*Lucy POV*
Pagi ini, aku dudukd di taman dekat academy kemiliteran Fairy Tail. Aku membawa novel ditanganku dan juga iphone berwarna putih yang terpasang headset yang akan menemaniku agar tak bosan beberapa saat kedepan. Aku menunggu seseorang pagi ini.
.
.
.
.
Fairy Tail Hiro Mashima's property
.
.
.
.
'Sebentar lagi …' pikirku sambil melihat jam tangan yang masih menunjukan pukul10 pagi. Aku duduk dibangku taman sambil mendengarkan lagu dari iphone ku. Tak lama setelah itu, aku lihat beberapa murid academy dengan seragam berwarna hitam panjang yang memiliki kerah tinggi, dan juga celana hitam panjang mulai keluar dari gedung besar berwarna putih.
Mata ku menelurusi mereka, mencari-cari sosok yang kutunggu. Tak lama setelah itu , aku melihat seorang pemuda tinggi dengan tubuh muscular keluar dari gedung.
.
.
.
.
.
Warning: OOC, Miss typo,Gajeness
.
.
.
.
Aku tersenyum kearahnya, dan dia melambaikan tangannya kearahku. "Yo! Sudah lama?" sapa pemuda dengan rambut metal blue itu. "Ya, lumayanlah…" kataku sambil membuka headset yang terpasang ditelingaku. Angin pagi inipun berhembus lembut, senada dengan matahari yang terasa hangat. "Gray! Lucy!" sapa seorang wanita dengan seragam hitam panjang dan juga rok hitam pendek. Rambut scarlet panjangnya terlihat menari dibelakangnya seraya dia berlari kecil.
.
.
.
.
.
Aku akan nyampah lagi disini!
.
.
.
.
"Lucy,apa kabarmu?" tanya Erza sambil tersenyum."Aku baik, terimakasih! Oh iya! kudengar kalian akan bertunangan?" kataku sambil menunjuk kearah Gray dan Erza yang wajahnya sudah bersemu merah. "B-baru rencana kok…hahahha" tawa Gray garing. Aku tertawa geli saat melihat Erza dan Gray yang saling pandang dengan wajah memerah.
Tiba-tiba, terasa tangan hangat yang memeluk dari belakang, dan membuatku meloncat karena kaget.
"H-hey!" bentakku pada seorang pemuda yang masih memelukku dengan erat dan tak berniat melepaskannya.
.
.
.
.
.
Tadaima! Minna-san~!
.
.
.
.
"Salah sendiri kau tak menyapaku, malah sibuk dengan dua pasangan aneh ini!" keluh Natsu sambil menunjuk Erza dan Gray yang sudah mengeluarkan pisau kecil dan siap membunuhnya. Aku tersenyum kecil, lalu mengelus kepalanya.
.
.
.
.
Alia DragFillia present
.
.
.
.
"Okaerinasai, Natsu…" aku bisa mendengar sura tawanya yang terdengar lembut. Aku tahu dia sedang tesenyum sekarang walau aku tak melihat wajahnya.
.
.
.
.
STAY
.
.
.
"Tadaima, Luce~" balasnya dengan suara yang menenangkan hatiku. Seperti biasa, di pagi hari yang cerah inipun, aku memulai hariku, dengan mereka.
-Normal POV-
"Jadi, masa pelatihan kalian sudah selesai?" tanya Lucy sambil menelan potongan cheese burger. Mereka sedang berkumpul di sebuah cafe tempat mereka biasa makan siang sejak mereka SMP. "Ya, jadi kami bisa pulang. Tetapi kami rasa, kami tak bisa tenang." kata Gray dengan helaan nafas berat.
"Karena ada rencana kami akan dikirim untuk menjaga perbatasan." Kata Erza menambahkan, lalu meminum soft drinknya. "Tim kami dipilih untuk melakukannya. Tetapi belum resmi sih." sahut Gray yang membuat rasa khawatir pada hati Lucy semakin jadi. Lucy melirik kearah Natsu yang sedari tadi diam saja. "Kau tak memberitahuku!" protes Lucy pada tunangannya yang sedang melamun keluar jendela.
Natsu menoleh kearah Lucy lalu menunjukan grisnnya. "Masa? hahahaha…maaf, aku lupa." Lucy menghela nafasnya berat, 'aku tahu dia ingat, dia hanya tak mau memberitahuku saja! dasar gak bisa bohong!'
Tiba-tiba tangan Natsu merangkul tubuh Lucy dan mendekapnya erat dalam pelukan hangatnya. "N-Natsu?!" bisik Lucy dengan wajah yang memerah. Tetapi Natsu tak mempedulikannya dan hanya mempererat pelukannya. Gray dan Erza tersenyum kecil melihatnya, dan pengunjung café pun mulai melirik mereka.
