Disclaimer : Masashi Kishimoto-sensei
Warning : OOC(Buaanggeet), TYPO juga, GaJe Abeeezz... Boy x Boy
SasuNaru! (Of course!)
Terinspirasi dari fic Miyu di pair yang lain, trus... terinspirasi dari sosok paman Miyu yang ada di london,
Paman Sherlock Holmes... hehehe
Happy Reading Minna-Chaan
Muach :*
n jangan lupa read n Review-nyaa
.
.
The Dark Presdir and The Yellow Detective
.
.
.
"Tou-san, aku ingin kembali SMA lagi." Kata seorang laki-laki berambut raven dan bermata onyx. Wajahnya tidak menyiratkan ekspresi, hanya datar dan bibirnya terkatup rapat setelah mengatakan satu kalimat itu.
"HAH?! SMA lagi?" pekik laki-laki paruh baya yang ternyata adalah ayah si raven.
Si raven hanya mengangguk pelan, masih tanpa ekspresi.
"Kau itu sudah menjadi professor, Sasuke, untuk apa kau ingin kembali menjadi murid SMA?" tanya ayahnya dengan lembut. Kedua tangan keriputnya yang berwarna putih itu menggenggam lembut tangan anaknya itu.
Si raven yang bernama Sasuke itu masih diam menatap laki-laki paruh baya yang sudah membesarkannya dari kecil itu.
"Aku ingin merasakan yang namanya jatuh cinta, Tou-san." Kata Sasuke sambil ikut menggenggam tangan ayahnya dengan lembut.
Mendengar hal itu ayah Sasuke -Fugaku Uchiha- terbelalak kaget, kemudian memalingkan wajahnya.
"Hm, nanti Tou-san carikan." Kata Fugaku datar sambil terus berpaling untuk tidak melihat wajah serius yang di tampilkan oleh Sasuke.
"Ck, Aku ingin menentukan pilihanku sendiri, Tou-san. Apakah Tou-san mengkhawatirkan perusahaan kita? Tenang saja, aku tidak akan melalaikan tugasku." Kata Sasuke lagi dengan penuh keyakinan. Mata onyx-nya menatap lurus wajah sang ayah yang hanya berjarak 40 senti darinya itu.
Sang Ayah kembali mengarahkan tatapannya pada putra bungsunya itu, kemudian ia mendengus kesal yang terlihat dibuat-buat.
"Ck, lakukanlah! Kalau kau sudah menemukannya, kau harus segera menikah dengannya." Kata Fugaku sembari menatap ke sampingnya, mencoba mengalihkan kembali tatapannya dari putra bungsunya itu.
Sasuke menyeringai mendengar penuturan sang ayah, kemudian ia mengelus lembut tangan yang sudah mulai hilang kekencangannya itu.
"Tentu saja, aku tidak suka menunggu terlalu lama." Kata Sasuke sambil menarik ujung bibir kanannya membentuk seringai yang sekarang bertengger di wajah tampannya.
.
Other Side...
Seorang laki-laki berambut kuning tampak sibuk dengan handphone-nya yang sekarang berada di tangannya. Wajahnya sesekali terangkat sambil mengeluarkan gelak tawa yang menyenangkan.
"Oy, kau ini kenapa sih?" tanya seorang pemuda berambut nanas sambil mendorong bangku si kuning dengan sebal, karena tidurnya terganggu oleh gelak tawa oleh pemuda bersurai kuning itu.
"Bweek! Suka-suka aku dong, Shikamaru!"
Si kuning menoleh sebentar, kemudian kembali melanjutkan acara tertawanya.
"Ck, Mendokusei. Bilang saja kau kesepian karena tidak punya pacar." Kata laki-laki berambut nanas yang bernama Shikamaru itu.
"Whaaat?!" seru si Kuning sambil berdiri dari tempat duduknya.
Iris safirnya menatap nyalang Shikamaru yang masih malas-malasan untuk mengangkat kepalanya.
