Chapter 1

.

.

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : T

Genre : Drama, Hurt/comfort

Warning : TYPOalways, OOC, Gaje, alur aneh, dan masih banyak lagi

Pairing : SasuSaku

.

.

.

.

.

.

.

Namaku Haruno Sakura. Aku putri tunggal Kizashi Haruno dan Mebuki Haruno. Umurku 18 tahun. Tapi aku tak bahagia di umur remaja ku ini? Mengapa? Kenapa Tuhan tidak adil padaku? Ia memberiku penyakit keras di dalam tubuhku. Penyakit apa itu? Entahlah. Aku berusaha tak peduli di sisa umurku yang sedikit ini. Aku merasa aku adalah gadis yang paling menyedihkan bukan?

.

.

.

.

"Sakuraaa, makan dulu nak. Sudah waktunya makan siang. Kau sejak tadi tak makan apapun." Ucap sang ibu berteriak dari bawah.

Tapi sayang, putri tunggal mereka mengacuhkan ibunya. Dan tetap bungkam dikamarnya dengan keadaan yang menyedihkan. Ia menangis di sisi ranjang.

Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya lemah, sejak mengetahui penyakit nya, Sakura menjadi gadis yang pendiam. Bukan gadis periang seperti dulu lagi. Yang setiap saat akan tersenyum. Tapi sayang, semuanya pudar setelah putri tunggalnya mengetahui bahwa ia memiliki penyakit mematikan.

.

.

.

.

Sakura kembali menangis di sisi ranjangnya. Ia terjatuh dari tempat tidur king size miliknya. Tiba-tiba kakinya terasa kaku untuk digerakkan. Kepalanya pusing berat seperti ditaruh batu besar. Bibir ranumnya pucat karena seharian tidak makan dan kekurangan minum. Sakura berusaha bangkit tapi sayang, semakin ia berusaha bangkit, kepalanya makin terasa pening.

"Hiks…..kaa-san tolong aku." Gumamnya lemah dan tak lama ia pun pingsan.

Mebuki Haruno mengetuk pintu kamar milik anaknya tersebut. Merasa tak ada jawaban, ia segera membuka pintu itu secara kasar. Betapa terkejutnya ia, ketika melihat anak tunggalnya sedang tergeletak lemah di bawah kasur tak berdaya.

"Sakuraaa." Teriak ibunya, Mebuki segera menghampiri anaknya yang pingsan tak berdaya. Ia membangunkan anaknya itu, namun sayang hasilnya nihil. Sakura bangun dengan nafas yang sesak, itu membuat ibunya makin panik. Mebuki segera berteriak minta tolong kepada pelayan-pelayan yang ada dirumahnya dan segera membawa Sakura kerumah sakit.

.

.

.

.

"Sakura, bangun nak, ibu disini." Gumam Mebuki sambil memegang tangan pucat anaknya. Sakura sudah berada dirumah sakit. Ia didorong dari ambulance menuju ruang UGD untuk ditangani lebih lanjut. Mebuki menangis histeris, ia tak kuat melihat kondisi anaknya yang kian hari kian parah.

"Tolong anak saya suster, tolong." Gumam sang ibu lemah sambil menggenggam tangan suster itu kuat.

"Kami berusaha bu. Sabarlah, tenangkan hati ibu." Ucap suster itu ramah dan segera masuk ke ruang UGD.

Dokter yang menanganinya segera masuk kedalam ruang UGD, ia melirik dari ekor matanya seorang ibu yang menangis sambil berharap cemas tentang keadaan anaknya.

"Dokter, cepat." Ucap sang suster seraya menarik tangan dokter tersebut.

"Hn."

.

.

.

.

1 jam berlalu….

"Bagaimana dok?" Tanya sang ibu lemah.

"Hn. Ibu bisa keruangan saya? Ada yang ingin saya bicarakan." Jawab dokter itu datar.

Mebuki hanya mengangguk setuju. Dan mengikuti langkah dokter muda itu pergi menuju ruangannya.

"Ada apa? Apa yang diderita anak saya?" Tanya sang ibu parau.

"Penderita Aneurisma. Anak ibu penderita Aneurisma." Ucap dokter tersebut.

"Tidak. Penyakit apa itu? dokter lain bilang kalau anak saya hanya terkena infkesi di otak nya tak lebih dari itu." balas sang ibu emosi.

"Hn. Aneurisma memang penyakit yang terdapat diotak. Karena pelebaran pembuluh di darah di otaknya. Aneurisma ini sangat mematikan. Sebenarnya penyakit ini bisa menyerang dimana saja, sayangnya anak ibu mengalaminya di otak." Kata sang dokter panjang lebar.

Mebuki haruno melohok tak percaya. Putri tunggalnya harus mengalami penyakit kematian seperti ini? Tuhan benar-benar tidak adil pada dirinya.

"Apakah ada yang bisa kau lakukan? Tolong anak saya dok." Ucap sang ibu parau.

