuk pergi sendiri menggunakan bus.

Aku berjalan menuju halte bus, tidak lama menunggu, bus datang dan aku bergegas masuk lalu duduk dikursi paling pojok, tempat kesukaanku. Selama perjalanan mataku hanya tertuju pada jalanan yang kulewati. Kepalaku berpikir, dikala aku tak tau apa yang sedang kupikirkan. Lalu melanda pening yang dilewatinya. Aku menganga, apa yang kupikirkan? Kini dikepalaku terbayang seorang laki-laki yang aku sendiri tidak mengetahui itu siapa.

Tak sengaja sorot mataku menatap rumah sakit yang tadi ingin kudatangi, dengan cepat ku tekan tombol berhenti didekatku lalu melangkah keluar dan berjalan masuk. Sesampainya didalam aku langsung menuju ruang yang eomma maksud, ternyata harus menunggu giliran dipanggil. Aku pun duduk dibangku yang sudah disiapkan untuk menunggu panggilan. Sembari menunggu aku membuka ponselku dan mencoba memainkannya.

Seseorang duduk tepat disebelahku, sontak pandanganku tertuju padanya. Ia hanya melihat datar kedepan. Singkat memang tatapanku tadi namun wajahnya dapat jelas kubayangkan diotakku. Wajahnya yang yang tampan, dengan garis rahang yang begitu tegas dan jangan melupakan mata sipitnya yang menatap tajam. Belum lagi aroma tubuhnya yang menyeruak masuk kesistem pernapasanku. Aku sedikit bingung, bagaimana bisa orang sakit memiliki aroma maskulin yang begitu kuat. Orang sakit? Aku mencoba melirik pakaian yang ia gunakan, benar saja ia memakai baju pasien rumah sakit. 'Uwaaahh, ia pasti merawat tubuhnya dengan baik.' Gumamku singkat.

"Min Yoongi!" seseorang membangunkanku dari semua khayalan diotakku tentang orang yang berada disampingku ini. Dengan cepat kulangkahkan kaki kumenuju ruangan tempat aku akan diperiksa itu. Selama pemeriksaan, pikiranku masih pada lelaki tadi. Ingin rasanya ku keluar dan menemuinya lagi. Setelah pemeriksaan selesai, kelangkahkan kaki keluar dari ruangan itu, aku terdiam sosok lelaki tadi sudah menghilang aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal 'Apa yang ku lakukan?' gumamku sembari tersenyum kikuk.

*Author POV

Setelah menebus beberapa obat Yoongi memutuskan kecafe biasa ia datangi. Duduk sembari menunggu pesanan datang, ia memejamkan mata sejenak sebelum suara lagu terdengar ditelinganya.

Café itu memainkan lagu yang tidak dikenal Yoongi, namun entah mengapa Yoongi tau instrumennya dan mulai menyanyikannya. Yoongi memiringkan kepalanya, ia sama sekali tidak tau lagu apa yang ia dengar sekarang. Ia pun berlari kearah kasir dan menanyai pegawai tersebut,

"Permisi, boleh aku tau lagu apa yang sekarang dimainkan."

"Sebentar—, ahh I Know dari Rapmonster dan Jungkook BTS,"

"Ahhh, terima kasih." Yoongi menunduk dan kembali pada tempat duduknya.

Dengan cepat ia mendownload dan mencari asal-usul lagu tersebut. Tapi, ia tidak merasa pernah mendengarnya. Ini pertamakali, tapi ia sudah hapal akan instrument dari lagu tersebut.

Air matanya menetes, ia ingat sesuatu. Seseorang menggenggam tangannya erat, dan ia sedang berbaring, tapi ingatan itu tidak begitu jelas karna lelaki manis itu terlalu banyak berpikir membuat kepalanya terasa sakit. 'Sebenarnya apa yang terjadi denganku?'.

.

.

.

