Perjodohan. Aku benci dengan keadaan itu. Keadaan di mana orang tuaku dengan tidak berperasaannya memisahkanku dengan orang yang kucintai dan menjodohkanku dengan anak rekan bisnisnya hanya untuk keuntungan perusahaan mereka. Mereka hanya memikirkan materi duniawi. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang ku mau untuk kebahagiaanku di masa depan. Dan, hei! Aku sama sekali tidak mengenal namja itu! Kenapa kami dijodohkan? Sehunnie, mianhae. Jika seandainya kau merindukanku, datanglah ke taman dandelion kita. Tempat yang menumbuhkan cinta kita. Tempat yang penuh kenangan. Saranghae, selamanya akan selalu begitu… selamat tinggal…

.

.

.

"Aku mencintaimu, Luhan! Tolong, jangan suruh aku menjauh darimu!"

"Tapi aku tidak mencintaimu, Sehun-ssi! Menjauh dariku!"

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Walaupun kau menyuruhku pergi, aku tak akan pergi. Aku mencintaimu, Luhan! Kau benar-benar tahu itu, kan?"

"Sudah kubilang aku tidak mencintaimu! Tidak akan pernah! Menjauhlah. Pergi dari hadapanku dan jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapanku. Aku sangat membencimu. Aku muak melihat wajahmu"

"Kenapa aku harus pergi? Kemarin kau bilang kau mencintaiku, mengapa hari ini kau bilang kau membenciku? Aku tahu kau mencintaiku, Luhan-ah, tolong maafkan aku jika aku mempunyai salah padamu, beri aku satu kesempatan untuk bersamamu, membahagiakanmu… Luhan-ah, jangan seperti ini. Katakan, sebenarnya ada apa?"

.

.

.

"Sepertinya keadaannya bertambah parah. Koma yang dijalaninya sejauh ini mengakibatkan ginjalnya tidak dapat berfungsi lagi akibat obat-obatan yang kami berikan. Kami sedang mengupayakan untuk mendapatkan donor ginjal secepat mungkin. Anda hanya perlu berdoa agar kami dapat pendonor tersebut"

"Uisa-nim, seandainya pihak rumah sakit tidak mendapatkan pendonor tersebut, saya rela mendonorkan ginjal saya. Apapun, akan saya lakukan. Saya… ingin dia tetap hidup meskipun harus mengorbankan nyawa saya sendiri"

"Itu tidak mungkin, Sehun-ssi. Pendonor seharusnya adalah orang yang baru saja meninggal dan menyatakan rela untuk mendonorkan bagian tubuhnya ke orang lain. Kalau pendonor nya adalah orang yang sehat, itu terlalu beresiko. Kami takut akan terjadi kegagalan dan menyebabkan ada nyawa yang melayang. Tolong mengerti itu, Sehun-ssi"

"Tolong, Uisa-nim. Untuk kali ini saja, saya memohon dengan sangat. Biarkan saya mendonorkan ginjal saya kepada Luhan. Apapun resikonya akan saya terima. Saya sangat mencintainya"

.

.

.

"Sehun, kami meminta maaf. Kami menyayangi Luhan dan selalu mengatur hidup Luhan dengan menjodohkannya dengan orang lain agar hidupnya di masa depan terjamin. Kami tidak tahu akhirnya akan seperti ini. Jika Luhan bahagia bersamamu, kami akan memberikan kalian restu sepenuhnya. Kami hanya ingin melihat Luhan bahagia. Dan kebahagiaannya, ada padamu. Kami memercayaimu, Sehun-ah. Bahagiakan dia. Kau tidak perlu mendonorkan ginjalmu pada Luhan. Aku saja yang melakukannya. Lagipula aku sudah tua. Mungkin sebentar lagi aku akan ke surga. Kau… jagalah Luhan dengan baik. Perusahaan akan kuwariskan kepadamu dan Luhan, kau dapat memimpin perusahaan itu nanti"

"Tapi, appa…"

"Tidak apa, Sehun… aku rela melakukannya. Ini demi menebus kesalahanku yang menyebabkan Luhan seperti ini. kau tak perlu merasa bersalah, akulah yang bersalah di sini. Maafkan aku.."

.

.

.

"Anda tidak perlu mendonorkan ginjal anda, tuan Xi. Karena rumah sakit kami menerima donor ginjal dari seseorang yang memang sudah meninggal dan bersedia mendonorkan organ tubuhnya kepada orang lain. Anda hanya perlu berdoa agar tubuh Luhan tidak menerima penolakan atas ginjal tersebut. Operasinya akan dijalankan tiga hari dari sekarang"

.

.

.

"Saranghae, Sehunnie…"

"Nado saranghae, Luhannie…"

TBC or delete?