CHSB (Catatan Hati Siswa Baru)

(EXO Fanfiction)

Author : parkodot

Cast : EXO's official pair (slight BTS)

Genre : Humor, Romance, School-Life

Length : 1 of 3

Desclimer : Para cast di sini resmi tercantum sebagai anak buah Bapak Lee Sooman yang terhormat. Dan Odot sengaja menyeret Chanyeol dari sana untuk dibungkus dan dibawa pulang. Alur cerita Odot dapat dari MOS yang odot jalanin sendiri kemarin. TAPI gak sepenuhnya sama ya! MASIH PARAH YANG INI KOK^^ Hehehe.

Summary : Tahun ajaran baru, Chanyeol, Kai, Chen, Zitao, Luhan, dan Lay masuk di SM Internationa High School. Awalnya baik – baik saja. Tetapi semua itu berubah saat 6 orang Tim OSIS bagian Ketertiban datang! Bagaimana suka dan duka menjalani Masa Orientasi Siswa di sana?

.

.

.

.

.

HAPPY READING! ^^

.

.

.

.

.

IF YOU DISLIKE YAOI, DONT READ THIS!

.

.

.

.

.

WARNING! TYPO JELEK ABAL GAK JELAS!

.

.

.

.

.

parkodot Presents..

.

.

.

Hari itu Senin, 14 Juli 2014. Itu adalah hari pertama, di mana siswa kelas sepuluh—sebut saja siswa baru—masuk SMA yang diawali dengan kegiatan MOS. Pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita, 'kan? MOS, Masa Orientasi Siswa. Masa di mana saat siswa – siswi dilatih untuk lebih mengenal sekolah barunya.

Sama seperti yang diterapkan pada SM International High School. Sekolah Menengah Atas terkemuka di kawasan Seoul, Korea Selatan. Tentu saja tidak mudah untuk bisa masuk ke sekolah ini. Mendaftar sejumlah 900 orang, sementara yang diterima hanya 256 siswa. Bayangkan saja…

Tetapi, hal tersebut dapat diatasi dengan mudah oleh keenam siswa asli Seoul Junior High School ini. Mereka tampan, berwajah cantik pun ada, lembut, pintar, jenius, bahkan nama mereka masuk di urutan sepuluh besar di antara 900 pendaftar—kurang apa lagi? Keenam siswa ini bisa di bilang perfect.

Mereka masuk gerbang SM International High School dengan percaya diri. Biar aku kenalkan. Mulai dari ujung kanan, tampak pemuda berkulit tan dengan rambut gelap kecokelatan. Mempunyai tatapan mata yang tajam namun memikat. Kim Jongin, atau biasa dipanggil Kai. Peraih nilai nun tertinggi nomor tiga (anggap saja di Seoul ada Ujian Nasional juga oke?), IQ dengan skor 380. Ia berada di urutan nomor 2.

Selanjutnya, tampak pemuda manis berdimple dengan kulit sehalus sutra. Mempunyai tatapan lembut, melelehkan semua yang ada di sekitarnya. Zhang Yixing, atau Lay. Masuk ke sekolah ini dengan berbekal IQ nyaris sempurna meskipun nilai ujiannya jauh di bawah Kai. Dan jangan lupa, Lay baru saja pindah dari rumahnya, Changsa, 2 tahun yang lalu. Tak heran kalau pengucapan Bahasa Korea-nya kurang fasih.

Di sebelah Lay, ada pemuda mungil bermata rusa bernama Xi Luhan. Hampir sama dengan Lay, Luhan juga berasal dari China. Bedanya, pemuda ini lahir di Beijing. Sampai di Korea karena pertukaran pelajar. Tak usah di herankan kalau ia mendapat posisi 3 diantara 900 pendaftar. Otaknya sudah kelewat encer.

Lalu ada Huang Zitao. Masih mengalir darah China juga. Wajahnya bisa terbilang paling menyeramkan di antara 6 orang lainnya. Tapi jangan ditakutkan, Tao benar – benar tipe pemuda yang berhati lembut. Mendapat posisi nomor 4 setelah Luhan. Nilai UN tinggi, IQ nyaris sempurna, prestasi bela diri tingkat Internasional menumpuk.

Pemuda berikutnya, si jenius Chen, Kim Jongdae. Meskipun ia memiliki selera humor tinggi, pemuda ini mendapat peringkat 1 di antara 900 pendaftar. Nilai UN-nya tidak nyaris sempurna lagi. Tapi benar – benar sempurna! IQ-nya tinggi. Jangan kaget kalau ia bisa masuk sekolah ini seperti layaknya anak kecil yang sedang meluncur di perosotan. Mudah.