Rumah sakit? Yoongi kembali lagi ketempat itu. Ia mendatangi seorang perawat, yang ia yakini paling banyak merawatnya kala ia koma.

"Perawat, apa saat aku koma seseorang selaian kau dan orang tuaku, mendatangi kamarku?"

"Setauku tidak pernah, apa ada barang yang hilang? Tunggu, karna kau koma sangat jarang perawat atau keluargamu kekamarmu. Ahhh, periksa cctv disana ada cctvnya."

"Tidak ada yang hilang sebenarnya hanya saja aku penasaran akan sesuatu."

Sebenarnya ia malas untuk memeriksa cctv tapi karna penasarannya yang begitu kuat terpaksa ia meminta petugas untuk menayangkan cctv dari tanggal masuk sampai ia keluar dari rumah ssakit itu.

Selang beberapa menit, ia mengatakan 'Dapat'. Terus mengatakannya sampai tanggal terakhir. Lalu meminta file video itu pada petugas awalnya petugas itu tidak ingin memberikannya namun dengan semua bujukan Yoongi akhirnya Yoongi mendapatkannya.

.

.

.

Sekembalinya Yoongi kerumah dengan cepat ia mengambil laptop dan mulai menayangkan video-video cctv yang ia minta tadi. Yoongi terdiam, seorang laki-laki yang sama selalu ada disetiap videonya. Terungkap sudah tentang bunga yang setiap hari terganti, tentang lagu yang ia dengarkan, tentang buku cerita yang selalu diceritakan namun Yoongi tidak mengetahui akan hal itu. Air matanya kembali menetes, lelaki itu merawatnya dengan telaten. Mengusap helai surainya setiap hari, melap wajahnya dengan kain basah. Tidur disampingnya, menyulam sebuah syal. Mengusap lembut pipi dan wajahnya. Memperbaiki infuse yang darahnya keluar dari selang. Mencuri ciuman dari pipi dan bibir Yoongi. Dan terakhir, mengintip Yoongi saat berkemas saat ingin pulang.

Tangan Yoongi bergetar, air mata tak henti-hentinya membasahi pipi mulusnya. Ia ingat orang itu, orang yang tiba-tiba datang duduk disampingnya kemudian menghilang. Ia ingin tahu kenapa orang itu begitu perhatian padanya, disaat tidak ada seorangpun yang melakukan hal itu.

Selesai sudah video yang tertayang dilaptopnya, Yoongi mulai mengusap air mata. Meletakkan laptop disampingnya. Yoongi lelah, kemudian beranjak tidur, dengan isakan tangis yang masih terdengar.

.

.

.

Hangat menyapa pipinya, kala pengurus rumah itu membuka jendela kamar Yoongi. Yoongi menggeliat, ia mulai mengumpulkan nyawa. Ingatan tiba-tiba berlalu dipikirannya. Orang itu, orang yang telah mengusik pikirannya.

Sebenarnya Yoongi tidak ingin meninggalkan tempat tidur. Namun, ia berpikir ingin menemui orang itu. Tidak pikir panjang ia beranjak membersihkan tubuh, lalu memakai pakaian yang begitu pas dengan tubuhnya. Entah mengapa ia ingin terlihat manis didepan lelaki itu. Tersenyum memandang pantulan wajahnya sebelum berangkat menuju rumah sakit.

Sebelum tiba dirumah sakit, Yoongi menyempatkan diri untuk ketoko bunga dan ketoko kue. Ia membeli bunga alstroemeria, berwarna pink dan putih lembut yang Yoongi sendiri sangat menyukainya. Tidak lupa cheesecake ditangan lainnya.

Selama perjalanan Yoongi tersenyum, belum pernah ia merasa sebahagia ini saat ingin menemui seseorang. Yoongi menemui lagi perawat kemarin yang mengusulkan tentang cctv itu. Menayangkan lagi videonya seraya bertanya dimana letak ruangan yang sedang didiami orang itu.