"Iya Naruto, Shika benar! Kau mengalihkan duniamu yang sepi tanpa pacar itu dengan menonton acara komedi, kan?" tebak seorang laki-laki bertato segitiga di pipinya, Kiba.
Laki-laki berambut kuning yang bernama Naruto itu mengalihkan irisnya ke arah Kiba yang bertengger manis di lengan Shikamaru.
"Cih, enak saja. Aku punya pacar, Tahu!" cerocos Naruto sambil menunjuk wajah Shikamaru dan Kiba bergantian.
"Halaah, siapa sih yang tidak tahu kalau kau itu pecundang dalam masalah cinta? Ya... meskipun kau itu detektif hebat." balas Kiba sambil berusaha menahan tawanya. Bibirnya mencibir Naruto yang sudah menumbuhkan tanduknya yang ketiga.
.
Naruto Namikaze, seorang murid KHS yang terkenal karena kecerdasan otaknya dalam hal kasus atau bisa dibilang detektif yang baru mengembangkan sayapnya. Ia tinggal bersama keluarganya yang terbilang sederhana, karena ayahnya hanya karyawan biasa di Uchiha Corp. Meski ia selalu membantu kepolisian, ayahnya selalu melarangnya untuk meminta imbalan dari mereka, karena ayah Naruto merasa kalau kemampuan hebat yang dimiliki anaknya hanya semata-mata untuk membantu sesama. Meskipun begitu, Pihak Kepolisian Konoha selalu memberikan imbalan atas apa yang Naruto lakukan dalam kasus-kasus yang terjadi di Konoha.
Ya... Meskipun ia memiliki kemampuan yang hebat dalam hal penyelidikan, ia tetap saja pecundang dalam hal cinta. (Ya... tidak ada manusia yang sempurna...) Itulah hal yang menjadikan dia sebagai bahan ejekan teman-temannya.
#Poor Naruto.
.
.
Other Side...
.
"Nah, sudah selesai. Apakah kau yakin mau sekolah dengan dandanan seperti ini?" tanya Mikoto sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada setelah 'merias' Sasuke dengan sedemikian rupanya.
"Ya, aku ingin mencari orang yang bukan melihatku dari wajah dan keluarga." Kata Sasuke sambil beranjak dari tempat duduk berukir lambang klan Uchiha di belakangnya itu.
"Ya, semoga hari-hari mu menyenangkan, Suke-Chan... dan ingat! Jangan sampai kau melalaikan tugasmu di kantor!" kata Mikoto sambil mengacungkan telunjuknya dihadapan wajah Sasuke.
"Hn." Kata Sasuke sambil berlalu dari hadapan ibunya itu.
Sekilas ia melewati cermin besar yang ada di ruang tamu rumahnya.
Onyx-nya membulat tak percaya. Sasuke Uchiha yang berwajah tampan dengan sejuta pesonanya berubah menjadi Sasuke yang cupu dengan gigi yang sedikit maju karena behel yang sengaja ibunya pakaikan, agar kesan lugunya terlihat.
"Good Job, Mom!" Kata Sasuke sambil melangkah melewati cermin besar itu.
.
.
"Huh! Kau ini suka sekali mengolok Naruto, Kiba." Kata Seorang Laki-laki bertato 'Ai' di dahi itu sambil menatap Kiba dan Shikamaru bergantian.
"Hehehe... kau memang baik, Gaara." Kata Naruto sambil berusaha merangkul si pemilik surai merah bata itu.
Namun, niatnya tak tersampaikan, karena sebuah tangan putih menarik lengannya dengan kasar.
"Jangan coba-coba menyentuh panda-ku, kuning!" seru seorang laki-laki berambut coklat panjang yang sekarang tengah menatap tajam iris safir Naruto, membuat nyali si detektif konoha ini menciut seperti kerupuk yang di siram air.
"Kau benar-benar berlebihan Neji." Kata Gaara sambil menutup buku yang dari tadi ia baca.