Dan yang terakhir, yang paling menonjol di antara mereka, Park Chanyeol. Kenapa paling menonjol? Tentu saja karena tingginya yang melebihi rata – rata. Telinganya tampak lebar dari depan, sementara matanya bulat lucu. Jenius, cekatan, dan mahir dalam hal teknologi menjadi dasar bagaimana ia bisa masuk di sekolah ini. ia menduduki peringkat 6.

"Ngahaha, ciye kita sekelas…" pekik Kai saat mereka menduduki bangku masing – masing di kelas.

Lay menanggapi, "Iya. Kita gak perlu kenalan lagi, Broh.."

"Perlu lah… Ini ada 32 anak per kelas keles. Masa kita cuman ngumpul berenam mulu," Tao menyahutnya dengan sedikit sewot.

"Idie, jadi lu gak mau sekelas sama kita gitu?" kali ini Chen angkat bicara.

Tao menggeleng, "Bukan gitu juga peak"

"Sudah sudah…" Chanyeol turun tangan. Ia tidak mau melihat keributan kedua sahabatnya itu di pagi hari. Kalau ketahuan kakak kelas gimana? Rusaklah imej Chanyeol nantinya. "Lebih baik, mari kita berdoa semoga kakak – kakak kelas seperti bidadari…"

"AMIN!" mereka bersorak keras. Tidak peduli akan tatapan teman – teman mereka yang lain. Chanyeol dan kawan – kawan kemudian melakukan high-five ria. Sampai seorang dari dua siswi yang duduk di pojok depan bergosip, "apa mereka sehat?"

Lima belas menit kemudian, pembina kelas mereka datang. Ada tiga orang yang menjaga kelas ini. Ada yang berambut kemerahan dengan mimik muka yang kalem, satunya lagi bermuka ramah, dan yang terakhir bermuka polos dengan rambut yang berbelah dua. Oh, rupanya seorang Kim Jongin tidak tahan melihat muka kakak pembinanya yang terakhir.

"Selamat pagi!" sapa ketiga pembina tersebut. Seluruh isi kelas dengan kompak menjawab, 'PAGI~!'

"Baiklah, karena ini hari pertama, lebih baik kita perkenalan dulu.." si muka ramah angkat bicara. "Mulai dari saya. Nama saya Kim Taehyung, dari kelas 2 SAINS 4. Panggil saya cukup dengan salam dua jari!"

Pembina bermuka ramah—Taehyung—itu langsung mengangkat jarinya membentuk angka dua. Bahasa kerennya, V-sign. "Panggil saya V. Okesip."

"Saya Kim Seokjin dari kelas 2 SOCIAL 1. Panggil saya cukup dengan Jin."

"Dan saya, Park Jimin…" lalu membenarkan belahan rambutnya. "Dari kelas 2 SOCIAL 1. Panggil saya Jimin."

Semuanya mengangguk mengerti. Hanya Lay yang sibuk bertanya kepada Luhan. Ia sering tertukar, mana yang namanya V, Jin, dan juga Jimin. Baiklah, satu kelemahan pemuda berdimple ini. Ia memang bisa mengingat pelajaran sebanyak apapun. Tapi, ia sering lupa dengan hal yang sepele. Seperti ini contohnya.

"V sunbae yang mana, Lu?"

"Yang rambutnya kekuningan."

"Jimin sunbae?"

"Belahan dua."

"Jin tomang sunbae?"

"Gak pake tomang juga wehh.." protes Luhan.

"Oiya maap maap hahaaha…"

Luhan menyeringai, "Jadi, mana yang namanya Vi sunbae coba?"

"Aku tahu lahh~" Lay mulai pede. "Yang namanya vi itu yang—rambutnya belahan dua kann? Iya kan?"

Luhan langsung memandang Lay dengan memasang wajah malas. "Ck kau ini—"

"Salah ya, Lu?" potong Lay polos. Ralat, sok polos maksudnya. "Tuhkan gue salah lagi."

Oke, mari kita beralih dari pembicaraan Luhan dan Lay. Suasana kelas saat ini sedikit agak canggung karena banyak yang belum kenal. Mengerti keadaan tersebut, Vi tidak mau dia saja.

"Eh, kok sepi sih?" pekik Vi kemudian. "Bagaimana kalau kita kenalan satu – satu?"

Jimin mengangguk, "Benar! Biar kalian bisa lebih kenal gitu.."

"Lagian, gak enak lho kalau kelas itu mendadak sepi kayak gini." tambah Jin.