"Ahhh, Park Jimin. Dia ada diruang vip1, dua kamar sebelum kamarmu. Kau pasti dengan cepat menemukannya."

"Hmm, terima kasih banyak. Kau selalu membantuku, kau memang yang terbaik." Sambil mengacungkan jempol dan perawat itu hanya tersenyum melihat tingkah imut Yoongi.

Yoongi menemukannya ruang vip1, pintunya memang dari awal terbuka. Yoongi gugup, bagaimana jika orang itu tidak mengenalinya atau hanya acuh padanya seperti kala orang itu duduk disampingnya, itu semua terbayang dalam benak Yoongi.

Dengan semua kegugupan dan helaan nafas putus asa, Yoongi memberanikan diri mengetuk pintu dan menampakkan diri. Ia lihat orang itu sedang bersandar dikepala ranjang sembari menatap jendela yang tepat berada disampingnya. Manik mereka bertemu, Yoongi masih terlihat malu-malu, sedangkan orang itu mengambang senyuman yang begitu indah bagi Yoongi.

Yoongi mulai berjalan mendekat, sedangkan orang tadi duduk diranjangnya dan meraih kursi penjaga pasien agar mendekat padanya. Menepuk kursi tadi mengartikan agar Yoongi duduk dihadapannya. Tanpa berbicara Yoongi menurut dan mendudukkan diri.

"Kau menemukanku?"

Deg. Aliran darah Yoongi berdesir cepat serta ia merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Suara tadi bagai menghipnotis raga dan jiwanya. Ia terdiam sejenak sebelum orang itu memanggilnya.

"Min Yoongi?"

"Hmm?" Yoongi terlihat bingung.

Orang itu menunduk dan tersenyum melihat tingkah bingung Yoongi yang begitu manis dimatanya. Lalu mendongak lagi dan mengangkat tangan minta dijabat oleh Yoongi.

"Park Jimin. Aku senang kau sudah menemukanku!" dengan ragu Yoongi meletakkan bunga dan box kue diranjang tepat disamping orang itu lalu meraih tangannya yang begitu pas dengan tangan kecil Yoongi.

"Min Yoongi. Kau mungkin sudah tau namaku kan."

"Emh, tapi aku senang karna kita sudah berkenalan."

Mereka melepas tangan masing-masing, Yoongi masih dalam mode malunya mencoba melontarkan pertanyaan.

"Kau sakit (Jimin mengangguk), kau sendiri (mengangguk lagi), kenapa kau mendatangi kamarku saat aku koma? (Jimin terkekeh)"

"Hanya ingin, emh dan karna hyung manis."

"Hyung?"

"Awalnya aku kira kau lebih muda dariku karna wajahmu yang begitu manis belum lagi tubuhmu yang terlihat mungil. Tapi saat kulihat data yang berada diranjangmu, ternyata hyung dua tahun lebih tua dariku."

"Benarkah? Emmh, apa aku boleh kesini setiap hari?" senyuman kembali mengambang diwajah tampan Jimin.

"Tentu saja, pintu itu selalu terbuka untukmu hyung."

Seketika mereka menjadi akrab, Jimin dengan sifatnya yang lembut dan hangat menjadikan seorang Min Yoongi terasa nyaman disampingnya.

Hampir setiap hari Yoongi berkunjung masih dengan bunga baru yang selalu berganti dikamar Jimin. Juga cheesecake yang mereka berdua gemari. Jimin memerhatikan Yoongi yang melahap kuenya dengan semangat, ia terkekeh melihatnya.

"Hyung, itu untukku kan. Tapi kenapa kau yang lebih banyak memakannya?"

"Karna aku membelinya untuk kita berdua." Jimin tersenyum, ia sangat bahagia karna Yoongi ada disampingnya.

"Kenapa kau sendiri, apa keluargamu pernah berkunjung?" dengan polosnya Yoongi bertanya,

"Aku melarangnya, appa dan eommaku sibuk dengan perkerjaannya sampai –sampai baru mengetahui penyakit anaknya saat sudah parah. Aku membenci mereka."