'Go...gomen, ne... senpai..." kata Naruto sambil menundukkan kepalanya, karena merasa ciut menghadapi ketua osis, sekaligus pacar temannya yang bernama Gaara itu.
Neji diam kemudian menepuk kepala Naruto dengan lembut.
"dasar, begitu saja sudah membuatmu mau menangis." Kata Neji, karena ia merasa suara Naruto tadi terdengar lirih dan bergetar.
"Enak saja!" seru Naruto sambil menepis kasar tangan putih itu dari kepalanya.
Neji men-deathglare Naruto dengan deathglare paling menyeramkan se-KHS.
"Hentikan, Neji. Kasihan dia, karena tidak ada pacar yang bisa melindunginya." Kata Gaara sambil tersenyum mengejek ke arah Naruto yang mendengus kesal berkali-kali.
BRAK!
"Hei, aku ini punya pacar, Tahu!" kata Naruto kesal sambil menggebrak meja Shikamaru sampai membuat pemuda bersurai nanas itu spontan mengangkat kepalanya.
"Cih, omong kosong." Kata Kiba sambil berdecih mengejek.
"Aku serius, Kiba!" kata Naruto setengah berteriak, karena kesabarannya sudah diambang batas.
"Haha... sudahlah, Naruto... mungkin sampai tua nanti kau tetaplah jomblo sejati." Kata Kiba sambil menepuk pundak Naruto dengan prihatin membuat teman-temannya tadi tertawa keras karena tidak bisa menahan tawa mereka. Bahkan, si ketua osis yang terkenal dingin itu pun, tertawa puas mendengar perkataan Kiba.
Sedangkan Naruto? Wajah tan eksotis miliknya terdapat guratan merah menahan amarah.
Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu...
"Aku ini punya pacaaaarrr! Pacar ku itu sudah menjadi professor di umurnya yang ke-20 tahun, presdir hebat sebuah perusahaan, si Jenius yang berwajah sangat tampan. Kaya raya... dan... benar-benar kereeen!" Teriak Naruto kesal. Iris safirnya menatap sebal teman-temannya yang tidak bisa berhenti tertawa. Apalagi gelak tawa mereka semakin keras karena mendengar ocehan bodoh dari bibir merah milik Naruto.
"sebutkan perusahaan pacarmu itu, humph...!" kata Shikamaru sambil menutup mulutnya menahan tawa.
Naruto terbelalak.
'aduh, nanti ketahuan kalau aku bohong... uhm... ayo berpikir... AHA!'
Naruto mengangkat alisnya sebelah dengan angkuh, kemudian menyeringai setan dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.
"Uchiha Corp! Tidak mungkin kalian tidak mengenal perusahaan itu, kan?" kata Naruto dengan sombong. Seringai kemenangan bertengger di bibir manisnya.
Teman-temannya yang awalnya tertawa riang, langsung terdiam setelah mendengar Naruto menyebutkan nama perusahaan pacar (khayalan)nya itu.
"Wah, kau berani, ya... kami tahu kau berbohong, tapi.. seleramu tinggi sekali..." kata Kiba sambil tersenyum mengejek.
Mendengar kebohongannya ketahuan, Naruto langsung pucat, dan memilih kembali duduk di kursinya dengan wajah yang frustasi mengutuki dirinya yang dengan bangga menyebutkan perusahaan ternama itu.
Karena... Cuma perusahaan itu yang terlintas dibenaknya, ayahnya kan bekerja menjadi salah satu karyawan yang ada di sana. Apalagi, perusahaan itu sering di sebut-sebut di koran, televisi, majalah dan banyak media lainnya. Oh iya! Jangan lupakan juga presdir perusahaan itu yang super jenius dengan predikan professor yang disandangnya ketika umurnya baru genap 20 tahun. Serta banyak kabar yang tersiar bahwa presdir ini memiliki wajah yang sangat tampan dengan rambut dan iris hitam kelam yang dapat membuat jutaan kaum hawa meleleh dalam sekali pandang.
.
.