Telunjuk Vi lalu mengarah ke bangku Kai, yang duduk paling pojok di belakang. "Mulai dari kamu? Perkenalkan diri di depan."

Kai segera maju ke depan, dengan diiringi tatapan-tanpa-berkedip dari teman sekelasnya (kecuali teman se-gengnya, tentu saja)

"Annyeonghaseyo…" Kai memulai perkenalan. "Nama saya Kim Jongin dari Seoul Junior High School. Panggil saja saya Kai."

….

…..

….hening.

"Ehm, sudah, Kai?" tanya Jimin.

"Sudah, Sunbae."

"Gak memperkenalkan apa lagi gitu. Hobi, cita – cita, atau apalah.." Vi menambah pendapat. Yang direspon anggukan setuju dari Jin dan Jimin. "Ya, hobi dan cita – cita." ulang Jin.

"Hobi saya main game, cita – cita masih dicari."

….

…..

….hening lagi.

Jin mengangguk canggung, "O-oke. Boleh duduk…"

Kai pun menunduk sebentar sebelum akhirnya kembali ke bangkunya. Suasananya masih terus canggung. Vi yang paling tidak menyukai kecanggungan, mengambil tindakan lagi. "YEE TEPUK TANGANNYA MANAA?"

Prok prok prok prok…

Gemuruh tepuk tangan menggema. Mengalihkan suasana canggung yang tercipta. Vi lantas tersenyum bangga. "Oke, jadi, setelah ada yang berkenalan di depan, kalian harus tepuk tangan! Biar meriah gitu~"

"Langsung saja, lanjut. Kamu?" tunjuk Jin pada Chanyeol yang duduk di sebelah Kai.

"Nama saya Chanyeol, Park Chanyeol. Berasal dari Seoul Junior High School. Hobi sama dengan Kai, cita – cita saya belum terpikirkan."

Prok prok prok prok…

"Saya Zhang Yixing, atau biasa di sebut Lay. Asal sekolah sama seperti Chanyeol dan Kai. Hobi saya agak berbeda dari biasanya. Ada yang tau?"

"Apa itu?" tanya Vi penasaran.

"Bermimpi!" jawab Lay dengan semangat. "Hobi saya bermimpi, cita – cita saya membahagiakan orang tua!"

"Wow, cita – cita yang bagus!" komentar Jin.

"Bermimpi ya?" Jimin angkat bicara. "Berarti kamu suka tidur?"

"Gagitu juga…" Lay mendengus.

"La itu tadi kamu bilang suka bermimpi? Berarti hobi kamu tidur dong?" ucap Jimin lagi. Yang malah membuat Lay naik darah.

"Terserah!" lalu Lay kembali ke tempatnya dengan kaki yang di hentak – hentakkan.

Prok prok prok prok…

"Lanjut?"

°Nama saya Xi Luhan. Panggil saja Luhan. Sekolah asalah sama seperti Chanyeol, Kai, dan Lay. Hobi fanboyingan over my bias, cita – cita ketemu bias.."

Jin mengernyitkan dahi, "Memang siapa biasmu?"

"Michael Jackson, Sunbae!" jawab Luhan dengan semangat. Tidak sadar bahwa seluruh mata memandangnya aneh. "Sip, boleh duduk.." Jimin mulai lelah.

Prok prok prok prok…

"Halo, saya Huang Zitao. Biasanya dipanggil peach bisa, Tao bisa, Zitao bisa, Tuan Huang juga bisa," Tao berdeham. "Sekolah saya sama dengan orang – orang sebelum saya. Hobi bela diri, cita – cita jadi dokter.."

'yekali hobi bela diri tapi cita – cita dokter. Apa kabar pasiennya?' Vi mulai berimajinasi.

Prok prok prok prok…

"Saya, Kim Jongdae. Bisa panggil Chen, Jongdae, Jojong, Daedae, Ojong, Kimjong, Jedex, Bledex, dan lain sebagainya.." seluruh murid maupun pembina mulai menguap mendengar ocehan Chen. "Hobi saya masih mencari, cita – cita belum tercapai. Tunggu saja nanti kalau lulus jadi apa, itu cita – cita saya…"

Prok prok prok prok…

Setelah ceramah panjang dari Chen, perkenalan berlangsung lancar. Tidak ada pertanyaan lain atau apapun yang malah memperlama waktu berkenalan. Saat acara perkenalan diri selesai, si pembina kedua—Vi, langsung berdiri di depan kelas dengan membawa sebuah kertas.