"Aiishh, jangan begitu. Oh aku selalu tidak ingat untuk menanyakan penyakitmu. Padahal aku memikirkannya setiap malam. Kau sakit apa Jimin?"

"Jantungku lemah, hyung."

"Aku mengerti." Dengan nada yang lembut dan sedikit rasa kecewa didalamnya.

.

.

.

Ini hari kelima Yoongi mengunjungi Jimin, seperti biasa jika jam kuliahnya berakhir ia akan langsung datang berkunjung. Kamar Jimin terlihat bersih akan barang-barang yang biasa Yoongi lihat. Hening, Yoongi hanya berpikir 'dimana Jimin,?' dengan cepat Yoongi berlari dan menemui seorang petugas kebersihan yang sepertinya baru saja membersihkan kamar yang Jimin tempati itu.

"Permisi, apa anda tau kemana perginya pasien dari kamar itu?"

"Park Jimin? Saya dengar dia sudah pulang kemarin sore."

"Ahhh, terima kasih."

"Park Jimin, bodoh!"

Karna Jimin tidak ada Yoongi memilih untuk pulang kerumah, sesampainya dirumah Yoongi menemukan sebuah paket besar didalam kamarnya. Lantas ia bertanya pada pengurus rumah, mereka bilang pengirim paket hanya datang dan member itu saat dilihat itu untuk Min Yoongi. Dengan rasa penasaran berlebihan Yoongi membuka paket tersebut isinya diantaranya buku cerita anak-anak, sebuah kotak memori yang diatasnya bertuliskan 'lagu rekomendasi' lalu ada sebuah bunga, syal berwarna navi dan surat. Yoongi membuka dan membacanya,

"Hai hyung, ini aku Jimin. Tidak mungkin kau tidak mengenalku bukan? Maaf karna pergi tanpa memberitahumu, aku menyukaimu, hyung! – Park Jimin."

"Ckh, kau benar-benar bodoh Park Jimin, BENAR-BENAR BODOH."

Lalu ternyata ada sebuah buku didalamnya, Yoongi pun membuka dan membacanya,

Halaman pertama…..

"Aku Park Jimin, aku bukan laki-laki yang senang menulis dibuku seperti ini seperti wanita saja, namun aku ingin seseorang membacanya, Min Yoongi. Aku ingin hanya Min Yoongi yang membacanya."

Halaman kedua dan seterusnya…

"hari pertama bertemu denganmu, saat seorang wanita dan pria yang menangis kencang sedikit jauh dari kamarku. Aku mencoba mengintip, ada apa dengan mereka. Ternyata seorang Min Yoongi sedang berbaring lemah dalam kondisi koma. Setelah dokter dan orang tadi pergi meninggalkannya sendiri, aku memberanikan diri untuk masuk, kulihat beberapa luka diwajah pucatnya serta kepalanya yang berbalut kain yang sangat ketat. Aku dapat memprediksikan bahwa ini gara-gara kecelakaan. Aku kembali menatap wajah itu, astaga aku baru menyadari bahwa ia sangat manis. Aku menyukainya."

"Hari ini aku datang dengan bunga yang kupesankan pada supir pribadiku, aku berencana menggantinya setiap hari. Bunga itu sangat cantik saat berada disisi meja nakas Min Yoongi. Hari ini wajahnya tidak sepucat kemarin, namun ia masih tidak membuka mata, ingin ku membangunkannya lalu menyuruhnya datang kekamarku bergantian agar ia yang menjagaku lagi. Jantungku lemah, sebenarnya ini hanya aku paksa untuk selalu mengunjugi Yoongi."

"Waaw, baru hari ini aku tau umur Yoongi. Ternyata ia dua tahun lebih tua dariku. Astaga, kukira ia lebih muda. Hyung yang manis."