"H-hey..malu tahu…" kata Lucy sambil mencoba melepaskan diri daripelukan Natsu. "Malu? Mereka saja yang dari tadi pegangan tangan gak malu…" kata Natsu sambil menjulurkan lidahnya kearah Gray dan Erza yang sudah berubah warna menjadi merah. Gray mengambil pisau steaknya dengan wajah jengkel. "Kemari kau flame head! BIAR AKU BISA MEMBUNUHMU!" Natsu tertawa keras sambil tersenyum jahil. "Kau? Hahah! Kau terlalu lemah untuk ku!" jawab Natsu dengan suara menantang. Saat Gray akan bangkit dari tempat duduknya, Erza menarik kerah baju Gray dengan keras. "Bersikaplah baik, ya?" kata Erza dengan senyum yang sangaaat 'manis' dan hawa pembunuh yang kental. Gray mengangguk takut dengan keringat dingin yang mulai keluar dari tubuhnya. Natsu tertawa geli melihatnya sampai…
*bleetak*
"Kau juga samanya, bodoh!" kata Lucy setelah menjitak Natsu kencang. "Sakiit~ Kau kejam Luce…" kata Natsu sambil mengelus-ngelus kepalanya. Pengunjung yang lain menahan tawa mereka saat melihat tingkah laku kedua pasangan yang terlihat lucu itu. 'Kenapa aku bisa mencintai idiot sepertinya, ya?' pikir Lucy sambil menghela nafasnya lalu tersenyum kecil.
*Time Skip*
"Terimakasih telah mengantarku ya..." kata Lucy pada Natsu saat mereka sampai didepan pintu rumah Lucy. Siang itu, udara terasa hangat karena matahai yang bersinar lembut. Natsu tersenyum kecil, "ya...santai saja." Tiba-tiba pintu depan terbuka dan keluar seorang wanita cantik bertubuh tinggi dengan celemek menggantung di lehernya. Dia mempunyai rambut pirang dan mata honey brown lembut sepeti versi Lucy masa depan.
"Natsu-kun? Waha! Shashiburi.." sapa Layla, ibu Lucy. Natsu menunjukan grisnnya, sambil setengah membungkuk. "Konnichiwa, Heartfillia-sama!" Layla mengangkat sebelah alisnya lalu bertolah pinggang sambil tersenyum.
"Okaasan desu…buka Heartfillia-sama, ingat?!"katanya dengan nada meledek dan membuat wajah Lucy dan Natsu memilki semburat merah dipipinya. "Okaasaaan! " kata Lucy dengan wajah yang memerah sambil menggembungkan pipinya. "Owh, kau tidak asik Lucy! Ne, Natsu-kun, berhati-hatilah, ya? " kata Layla sambil melambaikan tangannya lalu masuk kedalam rumah.
Natsu tertawa kecil, "arigatou, okaasan! " Lucy melirik kearah Natsu sambil mengendus kesal. "Kau tak perlu mendukungnya seperti itu!" kata Lucy sambil cemberut, Natsu hanya tertawa. "Tapi ada benarnya juga kan?" Lucy mengangguk dengan wajah yang agak memerah. Lalu wajahnya menunjukan kesedihan.
"Luce…" Natsu mendekati Lucy lalu mengelus rambutnya lembut. "Natsu…apa benar kau akan dikirim?" tanya Lucy sambil menggenggam tangan Natsu yang berada dipipinya. Natsu mengangguk pelan. "Gomen ne?" Lucy menggelengkan kepalanya pelan, "tak perlu. Aku bangga pada mu, Natsu. Dan kau tahu itu kan? " Lucy mengecup pipi Natsu lalu mundur perlahan. "Ja ne, Natsu.." Natsu tersenyum lembut sambil melambaikan tangannya.
Setelah bayanganya tak tampak, Lucy masuk kedalam rumah. Dia terdiam dibalik pintu rumahnya, bersandar pada pintu. Kakinya mulai lemas, dan nafasnya juga berat. 'Aku tahu saat ini akan datang, dan aku harus siap. Apapun yang terjadi nanti.'
Natsu menghela nafasnya setiap dia mengambil langkah kecil. 'Sumiasen, Luce..Aku harus membuatmu menanggung ini semua.' Lucy mengangkat tubuhnya perlahan, 'ya, ini resiko yang kutanggung karena memiliki perasaan padamu, Natsu.'
Natsu mengantongi tangannya dikantong celana panjang hitamnya sambil terus berjalan pelan menusuri jalan kota yang tak terlalu ramai. 'Ini juga keputusan yang berat untukku. Maaf, aku tak bisa selalu berada disampingmu.' Lucy melihat foto yang dipajang dimeja dikamarnya, itu fotonya dengan Natsu saat hari pertunangan mereka. 'Jangan khawatir Natsu. Ini pilihanku, Ya, sejak awal memang begitu'
Gimana menurut kalian intro barunya? aneh ya? XD gomenasaaai~!
Sudah lama banget nih, sejak aku nulis! gak nyangka ternyata bisa nulis lagi untuk kalian! Semoga ceritaku yang ini tidak mengecewakan, yaa! Mohon read dan comentarnya ya! Arigatou~