"Baiklah. Sudah hapal nama – nama temannya?" tanya Vi. Satu kelas dengan kompak menjawab, 'SUDAHH KAKA'

"Oke, akan saya bacakan jadwal yang akan dilakukan nanti," Vi membuka kertas tersebut, dan mulai membacanya. "Jadi, setelah istirahat pertama nanti, akan diajak keliling sekolah baru kalian. Dan jangan lupakan yel – yel ya? Kalian harus punya yel – yel tiap kelas.."

"Jadi harus buat yel – yel sekarang juga, Sunbae?" tanya seorang siswi bername-tag Krystal Jung.

Vi mengangguk, "Tentu saja. Masih ada waktu sekitar sepuluh menit untuk buat yel – yel."

Kai mengacungkan tangan, dan bertanya, "Itu wajib?"

"Wajib." jawab Vi. "Yasudah. Sekarang, buruan buat yel – yelnya! Mumpung masih ada waktu."

"Eh, Vi! Tapi bukannya harus bikin pengurus kelas dulu?" tanya Jin menginstruksi.

Vi menggaruk belakang kepalanya gugup, "Oiya bener. Siapa yang mau jadi ketua kelas?"

Semuanya hening. Mendadak canggung kembali Tidak ada yang berani mengacungkan tangannya. Yah, maklum, siswa baru yang masih malu – malu kambing.

"Anyone?" tanya Jin sambil mengarahkan telunjuknya ke seluruh siswa. "Mau langsung maju, voting, atau ditunjuk?"

"Kalo pake voting lama…" lanjut Jimin. "Kita juga belum buat yel – yel. Langsung tunjuk aja ya?"

Beruntungnya seluruh kelas setuju untuk langsung ditunjuk saja. Jimin mulai membaca satu – demi satu daftar nama yang ada di tangannya. Lalu, matanya langsung tertuju pada nomor favorit, angka 15. "Kim Jongin?" seru Jimin.

Kai yang terpanggil langsung berdiri.

"Kamu jadi ketua kelas, ya?" tawar Vi.

Beruntung Kai bukanlah orang yang tidak kebanyakan ita-itu. Ia langsung menyetujuinya. Jadilah sekarang ketua kelas Kim Jongin aka Kai yang tampan.

"Oke, kalian silahkan berunding untuk bikin yel – yel. Ketua, kamu memimpin di depan sini.." ucap Vi sambil melambaikan tangan ke arah Kai. Pemuda berkulit tan itu langsung maju. Berdiri di sebelah Vi.

"Baiklah, ada yang punya ide?" tanya Jongin. "Buat kelompok saja lah. Tiap satu baris bangku membuat satu. Nanti digabung.."

Yeah, Kai memang jenius. Kakak pembinanya saja sampai tidak percaya bahwa orang ini punya kejeniusan tingkat tinggi. Seluruh siswa sibuk menggerombol sendiri tiap baris. Merundingkan tentang yel – yel yang akan mereka nyanyikan.

Hingga lima menit kemudian…

"Yel – yel kami sudah jadi!" seseorang siswi dari baris kedua mengacungkan tangan. "Kelas ini namanya Blaise Pascal kan? Sepuluh C? Ini sudah jadi lagunya~"

"Yap, boleh dinyanyikan…"

"Satu…. Dua…. Tiga!

Kami dari, sepuluh C!

Kelas kami, paling oke~

Kami yang paling kece, tentunya pasti rame,

Karna kami, Blaise Pascal!"

(nyanyinya pakai nada Tanjung Perak. Pasti cocok wkwkwk)

Baris kedua itu bernyanyi dengan kompak. Lagunya juga tidak buruk, Kai menyadarinya. Ia tidak keberatan kalau langsung menjadikan lagu itu sebagai yel – yel kelas. Kai lalu mempersilahkan perwakilan dari deret tersebut untuk menulis lirik di papan tulis.

Saat usai menuliskan lirik yel – yel tersebut, tiba – tiba ada yang mengacungkan tangan lagi—Luhan. Dari deret ketiga. Selain Luhan, ada juga Lay di dalamnya. "Ini ada saran yel – yel dari kelompok kita.."

"Silahkan dinyanyikan~"

"Yok! Satu.. dua … tiga!

Kabar gembira, untuk kita semua~

Kelas Pascal, kini ada siswanya…

Kelas Pascal, pasti slalu ceria~

Sambutlah kelas kami kelas Pascal!

PASCAL?! Good~"

"Ngahahah! Demam mastin!" pekik Chanyeol yang entah kenapa ia tertawa sampai mukanya kusut. Disusul dengan teman – temannya yang lain, termasuk kakak pembinanya juga ikut tertawa. "Lucu tuh! Bagus baguss!" puji Vi sambil bertepuk tangan.