"Aku membacakan sebuah buku cerita anak-anak, aku mendapatkannya dari seorang anak yang penyakitnya sama denganku. Bedanya ia meninggal lebih dulu. Aku bahkan sempat menangis namun apa daya, aku pun akan ikut bersamanya nanti."

"Ada sebuah lagu yang kusukai, aku menyetelnya mendengarkannya bersama Yoongi hyung. Aku senang ini pertama kalinya mendengarkan lagu kesukaanku dengan seseorang."

"Hyung yang manis, masih saja menutup matanya. Aku menyulam syal untuk kuberikan nanti padanya. Ini adalah ajaran dari halmeoni dikampung. Aku rasa aku sudah lihai karna hasilnya sangat rapi."

"Aku memandangi wajahnya, sangat manis. Tanpa sadar aku mencium pipi dan bibirnya, itu pun juga sama manisnya. Maaf hyung, telah mencuri ciuman darimu. Jujur saja itu ciuman pertamaku."

"Hari ini saat aku mengganti bunga lagi, saat kulirik tangan dan matamu bergerak. Aku kaget langsung menekan tombol darurat dan langsung berjalan keluar. Aku mengintip ternyata kau sudah sadar dari koma, aku bersyukur dan bahagia—"

"—aku mengintip lagi, kulihat Yoongi hyung sedang berkemas. Apa secepat itu ia ingin pulang. Lalu aku bagaimana, apa aku sendiri lagi?"

"Aku sangat bahagia melihat wajah Yoongi hyung. Saat aku berjalan-jalan dilantai dasar aku melihat ia menunggu panggilan pemeriksaan. Dengan lancang aku duduk tepat disampingnya. Ia sangat imut dan lucu. Wajahnya menatap kearahku. Wajah bingungnya astaga aku benar-benar ingin memakanmu hyung."

Yoongi meneteskan air matanya lagi. Lagi-lagi gara-gara Jimin. Ia merasa kecewa kenapa Jimin meninggalkannya. Lalu dengan sigap Yoongi memeriksa kotak dan melihat alamat pengirim, ternyata dari Busan. Ia berpikir untuk menemui Jimin lagi.

.

.

.

Keesokan harinya dimana hari masih gelap, diam diam Yoongi pergi meninggalkan rumahnya. Jika salah satu pelayan atau pengurus rumah mengetehuinya pastilah ia akan dilarang. Dengan bawaan seadanya, pakaian yang khusus untuk musim dingin serta syal yang dibuatkan oleh Jimin untuknya. Selama diperjalanan ia selalu menatap navigasi didepannya, ia takut tersesat karna baru kali ini pergi kebusan.

Perjalanan yang panjang akhirnya Yoongi sampai saat pagi hari. Disebuah gang yang ia tanyakan pada seorang paruh baya tadi. Lalu Yoongi memilih untuk berjalan digang itu, tidak jauh ia berjalan seseorang sedikit jauh darinya sedang berjalan dengan pakaian berbalut sangat tebal ditubuhnya serta, syal yang warnanya sama dengan yang ia pakai. Yoongi behenti menunggu, orang itu menyadari kehadirannya. Yoongi menangis lagi, kedua manik mereka bertemu. Orang itu tersenyum lalu berjalan menghampiri Yoongi yang sedang menangis, orang itu membuka jaketnya dan memeluk Yoongi. Yoongi semakin terisak, ia pukul dada orang yang saat ini memeluknya itu,

"Kau jahat, kau bodoh Park Jimin. Bagaimana bisa kau meninggalkanku setelah mengatakan telah menyukaiku."

"Tapi kau menemukanku lagi, hyung!"

.

.

.

Tbc,

Hai, saya kembali lagi dengan judul baru, masih dengan MinYoon disaat ff lain belum dipublish lanjutannya hihi maaf. Awalnya ini adalah ff oneshot tapi mungkin akan jadi twoshot atau lebih, yahh liat aja lah nanti.

Next?... review please!

©bornsinger/mr