"Hei, ada Kakashi-sensei!" seru seorang siswa sambil melambaikan tangannya untuk menyuruh teman-temannya kembali ke tempat.
BRAK... BRUGH... DUESH...
Begitu gaduhnya kelas itu ketika mendengar nama guru mereka disebutkan, sampai terdengar suara pintu kelas mereka terbuka menampilkan sosok laki-laki yang wajahnya tertutup sebagian oleh masker berwarna biru, dia tidak sendirian, di belakangnya ada seorang laki-laki yang berseragam KHS berambut hitam kelam yang tersisir rapi.
"Nah, kalian kedatangan teman baru." Kata Kakashi setelah duduk di kursi guru.
Diam sejenak, kemudian...
"Hahahaha...haha..."tawa seisi kelas langsung meledak ketika melihat siswa baru yang penampilannya seperti tinggal di zaman dulu itu.
"Norak! Cupu! Hahaha..."
Naruto mengernyitkan alisnya ketika mendengar tawa yang terdengar meledek itu. Setelah itu, Ia langsung menoleh dari acaranya melamunnya mencoba mencari tahu bahan ledekan teman sekelasnya itu.
"HEH?!" Naruto terperangah melihat sosok laki-laki berambut hitam yang tersisir rapi di depannya itu. Ia menggelengkan kepalanya karena mendengar tawa hinaan dari mulut teman-temannya itu yang ia yakin di tujukan kepada laki-laki berambut hitam rapi yang sedang berdiri dengan wajah yang terangkat angkuh.
Naruto juga merasa heran dengan laki-laki yang berada di depan kelasnya itu, ia tampak acuh dengan tawa-tawa yang ditujukan kepada dirinya itu, bagaimana tidak? Bukan hanya model rambut laki-laki itu yang menjadi bahan cemoohan, tapi seluruh yang ada di dirinya sekarang. Rambut hitam yang tersisir rapi, kacamata besar dan tebal yang hampir menutupi pipinya yang berwarna putih porselen, euhm... kawat giginya yang tampak menonjol membuat bibirnya terlihat maju beberapa senti, serta bajunya yang dimasukkan kedalam celananya membuat ia semakin terlihat aneh di mata siswa/siswi kelas 2 A sekolah KHS yang suka berpenampilan asal-asalan.
"Sudah cukup!" seru Kakashi setengah berteriak. Ia menatap murid kelasnya dengan kesal, karena sudah menertawai teman baru mereka sendiri.
"Nah, Sasuke-kun. Perkenalkan dirimu." Kata kakashi dengan lembut sambil menatap wajah siswa barunya itu.
Tapi..
"Tidak perlu." Katanya dengan ketus. Ia menunduk dengan hati yang benar-benar dongkol.
"Ee..., ya sudah, silahkan duduk di... em... ya, di samping laki-laki yang berambut kuning itu." Kata Kakashi sambil menunjuk ke arah Naruto yang sedari tadi diam mengamati siswa baru itu dengan mata yang menyelidik.
Siswa cupu yang bernama Sasuke itu langsung berjalan dengan wajah tanpa ekspresi, meskipun banyak diantara teman barunya itu menatap jijik ke arahnya.
"Wah, namamu Sasuke, ya! Ayo silahkan duduk!" seru Naruto sambil tersenyum senang menyambut teman barunya itu.
"Tak usah sok baik padaku, Dobe!" kata Sasuke sambil duduk di tempat duduk yang berada di samping Naruto.
Naruto yang mendengar hinaan pedas dari mulut Sasuke mendengus kesal, tapi beberapa detik kemudian ia mengulurkan tangannya dengan riang ke arah pemuda cupu beriris onyx di sampingnya itu.
"Aku Naruto Namikaze, salam kenal." Kata Naruto sambil memasang senyum lima jari miliknya.
Bukannya mendapat perlakuan baik, Pemuda beriris onyx itu menggeram pelan seraya menepis tangan Naruto dengan kasar.