"Jadi, pakai yang mana nih gaaaiiisss?" tanya si ketua kemudian. "Yang yel – yel pertama atau yang kedua?!"

Seluruh siswa kompak menjawab, "DUAAA~~!" (mungkin kalau didengarkan nyaris mirip dengan iklan mie instan)

"Okesip! Ketua kelas! Pimpin nyanyi!" perintah Jin sambil senyum sumringah.

Kai langsung mengangguk dan mempersiapkan diri. Ia mencoba menarik nafas panjang, menempatkan dirinya dengan posisi yang paling nyaman, merem melek untuk merilekskan badan, dan menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan Kai terangkat dua – duanya, "Ayo kita nyanyi teman – teman! Satu….. dua…. ti—

'Kabar gembira, untuk kita semua~'

"LAH, YEL – YEL KITA DINYANYIIN KELAS SEBELAH WOYYY!" Lay memekik aLay. Mendengar kelas sebelah ikut membawakan lagu mastin untuk kelasnya, orang itu jadi kalang kabut sendiri. "ADUH INI GIMANA? KOK SAMA SIH? KITA UDAH SUSAH SUSAH BIKINNN EDEWWW"

"Woles, Lay… Woles…." ucap Luhan sambil menepuk – nepuk punggung Lay. Mencoba menenangkannya. Sementara Chanyeol, Chen, dan Zitao—mereka malah menutup muka rapat – rapat sambil berharap bahwa itu bukan Lay.

"Sebentar ya.." Vi langsung mengambil langkah untuk mampir ke kelas sebelah. Berhubung ada pintu di dalam kelas yang menghubungkan, si kakak pembina itu langsung membukanya. "EH WOY KOK SAMA?"

"Sama apanya?" sahut pembina kelas sebelah.

"SAMA YEL – YELNYA ISHH"

"Yeh, kita kan yang bikin duluan!"

"MASTIN PUNYA KELAS GUE DULUAN WEHHH"

"Tapi kita yang bikin duluan kelesss"

"AKU KUDU PIYEEE?"

"Punya kelas lu ganti lah.."

"Enak banget kalo ngomong kampayy"

Brak!

Vi lantas membanting pintu itu karena emosi. "Trus gimana ini? Masa iya diganti? Sudah bagus mastin padahal…"

"Tenang, Sunbae…" Chen menghampiri Vi dengan raut wajah penuh wibawa. "Mastin bukanlah kolor limited edition yang patut dibuat rebutan. Masih ada yel – yel satunya kan?"

"Kolor limited edition ya….." Jimin termenung sendiri. "Emang ada?"

"Ada dong. Mulai dari merek terkenal sampai barang bekas. Minat? Bisa dipesan di nomor—"

"Sales kolor ya?" tanya Jin mulai emosi. Chen tidak jadi melanjutkan kata – katanya. Ia hanya nyengir kuda dan kemudian kembali ke tempat duduk. "Oke, jadi gimana?" Jin menanyakan kepastian.

Kai yang awalnya tercengang mendengar adegan jualan kolor limited edition ala Kim Jongdae itu langsung tersentak, "Ehe.. Pakai yel – yel pertama aja lah Kak.."

"Yel – yel pertama? Setuju ya semuanya?" ucap Vi. Amarahnya sudah terkendali. Ia sendiri sebenarnya tidak menyangka bahwa emosinya bisa naik gara – gara mastin.

Seluruh kelas akhirnya menyetujui keputusan tersebut. Kai kemudian berkata, "Karena ini terlalu pendek, jadi ini yel – yelnya dinyanyikan dua kal—

BRAKK!

Perkataan Kai terpotong saat mendengar pintu kelas didobrak dengan keras. Segerombolan orang berseragam sama seperti kakak pembinanya, masuk dengan langkah yang begitu angkuh. Kalau dihitung, jumlahnya ada enam orang. Kai yang masih berdiri di depan malah semakin mematung.

Yang menjadi pertanyaan...errr...

S-siapa mereka?

.

.

=TBC=


YO YO YO! Odot bikin ff baru nih!

Bener emang, odot baru masuk SMA. Trus dikasi MOS yang kurang lebihnya mirip seperti ini/? Sebenernya ini curahan hati odot dan kawan - kawan sih. Tapi, di ff ini perlakuannya lebih kasar ketimbang aslinya. lol wkwkwk

awalnya mau buat one-shoot. tapi karena kependekan akhirnya bikin dua chapter. eh, ternyata lebih panjang lagi. yaudah dipanjangin lagi jadi tiga chapter kekeke xD

kok malah curhat ya?

oke abaikan.

LAST, mind to review? bbuing bbuing~