"Hn. Mungkin akan ada beberapa yang saya lakukan. Untuk beberapa bulan kedepan, biarkan anak ibu menginap dirumah sakit ini. Agar saya bisa melakukan tindakan ini cepat." Jawab dokter muda tersebut.

"Apapun saya lakukan dok. Saya permisi, titip putri saya dok. Saya harus ke kantor ayah Sakura." Ujar sang ibu lemah.

"Panggil saja dokter Sasuke." Ucap Sasuke sambil tersenyum tipis.

Mebuki hanya mengangguk setuju dan segera keluar dari ruangan yang bertuliskan ' Dokter Sasuke ' tersebut.

'Jadi anak tadi bernama Sakura ya? hmm' batin Sasuke.

.

.

.

.

Sasuke segera keluar dari ruangannya. Menuju ruang ICU tempat gadis berambut soft pink itu dirawat. Ia ingin melihat keadaan gadis tersebut.

"Kau sudah sadar? Obatnya bekerja cepat sekali." Ucap Sasuke.

Sakura membuang mukanya kearah lain. Ia mengacuhkan dokter tampan yang sedang mendekat kearahnya untuk memeriksa keadaannya.

"Kau terlihat sehat sekarang." Ucap dokter itu kemudian.

Sakura menoleh tajam pada sang dokter. Apa dokter itu bilang? Sehat? Cih, bukankah keadaannya makin parah? Apakah dokter ini gila? Ah itulah pertanyaan yang terus ada di benak Sakura.

"Kenapa kau tidak membunuhku sekalian? Bukankah kemungkinan hidupku kecil?" Tanya Sakura tajam.

"Membunuh? Tch! Kau fikir aku dokter apa? Tugasku menyelamatkan pasien nona, bukan membunuh." Balas sang dokter datar. Sakura membuang mukanya kesal kearah jendela kamar ruangannya. Ia lebih baik mengacuhkan dokter tampan ini ketimbang meladeninya.

"Sebenarnya apa penyakitku?" gumam Sakura pelan. Sasuke yang melihatnya hanya tersenyum tipis dan menggenggam erat tangan gadis tersebut. Seolah memberi kekuatan pada gadis di hadapannya.

"Kau akan tau nanti. Oh ya, siapa namamu?" Tanya dokter tersebut.

"Haruno Sakura." Jawabnya singkat.

"Uchiha Sasuke. Panggil aku Sasuke saja." Balas sang dokter. Sakura mengernyitkan dahi bingung. Kenapa sikap dokter ini hangat padanya? Seolah-olah dokter ini memberikan semangat untuk dirinya. Ia melepas genggaman dokter tersebut dan tersenyum tipis kearah dokter itu.

"Umur kita berbeda. Aku tak sopan jika memanggilmu seperti itu."

"Hn. Tidak. Umurku baru 20 tahun. Jangan anggap aku tua." Balasnya datar.

Sakura hanya terkekeh kecil melihat kelakuan dokter tampan dihadapannya. Lagi-lagi perasaan hangat menjalar di hatinya. Ia merasa, bahwa dokter ini akan jadi dokter penyelamat hidupnya nanti. Ia berharap pada dokter muda ini.

"Bolehkah aku berharap padamu?" Tanya Sakura sambil tersenyum.

Sasuke hanya melohok tak pecaya dengan senyuman manis Sakura. Baru kali ini, ada seorang gadis yang tersenyum tulus padanya. Bukan dibuat-buat seperti gadis kebanyakan yang melihatnya akan ketampanannya. Ia mengangguk setuju dengan perkataan gadis musim semi tersebut.

"Tentu." Balasnya disertai senyuman tipis.

Sakura hanya tersenyum dan mengangguk. Dengan perlahan-lahan, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang rumah sakit tersebut dan memejamkan matanya untuk tertidur.

Sasuke yang melihatnya hanya tersenyum tipis dan segera berlalu dari ruangan tersebut. Ia berjalan secara perlahan-lahan agar tak menganggu pasiennya ini untuk tidur.

'Bolehkah aku juga berharap padamu? Kenapa perasaanku berbeda ketika bersamamu?' batin Sasuke dan segera menutup pintu kamar itu pelan dan berjalan menuju ruangannya.

.

.

.

.

To Be Continue

Curcol Author :

Apa? Lagi-lagi bikin fanfic?! Oh ya Tuhan aku tak percaya sudah membuat fanfic lagi hehe padahal masih ada yang ngutang loh *ditembakmati maafkan aku readers. Fanfic ku yang lain tak akan aku tinggalkan kok :3 aku hanya ingin menulis fic ini karena tugas biologi yang membahas penyakit. Jadilah fic ini :3 bagaimana? Boleh minta saran kalian?

Aneurisma itu penyakit yang ada di otak, dada, leher dan perut. Tapi lebih parah di otak. Penyakit ini menyebabkan kematian secara langsung bagi penderitanya jika tidak-tidak ditangani medis secepatnya. Kemungkinan hidup juga kecil.

Itulah cuplikan penyakit aneurisma. Jika tak mengerti bisa ditanya kok ^_^

Review Please?