"Aku tak pernah bertanya siapa namamu, Dobe." Kata Sasuke datar namun terdengar begitu menusuk di telinga Naruto.
"Hoi, memang apa salahnya kalau aku mengajakmu berkenalan Hah?! Dasar Teme!" kata Naruto sambil menunjuk-nunjuk wajah Sasuke yang masih datar. Ia tidak sadar, kalau ia sudah berdiri dengan tangan kiri terkepal di samping pinggangnya.
"Naruto, kau tidak boleh bicara kasar dengan Sasuke-Sam..." bentak Kakashi yang langsung menutup mulutnya, karena hampir saja ia menyebut embel-embel yang membuat pemuda cupu yang tengah diam itu akan menendangnya.
"Ah sudahlah." Kata Naruto sambil kembali duduk di tempatnya.
.
"Ah! Sialan, Sejarah lagi, sejarah lagi! Tuhaan... semoga ada yang mau memberikanku contekan tugas sejarah ini..." kata Naruto sambil menengadahkan kepalanya menatap atap-atap kelasnya dengan penuh harap.
Tiba-tiba...
PLUK!
Sebuah buku bersampul biru dongker terlempar ke arahnya, bukan! Lebih tepatnya sengaja dilemparkan ke arah kepalanya.
"Woy! Siapa yang melempar buku ini!" pekik Naruto kesal sambil mengusap kepalanya yang terasa nyeri itu. Iris safirnya menatap kesekeliling berharap menemukan pelakunya. Tapi sayangnya, ia tidak mendapati seorang pun yang bertindak mencurigakan. Akhirnya matanya teralih ke buku yang kini berada di tangannya itu.
...Sejarah...
...Sasuke U...
"Cih, kau ini, TEME!..." geram Naruto sambil membuka buku PR Matematika milik pemuda cupu yang duduk di sampingnya dengan wajah tanpa ekspresi.
Iris safirnya membelalak saat mendapati deretan angka yang ditulis dengan rapi di halaman terdepan buku itu.
'Hah?! Dia sudah selesai? Mustahil!' Gumam Naruto sambil menatap heran ke arah pemuda cupu yang terkesan dingin itu.
"Kemarikan buku tugasku, Dobe!" katanya sambil menengadahkan tangan porselennya di hadapan Naruto.
"E.. hehehe... Teme, boleh.. ya..? boleh, ya kalau aku..."
Naruto menggigit bibir bawahnya menahan malu, karena detektif sepertinya meminta dipinjamkan buku tugas Sejarah dari seorang siswa yang keberadaannya baru 2 jam di kelasnya ini.
"Hn, cepat!" katanya sambil menarik kembali tangannya dan menyilangkannya di depan dadanya.
"Horeee!" seru Naruto sambil beranjak memeluk Sasuke dengan erat, karena Naruto punya kebiasaan memeluk orang tanpa sadar, kalau ia sedang senang. (example : kasus Gaara yang tadi)
Pemuda berambut hitam kelam itu terkejut bukan main, baru kali ini ia merasakan jantungnya hendak pecah. Mungkin karena ia di peluk tiba-tiba oleh pemuda pirang beriris safir yang baru di kenalnya 2 jam yang lalu.
Setelah puas memeluknya, Naruto kembali ke tempat duduk dengan senyum riang yang menghiasi wajah tan manisnya. Tangannya mulai bergerak dengan mata yang sesekali melihat ke arah buku yang terbuka lebar di depannya itu.
"Teme, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tulis milik Sasuke.
"Hn," hanya itu jawaban yang keluar dari bibir Sasuke.
"Apakah kau berasal dari keluarga 'Uchiha'?" tanya Naruto dengan polos. Wajah tannya teralihkan menatap wajah porselen yang ada di sampingnya itu.
Mendengar pertanyaan Naruto tadi, mata Sasuke langsung terbelalak, namun ia dapat menutupi keterkejutannya secepat mungkin agar orang yang bisa mengetahui marganya itu tidak semakin curiga.
