Rate : T

Disclaimer: Harry Potter punya , bukan punya saya

A/N: Ini fanfiction pertama saya, jadi mohon dimaklumi jika ada salah kata. Hope u enjoy!

Angst Romance

Main character : Draco Malfoy, hermione granger

Dramione

For You

Chapter 1 : Welcome to Hogwarts

Malfoy duduk di sofa coklat mahal disamping perapian sambil memandangi sekeliling ruang tamunya yang mewah. Malfoy manor.

Rumah itu mewah. Draco menghabiskan hampir setiap waktunya saat liburan disini. Kadang menelusuri seluk beluk rumahnya yang besar dan penuh rahasia. Kadang hal itu memiliki kepuasan sendiri. Walaupun sebagian besar dari rumah itu menyimpan rahasia tergelap dan mengerikan.

Ia sedang menunggu. Menunggu sesuatu yang spesial. "Ini saatnya" pikirnya. Bocah 12 tahun itu menunggu dengan sabar dari pagi.

Saat tiba-tiba terdengar suara... Sangat pelan tetapi cukup untuk membuat Draco mendongak ke atas. Ia sudah sangat siaga. Dia tahu inilah yang ia nanti.

Seekor burung hantu putih menukik turun dari jendela - jendela atas Malfoy Manor yang indah. Membawa seikat gulungan kertas di cakarnya.

Ia mendarat dengan anggun di bahu Draco. Draco melemparnya dengan beberapa biji bertie botts. Burung itu menelannya bulat-bulat dan bersandar di bahu Draco menikmati masa istirahatnya.

"Dear Mr. Malfoy we are pleased to inform you that you have been accepted to Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry" Draco tersenyum. Draco berdiri sangat tiba-tiba sehingga burung hantu itu protes krena mengganggu masa bersantainya dan burung itu terbang keluar jendela.

Ayahnya tidak ada di rumah. Ia bilang hendak ke kementrian. Tapi Draco yakin ayahnya ada di Knockturn Alley mlakukan tugas-tugas gelapnya. Narcissa sedang menyihir beberapa bawang agar terkupas dengan sendirinya saat draco berlari masuk ke dapur. Ibunya terlihat cantik dengan baju hitam sempurnanya dan rambut pirangnya yang menambahkan aksen pada matanya. Wajahnya masih terlihat muda. Kini dipenuhi ekspresi terkejut.

Tapi ia tersenyum.

Dengan segera Narcissa menurunkan tongkatnya. Menyentuh lengan Draco dan segalanya berputar dan berputar...

Hermione tahu bahwa sejak kecil dia berbeda. Ia bisa melakukan beberapa hal - hal yang dianggap beberapa temannya sangat menakjubkan. Ia tidak terkejut saat mendapat surat tersebut. Hanya kebahagiaan yang melandanya. Satu - satunya yang ia khawatirkan adalah orang tuanya, yang tampaknya. (Tentu saja jika orang tuamu adalah dokter gigi) sama sekali akan berpendapat bahwa sekolah sihir itu adalah lelucon belaka dan tidak akan mengizinkannya masuk kesana.

Namun ternyata, yang terjadi justru kebalikannya. Hermione masih mencoba mengingat dan meyakinkan dirinya bahwa ia tidak mengenakan mantra apapun pada orang tuanya saat ia menunjukkan surat tersebut. Ya. Surat bukti penerimaan siswa di Hogwarts. Dan orang tuanya mengizinkannya. Ia rasa orang tuanya mulai beradaptasi akan keanehan – keanehan yang tidak masuk akal ini.

Tapi tentu saja itu masuk akal baginya.. Sangat masuk akal...

Draco membencinya. Mungkin itu sudah sifat temurun dari ayahnya untuk membencinya. Ia tahu siapa dia. Bahkan tanpa harus menanyakan namanya. HARRY POTTER.

Draco sedang mengukur seragam barunya saat anak bertampang lugu itu (yang jelas sekali masih syok atas smua pemandangan yang dilihatnya di Diagon Alley) memasuki berusaha tidak menghiraukannya saat Madam Malkins beralih untuk membantu Harry mengukur seragamnya.

Draco keluar dari toko bersama ibunya. Narcissa tampaknya menemukan seorang kenalan lamanya dan mulai berbicara tak henti - henti. Draco tahu bila ia tetap disana, pembicaraan itu akan berlangsung selama 2 jam lebih. Maka, iapun beranjak berlari menyusuri diagon alley.

Hermione berjalan ceria sepanjang Diagon Alley bersama kedua orang tuanya (yang tentu saja tertinggal diblakang) yang linglung. Berhenti di depan segerombolan anak-anak yang tampaknya sedang mengamati dengan seksama di depan toko sapu, iapun tertarik. Sambil menjulurkan kepala untuk melihat,tanpa sadar... Hermione merasa dihantam oleh sesuatu.

Pirang. Itu yg pertama kali disadarinya. Itu satu-satunya warna yang disadarinya saat keduanya terjatuh ke lantai. Hermione bangun membersihkan debu dari bajunya, lalu menjulurkan tangan hendak meminta maaf.

"Apa yang... Bajuku jadi kotor! Dasar perempuan sialan!" Bocah itu berdiri dan menatapnya. Pipi hermione merona.. Ia sendiri tidak tahu kenapa... "Ah... Mudblood pula! Minggir!" Ia menepis tangan Hermione, berjalan cepat sambil menggerutu.

Aneh.. Hermione sama skli tidak kesal. Satu hal yang dia sadari sedang dia ucapkan di pikirannya...

"Cowok itu imut juga." dan iapun tersenyum sendiri

Hermione berlari menyusuri jalan sepanjang Diagon Alley sambil tersenyum - senyum kecil. Ia tidak sadar, bahwa hari itu adalah awal semua peristiwa paling fantastis yang akan tercatat di sejarah sihir.

To be continued...

A/N : cerita ini fiksi, dan diambil berdasarkan karakter - karakter dan setting dari harry potter. Pada buku dan film, Hermione dan Draco selalu digambarkan bermusuhan dan saling membenci tapi kupikir akan sangat baik jika keadaan itu dibalik. Ini fanfiction pertamaku hope you guys enjoy :) jangan lupa klik tombol review