"Bukan." Kata Sasuke sambil menggeleng singkat seperti orang yang tidak peduli.
Naruto mendekatkan wajahnya mencoba menatap mata onyx yang ada di depannya itu dengan penuh selidik.
"Kau serius?" tanya Naruto lagi, matanya menyipit penasaran ke arah Sasuke yang tidak terlihat gugup itu.
"Dasar Dobe, dapat asumsi dari mana kalau aku Uchiha? Semua Uchiha itu tampan-tampan. Tidak ada yang aneh seperti aku." Kata Sasuke sambil mengalihkan pandangannya pada sebuah buku tebal yang sedari tadi bertengger di tangannya.
"Hum, tapi aku yakin kalau kau Uchiha, dari ini..." kata Naruto sambil memegang rambut hitam Sasuke yang tertata rapi.
"Lalu, ini!"
Naruto menunjuk iris onyxnya.
"Hmm.. ini!"
Naruto menyentuh tangan Sasuke yang berwarna seputih porselen itu.
"Dan juga ini!"
Naruto menunjuk nama Sasuke yang ada di buku tugas sejarah milik Sasuke.
DHEG!
"Cih, kau pikir hanya Uchiha yang memiliki ciri-ciri itu?" kata Sasuke sambil mengangkat kedua alisnya seperti meremehkan jawaban Naruto.
Melihat tatapan yang menghina dari Sasuke, Naruto mendengus kesal sambil menggembungkan pipi imutnya.
"Tentu saja! Tidak ada keluarga manapun yang berambut dan bermata sehitam Uchiha." Kata Naruto sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Oh ya? Keluarga Shimura?" kata Sasuke sambil mendongakan wajahnya dengan angkuh.
"Cih, kau ini buta, ya... Teme? Mata keluarga Shimura sedikit coklat, meskipun tidak kentara jika tidak diperhatikan dengan seksama." Kata Naruto sambil mengangkat bahunya, kemudian ia kembali menulis.
'Sial! Siapa si Dobe ini sebenarnya? Seperti detektif.' Kata Sasuke sambil menatap datar ke arah Naruto yang asyik dengan pekerjaannya sekarang.
"Oh iya, kau ini... bukan orang yang cupu, kan?" kata Naruto lagi dengan enteng, membuat laki-laki yang berada di sampingnya mati kutu, karena ia berusaha mempertahankan mode 'datar'nya yang runtuh seketika karena orang yang ia anggap 'dobe' itu, ternyata benar-benar cerdas.
'Sial!' rutuk Sasuke di dalam hati.
"Apa maksudmu,Dobe?"
Naruto hanya melirik sekilas, kemudian melanjutkan acar tulis menulis di buku tugas miliknya yang berwarna hitam-oranye itu.
"Ya... kau bukan orang cupu! Terbukti dari ini!" kata Naruto sambil menyentuh bahu Sasuke yang tegap dan indah.
"Lalu ini!"
Naruto melepas kacamata Sasuke dan mengamatinya.
"Hentikan!" seru Sasuke sambil menarik kembali kacamatanya yang berada di tangan Naruto.
"Untuk apa kau menyamar, hm?"
Kini Naruto menatapnya dengan intens seperti seorang hakim yang hendak menghukum terdakwa.
"Kalau kau kembali bertanya, aku akan mengambil kembali bukuku!" ancam Sasuke sambil mengalihkan wajahnya, mencoba menghentikan keheranannya dengan pemuda manis bermata safir di sampingnya itu. Ia kembali berkonsentrasi membaca buku tebal berjudul 'The Management of Business'.
"Hm... iya... iya... Teme, aku tidak akan bertanya lagi." Kata Naruto sambil mengangguk patuh seperti kucing yang dimarahi oleh majikannya. Ia kembali menggerakkan tangannya menyalin tugas sejarah yang dipinjamkan oleh Sasuke.
.
.
.
TBC
To
Be
Continued...
Read n Review-nya ya... Minna-chaan...
Muaaach :*
n Met UN Buat yang melaksanakan!
